Wakil walikota Manado, Harley Mangindaan (kanan) membagikan soal ujian nasional ketika berkunjung di Sekolah Menengah Atas (SMA) Elfatah Manado, Sulawesi Utara (14/4). Data Dinas Pendidikan Sulut jumlah peserta ujian nasioanal di wilayah Sulut sebanyak 15.756 siswa untuk tingkat SMA, MA dan SMK 13.784 siswa. ANTARA/Fiqman Sunandar
TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) Teuku Ramli Zakaria membantah anggapan bahwa munculnya nama Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo dalam soal ujian nasional tingkat sekolah menengah atas merupakan bentuk kampanye calon presiden dari PDI Perjuangan itu.
Dia bahkan mantap mengatakan, kalaupun nama Joko Widodo muncul, itu tak disengaja. "Tak ada kaitannya dengan kampanye," katanya saat dihubungi Tempo, Senin, 14 April 2014. "Kami akan pelajari dulu."
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh juga mengaku tak tahu ihwal kemunculan nama Jokowi dalam soal ujian nasional. Ia berjanji akan mengecek kebenaran kabar tersebut. "Nanti saja komentarnya," katanya di Lembaga Pemasyarakatan Anak Pria Kelas II A Tangerang, Banten.
Hari ini, Senin, 14 April 2014, pengguna Twitter ramai memperbincangkan soal ujian nasional mata pelajaran bahasa Indonesia yang menyebut nama Jokowi. (Baca: Nama Jokowi Muncul dalam Soal Ujian Nasional SMA)
Ramli menjelaskan, soal ujian nasional dibuat oleh banyak guru dari sejumlah daerah. Naskah kemudian dicek di tingkat pusat oleh para guru senior dan dosen perguruan tinggi. Salah satu kriteria pembuatan soal adalah tak ada nuansa politik. "Tak sembarangan orang bisa melihat naskah tersebut," ucap Ramli.
Bahan soal Bahasa Indonesia, kata Ramli, biasanya diambil dari bacaan di koran, majalah, ataupun buku. Bisa jadi naskah soal tentang Jokowi tersebut berasal dari bahan-bahan itu. "Bahannya banyak, saya yakin tidak sengaja terambil," katanya. (Baca juga: Jawa Timur Targetkan Kelulusan SMA 99,8 Persen)