TEMPO Interaktif, Jakarta: Sebanyak 67 ton beras bantuan dari World Food Programme (WFP) Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk pengungsi Sambas di Sampang terpaksa dimusnahkan, Selasa (8/2). Beras itu diangkut dengan mobil pikep dan dikubur di halaman belakang gudang Bulog, Rungkut, Surabaya. Menurut pantauan Tempo, kondisi beras sudah rusak parah, baunya menyengat dan warnanya berubah kuning, bahkan ada yang mengumpal berwarna hitam. Beras itu disimpan di gudang Bulog Divisi Regional V Jatim, di Rungkut. Kepala Cabang Program Pangan Dunia WFP PBB, Siemon Hollema, mengatakan penyebab kerusakan beras akibat tertahan selama enam bulan dalam kontainer di Pelabuhan Peti Kemas milik Bea Cukai Tanjung Perak. Beras itu tertahan karena ada kebijakan larangan masuknya beras impor oleh Kementrian Perindustrian dan Perdagangan pada saat itu. "Beras itu tak boleh dikeluarkan dari peti kemas," katanya. Siemon menjelaskan, beras bantuan untuk Operasi Pasar Swadaya Masyarakat ini tiba di Tanjung Perak pada 19 Januari 2004 sebanyak 3 ribu ton. Sebelumnya, pada 10 Januari 2004, pemerintah melalui Menperindag mengeluarkan kebijakan larangan impor beras. Akibatnya beras itu tak bisa dibongkar. "Baru Juni 2004 bisa dibongkar di gudang Bulog. Sebagian sudah rusak," ucapnya. Sudah tiga kali beras bantuan WFP yang tiba di Surabaya rusak sejak WFP mulai menyalurkan bantuan beras untuk Operasi Pasar Swadaya Masyarakat pada 1999. Setiap bulannya WFP menyalurkan sekitar 1.000 ton beras untuk masyarakat di Sampang dan Madura. Setiap kepala keluarga (KK) mendapatkan 5 kilogram perminggu. Pada 2004 kemarin, WFP mengklaim sudah menyalurkan beras untuk 60 ribu KK yang tersebar di Madura dan Surabaya. Pada 2005 WFP akan menyalurkan beras untuk 55 ribu KK. Selain untuk pengungsi dan masyarakat miskin perkotaan beras itu untuk korban bencana alam. Sementara itu, Kepala gudang Bulog Rungkut Rif'an Hadi menambahkan, ketika dibongkar di gudang Bulog, kondisi beras sudah banyak yang rusak. Khawatir rusak semua, Bulog kemudian menyortir beras-beras tersebut. "Kita temukan ada 67 ton yang rusak. Beras itu tak bisa dimakan. Tapi kalau untuk makanan ternak mungkin bisa. Tapi gimana lagi ini perintah," tandasnya. Adi Mawardi
Beras SPHP Naik, Pengamat: Perlu Penyesuaian Agar Disparitas Harga Tak Jauh
2 hari lalu
Beras SPHP Naik, Pengamat: Perlu Penyesuaian Agar Disparitas Harga Tak Jauh
Pemerintah melalui Perum Bulog menaikkan harga eceran tertinggi atau HET untuk beras SPHP, dari Rp10.900 menjadi Rp12.500 per kilogram sejak 1 Mei 2024