Ornamen dan dekorasi bertuliskan Dollywood terpasang pada tembok sebuah wisma yang masih tutup di kawasan Lokalisasi Dolly, Surabaya, Rabu (18/9). TEMPO/Fully Syafi
TEMPO.CO, Surabaya - Deretan sofa empuk warna hitam tertata rapi di lantai dua Wisma Putri Kuning 2, lokalisasi Moroseneng, Surabaya. Oleh pemilik wisma, ruangan itu dijadikan media kongko para tamu yang berkunjung.
Saat Tempo berkunjung, satu per satu pekerja seks komersial di Wisma Putri Kuning 2 berduyun-duyun menghampiri. Pakaiannya seksi. Ada yang mengenakan kaos dipadu celana pendek ketat, sebagian hanya mengenakan piyama dan sisanya berpakaian wajar.
"Anda minta 3 PSK kan? Saya ingin semua PSK bertemu Anda, biar Anda semakin paham masalah yang dihadapi setiap PSK," kata pemilik Wisma, Suheri saat ditemui di wismanya, Sabtu, 12 Oktober 2013.
Siang itu, wajah mereka nampak sayu, kusut, dan kurang bersemangat melihat kedatangan Tempo. Maklum, saat itu seharusnya para PSK beristirahat siang untuk melepas penat setelah semalaman melayani tamu pria hidung belang.
Suasana sedikit mencair kala Suheri menjelaskan maksud kedatangan Tempo di wisma tersebut. Wawancara sempat tertunda 15 menit, karena ada 1 PSK yang terlambat keluar. Suheri berkukuh melarang wawancara sebelum semua PSK ngumpul. Ia berharap, keterangan dari 10 PSK ini mampu memberikan gambaran sebenarnya soal sengkarut di dunia prostitusi di Surabaya. Selain Wisma Putri Kuning 2, Heri memiliki Wisma Ratu Kembar di lokalisasi Dolly.
Suheri pun mempersilakan Tempo mengulik keterangan sebanyak-banyaknya soal masalah pribadi hingga prostitusi. Mirip seleksi wawancara kerja, Tempo memanggil satu per satu PSK agar mendekat untuk memudahkan komunikasi.
Tak semua bisa menjawab pertanyaan dengan lugas. Sebagian PSK malu-malu menjawab karena berkaitan dengan praktek hubungan intim di dalam kamar. Namun ihwal kedatangan mereka ke dunia prostitusi, jawabannya sama: dipicu faktor ekonomi. "Saya dulu kerja PRT di Jakarta, tapi hasilnya enggak cukup buat biaya orang tua dan saudara di kampung. Saya tahu kedatangan ke Surabaya untuk kerja PSK," kata Elok, 23 tahun, PSK asal Indramayu.