TEMPO.CO , Jakarta: Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta Panglima TNI Jenderal Moeldoko kembali mengkaji pembentukan Grup D pasukan pengawal presiden. Ia menilai tidak tepat bila kebijakan tersebut diterapkan saat ini. "Jangan sekarang, harus dilihat keadaan dulu," ujarnya saat ditemui di Gedung Cyber 2, Kuningan, Jakarta Selatan, 5 Maret 2014.
Lagipula, kata mantan Ketua Umum Golkar tersebut, kepala negara maupun mantan kepala negara adalah manusia yang juga membutuhkan kehidupan yang bebas dan menjaga privasi. Bila dikawal terlalu ketat, kata dia, akan menimbulkan keadaan yang kurang nyaman. "Kalau mau ke restoran tapi dikerumuni banyak pengawal, tidak enak juga," katanya. (Baca: Pramono Edhie: Ada Grup D Biar Paspampres Lebih Tertata).
Jenderal Moeldoko meresmikan Grup D Paspampres yang bertugas khusus menjaga keselamatan para mantan presiden, wakil presiden, dan anggota keluarga mereka. Sebelumnya, hanya ada tiga grup di Paspampres, yakni Grup A, B, dan C, dengan fungsi dan tugasnya masing-masing. (Baca: Pembentukan Grup D Paspampres Dianggap Berlebihan).
Grup A bertugas melaksanakan pengamanan fisik jarak dekat terhadap presiden beserta keluarganya. Grup B, bertugas melaksanakan pengamanan fisik jarak dekat terhadap wakil presiden beserta keluarganya. Untuk Grup C punya tugas untuk melaksanakan pengamanan fisik jarak dekat terhadap tamu negara setingkat kepala negara atau kepala pemerintahan.
Kalla menyatakan sudah nyaman dikawal oleh paspampres satu atau dua orang saja. Sebab itu, ia mengusulkan bila Panglima TNI tetap ingin menambah personel, sebaiknya menggunakan prinsip kesederhanaan, "Kami sadar tidak hanya membawa nama pribadi bila bepergian, namun selama itu cukup sederhana pengawalannya, tidak masalah," ujar dia. (Baca: TNI Siapkan 30 Personel Amankan Mantan Presiden).
TRI SUHARMAN
Berita terkait
Top 3 Dunia: Jusuf Kalla Bertemu Hamas Hingga AS-Israel Diduga Langgar Hukum Internasional
1 hari lalu
Berita Top 3 Dunia pada Selasa 7 Mei 2024 diawali oleh kabar Ketua Umum PMI Jusuf Kalla meminta kelompok Palestina Hamas untuk bersatu dengan Fatah
Baca SelengkapnyaBertemu di Malaysia, Jusuf Kalla Minta Hamas Bersatu dengan Fatah
2 hari lalu
Ketua PMI Jusuf Kalla meminta Hamas untuk bersatu dengan Fatah ketika bertemu perwakilan kelompok tersebut di Kuala Lumpur.
Baca SelengkapnyaHamas Minta Bantuan Jusuf Kalla untuk Mediasi dengan Israel
3 hari lalu
Hamas meminta bantuan dari Jusuf Kalla agar menjadi mediator guna mengakhiri perang dengan Israel.
Baca SelengkapnyaJusuf Kalla Sebut Akar Konflik di Papua karena Salah Paham
14 hari lalu
Menurut Jusuf Kalla, pandangan masyarakat Papua seakan-akan Indonesia merampok Papua, mengambil kekayaan alamnya.
Baca SelengkapnyaGilbert Lumoindong Dilaporkan ke Polisi, SETARA Institute: Pasal Penodaan Agama Jadi Alat Gebuk
15 hari lalu
Pendeta Gilbert Lumoindong dilaporkan ke polisi atas ceramahnya yang dianggap menghina sejumlah ibadah umat Islam.
Baca SelengkapnyaDigagas JK pada 2016, Ini Beda Rencana Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Indonesia-Cina
17 hari lalu
Presiden Jokowi mendiskusikan rencana pembangunan kereta cepat Jakarta-Surabaya dengan Menlu Cina, pernah akan dibangun pada 2018.
Baca SelengkapnyaDua Laporan Polisi soal Dugaan Penistaan Agama Gilbert Lumoindong
18 hari lalu
"Saya tidak ada niat, saya mencintai umat Muslim. Saya minta maaf," kata Gilbert Lumoindong
Baca SelengkapnyaKapendam Cendrawasih Bantah Tambah Pasukan TNI di Paniai Papua
21 hari lalu
Kapendam XVII Cendrawasih Letkol Inf Candra Kurniawan membantah tudingan adanya pengerahan pasukan gabungan TNI-Polri di Paniai.
Baca SelengkapnyaJusuf Kalla Gelar Open House, Ada Anies Baswedan Hingga Figur Koalisi Perubahan yang Gantian Bertandang
29 hari lalu
Open house yang diadakan oleh JK dihadiri oleh Anies Baswedan, Hamdan Zoelva, hingga Tom Lembong selaku perwakilan koalisi perubahan.
Baca SelengkapnyaRekonsiliasi Nasional, Jusuf Kalla Minta Hormati Proses di MK
29 hari lalu
Jusuf Kalla menilai positif kunjungan Roeslan Roeslani ke rumah Megawati Soekarnoputri. Soal rekonsiliasi nasional, ia menilai ada banyak waktu lain.
Baca Selengkapnya