Sultan: Membersihkan Abu Kelud Seperti Mandi Junub

Reporter

Senin, 17 Februari 2014 06:02 WIB

Suasana jalan Malioboro tertutup abu vulkanik gunung Kelud, Yogyakarta (14/2/2014). TEMPO/Suryo Wibowo

TEMPO.CO , Yogyakarta--Komplek Kepatihan masih muram dan pucat, Ahad 16 Februari 2014. Abu vulkanik berwarna putih masih menempel di halaman, jalan, atap, juga bangsal dan hampir semua ruangan. Komplek itu dihuni ruang kerja Gubernur dan Wakil Gubernur DIY beserta sejumlah satuan kerja perangkat daerahnya.

Sebanyak 200 orang dikerahkan untuk membersihkan komplek tersebut. Mereka mengandalkan belasan hidran untuk menyemprot abu. Ruang gubernur pun sibuk, karena tengah digelar rapat koordinasi untuk mengatasi kelumpuhan aktivitas kegiatan di DIY pascahujan abu vulkanik letusan gunung Kelud. Salah satu kesimpulannya, aktivitas macet, karena fasilitas publik belum bersih. Fasilitas belum bersih, karena abu vulkanik banyak menempel di atap dan pepohonan.

"Kata beliau (Sultan Hamengku Buwono X), membersihkan abu vulkanik itu seperti mandi junub (mandi besar). Harus dari atas. Kalau atas belum bersih, kan abu masih jatuh terus," kata Kepala Kepolisian Daerah DIY Brigadir Jenderal Polisi Haka Astana saat ditemui usai rapat koordinasi di Kepatihan, Ahad (16/2).

Haka pun menggoyang pohon di sampingnya. Butiran abu yang lembut pun berjatuhan. Persoalannya, hujan belum juga turun di wilayah Yogyakarta, Sleman, Bantul, dan Kulon Progo. Berbeda dengan wilayah Gunung Kidul yang mengalami hujan lebat usai bertabur abu. Air hujan diandalkan untuk mempercepat proses pembersihan dari atas. Apabila terpaksa, cara manual harus ditempuh.

"Kalau membersihkan atap pakai sapu, silakan. Tapi jangan naik ke atap. Disemprot air dari bawah atau pakai tangga. Karena kalau injak atap, licin," kata Sultan mengimbau dengan pemaparan cukup detil.

Abu vulkanik yang dibersihkan pun tak boleh dibuang ke saluran drainase. Melainkan dimasukkan ke dalam kantong plastik. Nantinya, abu vulkanik itu bisa dimanfaatkan petani untuk pupuk. Proses pembersihan komplek Kepatihan pun disediakan tiga ribu kantong plastik. "Silakan minta kantong plastic ke Dinas Pekerjaan Umum setempat. Kalau tidak ada, bisa minta ke tingkat provinsi," kata Sultan.

Proses wawancara dengan Sultan pun berhenti sejenak. Lantaran hujan tiba-tiba mengguyur komplek Kepatihan dan sekitarnya. Air hujan yang jatuh ke tanah membuat abu-abu beterbangan. Sultan yang mengenakan masker sempat menutup mata untuk menghindari debu. Di sisi lain, air hujan menggelontorkan abu dari atap yang tumpah ke bawah berwarna kecoklatan. "Doanya makbul," kata Sultan singkat sebagai tanda syukur

Air, lanjut Sultan, bisa membuat abu mengeras seperti beton. Tetapi apabila ditiup angin, bisa menjadi debu yang mengotori tempat di bawahnya. "Tapi kalau diinjak, licin. Motor kalau lewat bisa jatuh kalau enggak hati-hati," kata Sultan.

Gubernur sekaligus Raja Keraton Yogyakarta itu menyempatkan berdiri di timur bangsal untuk menikmati air hujan yang tumpah kali pertama sejak diguyur hujan abu pada 14 Februari lalu. Sebelum kemudian beranjak pulang. Meski hujan hanya berlangsung lima menit. Namun derasnya cukup mengurai debu vulkanik di atap-atap bangunan. (Simak info terkini #GunungKelud)

PITO AGUSTIN RUDIANA

Baca juga:

Abu Kelud Menyerbu ke Gerbong Kereta Bisnis

Kunjungi Korban Kelud, Ini Kereta Ani Yudhoyono

Pasca-erupsi Kelud, PT KAI Tidak Tambah Kereta

Warga Yogya Semringah Abu Kelud Diguyur Hujan

Berita terkait

3 Nama Soekarno, Kelahirannya Serba 6 dan Bersamaan Letusan Gunung Kelud

9 Juni 2022

3 Nama Soekarno, Kelahirannya Serba 6 dan Bersamaan Letusan Gunung Kelud

Presiden Pertama RI Soekarno, memiliki 3 nama. Di mana masa kecilnya?

Baca Selengkapnya

Kronologi Danau Kawah Gunung Kelud Berubah Warna, Ini Penjelasan PVMBG

1 April 2022

Kronologi Danau Kawah Gunung Kelud Berubah Warna, Ini Penjelasan PVMBG

Masyarakat dan wisatawan dilarang memasuki atau mendekat kawasan kawah aktif Gunung Kelud sementara waktu.

Baca Selengkapnya

Banjir Jombang Diduga Karena Tanggul Jebol

5 Februari 2021

Banjir Jombang Diduga Karena Tanggul Jebol

Banjir setinggi sekitar satu meter masih menggenangi dua desa di Jombang.

Baca Selengkapnya

Wisata Offroad Ini, Bikin Liburan Akhir Tahun Luar Biasa

7 Desember 2019

Wisata Offroad Ini, Bikin Liburan Akhir Tahun Luar Biasa

Libur akhir tahun sudah di depan mata. Bila pantai dan hotel mewah sudah sangat biasa, menjelajahi medan wisata offroad dengan jip bisa jadi pilihan.

Baca Selengkapnya

Kampung Anggrek dan Kebun Era Kolonial di Kaki Gunung Kelud

16 Oktober 2019

Kampung Anggrek dan Kebun Era Kolonial di Kaki Gunung Kelud

Kampung Anggrek di Kabupaten Kediri menjadi spot wisata baru, yang menjanjikan kesejukan perkebunan dan keindahan taman dengan latar Gunung Kelud.

Baca Selengkapnya

Tiga Waktu Terbaik Menikmati Panorama Gunung Kelud

28 Januari 2018

Tiga Waktu Terbaik Menikmati Panorama Gunung Kelud

Bila hendak merencanakan perjalanan ke Gunung Kelud, perhatikan rekomendasi waktu berikut ini supaya mendapatkan momentum yang tepat.

Baca Selengkapnya

Menengok Wajah Puncak Gunung Kelud yang Berubah Pasca-Erupsi

23 Januari 2018

Menengok Wajah Puncak Gunung Kelud yang Berubah Pasca-Erupsi

Puncak Gunung Kelud kini telah berubah wajah, kini mirip dengan Tangkuban Perahu atau Kelimutu yang punya danau kawah.

Baca Selengkapnya

Polisi Cari Sembilan Pendaki yang Terjebak di Gunung Kelud

7 November 2017

Polisi Cari Sembilan Pendaki yang Terjebak di Gunung Kelud

Jalur Tulungrejo yang dipilih para pendaki dianggap terjal.

Baca Selengkapnya

Badan Geologi Jelaskan 4 Penyebab Sumur Ambles di Kediri  

28 Mei 2017

Badan Geologi Jelaskan 4 Penyebab Sumur Ambles di Kediri  

Badan Geologi menemukan empat faktor penyebab ratusan sumur ambles di Kabupaten Kediri, Jawa Timur.

Baca Selengkapnya

Terungkap, Penyebab Ratusan Sumur Ambles di Kediri  

19 Mei 2017

Terungkap, Penyebab Ratusan Sumur Ambles di Kediri  

Tim peneliti dosen dan mahasiswa Program Studi Magister Manajemen Bencana UPN Veteran Yogyakarta mengetahui penyebab amblesnya sumur di Kediri.

Baca Selengkapnya