Sejumlah Polwan dan masyarakat melakukan aksi Gangnam Style saat aksi Hari Buruh, di depan Gedung Negara Grahadi, Surabaya(1/5). Aksi ini selain menjadi hiburan juga mampu mencairkan suasana tegang. TEMPO/Fully Syafi
TEMPO.CO, Jakarta - Jajaran polwan Indonesia telah menginjak usia 65 tahun. Namun hal tersebut, menurut pakar kriminologi Adrianus Meliala yang juga anggota Komisi Kepolisian Nasional, tidak cukup untuk dijadikan indikator ada perubahan besar dalam struktur dan kinerja di dalamnya.
“Enggak ada pengaruhnya. Menilainya tidak bisa dari berapa lama. Sampai saat ini polwan belum terlihat keunggulannya di dalam kepolisian. Atau kalaupun ada, tidak terlihat oleh Polri. Secara jumlah pun, polwan masih jauh di bawah polki atau polisi laki-laki,” kata Adrianus Meliala kepada Tempo, Jumat malam, 30 Agustus 2013.
Apabila Polri memang memiliki iktikad baik untuk meningkatkan keberadaan polwan di jajaran kepolisian, ia mempertanyakan mengapa hingga kini polwan tidak pernah diberikan kuota yang cukup.
“Kita lihat di sekolah polwan yang di Pasar Jumat. Daya tampung di sana, kan, sedikit, kenapa harus dipusatkan di satu tempat saja?” sahutnya.
Menurut Adrianus, jika memang ada rencana baik dari kepolisian, seharusnya untuk menambah kuota polwan, bisa dilakukan pelatihan bagi polwan di polda sehingga pendidikan polwan tidak harus terpusat di satu tempat.
Selain itu, jumlah polwan pun bisa ditingkatkan. Dengan demikian, jika ada sekolah polwan di daerah, akan membantu persebaran polwan yang lebih merata.