TEMPO.CO, Surabaya -- Kepala Kepolisian Resor Kota Besar Surabaya mengamankan massa yang diduga terlibat dalam aksi bentrok dengan polisi di kawasan Simo, Surabaya, Kamis malam, 5 Juni 2014. Massa yang mengatasnamakan suporter Persebata atau Bonek hendak menghadang Arema setelah bertanding melawan Persegres di Gresik.
Kepala Kepolisian Resor Kota Besar Surabaya, Komisaris Besar Setija Junanta, mengatakan bentrok tersebut dipicu oleh keinginan massa yang ingin menguasai tol yang akan dilewati rombongan Arema. "Mereka ingin menguasai tol, tapi ternyata dapat dicegah," kata Setija pada wartawan di lokasi kejadian.
Massa bermaksud untuk menghadang Arema sepulang dari Gresik. Mereka berharap bisa memblokade jalan Tol Tandes yang akan dilewati Arema. Berkaca dari kejadian Maret 2013 lalu, polisi pun langsung melakukan langkah antisipasi. Sekitar pukul 19.30 WIB, Kamis, rombongan bus Arema dan 56 motor Aremania diarahkan menuju Malang melalui Lamongan.
Meski demikian, polisi tetap memperkuat penjagaan di pintu masuk dan keluar Tol Tandes. Massa yang kecewa karena tidak berhasil naik ke tol akhirnya melampiaskan kepada polisi. Mereka yang terlanjur emosi melakukan aksi lempar.
Sebanyak empat kompi anggota polisi yang terdiri atas Brimod Polda Jatim, Unit Tangkal Sabhara Polrestabes Surabaya dan Unit Dalmas Polda Jatim dikerahkan. Polisi melakukan tindakan tegas untuk menghalau massa. Gas air mata pun ditembakkan. Sejumlah anggota Kepolisian mengejar massa yang lari berhamburan menyelamatkan diri ke kampung-kampung.
Beberapa orang yang diduga berbuat anarkis ditangkap dan disuruh berjalan jongkok. Mereka dikumpulkan untuk diangkut ke Markas Polrestabes Surabaya. Setija mengatakan ada 25 orang yang berhasil diamankan. Total dengan Rabu malam berarti sudah ada 56 orang yang diamankan. Sebuah celurit dan beberapa unit motor turut diamankan.
Setija menolak jika massa yang ditangkap itu merupakan Bonek lantaran mereka telah berbuat anarkis. "Mereka ini massa yang anarkis. Bonek enggak gitu," ujarnya. Tapi untuk memastikannya, mereka akan berada di Polrestabes Surabaya untuk diperiksa lebih lanjut.
Di lain pihak, seorang warga Simo Tambaan, Surabaya, mencari putranya yang hingga jelang pukul 23.00 WIB juga tak kunjung pulang. Siti Sulastri khawatir putranya bernama Anto, usia 17 tahun, ikut terjaring polisi. "Saya cari anak saya kok enggak ada," ujarnya.
Menurut Siti, putranya bersama teman-temannya bukanlah Bonek. Mereka biasa nongkrong di depan Gang Simo Tambaan sambil menghabiskan bermain gitar ataupun bercengkerama. Namun saat bentrok terjadi, memang sulit membedakan massa yang hanya berkumpul dan massa yang bertindak anarkis. Keduanya sama-sama tidak mengenakan atribut suporter bola.
Siti sebenarnya ingin memastikan apakah putranya termasuk dalam salah seorang yang diangkut polisi. Sayangnya, truk pengangkut sudah berangkat membawa massa yang diamankan ke Polrestabes Surabaya. "Semoga saja anak saya enggak termasuk yang dibawa," katanya.
Sementara itu pada pagi hari, kemarin, Polrestabes Surabaya juga mengamankan sebanyak 31 orang Bonek. Mereka diamankan untuk menghindari bentrok dengan pendukung Arema. Hingga saat ini mereka masih menjalani proses pemeriksaan di Polrestabes Surabaya. Sebanyak 12 orang ditangkap Polsek Sukomanunggal dan 19 orang oleh Polsek Gayungan.
“Mereka diamankan karena kedapatan membawa senjata tajam, batu dan sabuk. Dengan senjata tersebut, mereka dikhawatirkan akan kembali berbuat kericuhan,” kata Komisaris Suparti, Humas Polrestabes Surabaya.
AGITA SUKMA LISTYANTI | IHRAM HAMZAH
Berita Terpopuler
Penyerang Umat Katolik Bawa Samurai dan Penyetrum
10 Fakta Unik tentang Yakuza
Besok, SBY Lantik Lukman Hakim sebagai Menteri
Yakuza Paksa Tunawisma Bekerja di PLTN Fukushima
Soekarno 'Hidup Lagi' di Hong Kong