Setahun, Radang Paru dan Diare Bunuh 50 Ribu Anak  

Reporter

Jumat, 19 Juli 2013 15:04 WIB

Prof. Dr. Sri Suparjati menemui pasien anak di bangsal anak RS. Dr. Sardjito, Sleman, Yogyakarta, (30/7/2012). Sri Suparjati adalah kepala tim peneliti dan pengembang vaksin anti rotavirus yang diyakini bisa mencegah penyebaran diare dan muntaber yang menjadi salah satu penyebab terbesar kematian balita di Indonesia dan dunia. TEMPO/Suryo Wibowo

TEMPO.CO, Jakarta - Dalam setahun, ada 50 ribu lebih anak di bawah usia lima tahun atau balita yang meninggal karena radang paru-paru dan diare. Kata Staf Ahli Bidang Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Kementerian Kesehatan, Bambang Sardjono, angka kematian bayi dan balita pada 2012 masih di atas target Millenium Development Goals (MDGs) 2015. "Kedua penyakit infeksi ini adalah penyebab kematian balita," kata Bambang dalam diskusi kesehatan di kantor Kemenkes, Jumat, 19 Juli 2013.

Berdasarkan data Kementerian, angka kematian balita masih 40 per 1.000 kelahiran hidup dari target MDGs 32 per 1.000 kelahiran. Sedangkan kematian bayi masih 32 per 1.000 kelahiran hidup dari target 23. Angka kematian balita tertinggi terjadi di Papua, dengan 115 kematian; Papua Barat, 109 kematian; Sulawesi Tengah, 85 kematian; Maluku Utara, 85 kematian; dan Gorontalo, 78 kematian.

"Pada kematian balita di usia 1-4 tahun, radang paru-paru menjadi 20,5 persen penyebab kematian, disusul diare 13,3 persen, dan meningitis 4,7 persen," ujar Bambang.

Direktur Bina Kesehatan Anak Kementerian Kesehatan, Jane Soepardi, mengatakan penyebab utama radang paru-paru adalah infeksi karena bakteri. Sedangkan diare ditimbulkan oleh bakteri dan virus. Untuk diare yang disebabkan virus, kata Jane, gejalanya muntah berat dan tak bisa disembuhkan dengan oralit.

Agar anak tercegah dari radang paru-paru dan diare karena virus, pemerintah sudah memiliki vaksinasinya. Namun, vaksin itu masih diimpor sehingga tak masuk program imunisasi. "Jadi, penanganannya masih kuratif: deteksi cepat dan obati cepat," kata Jane.

Pada saat ini pemerintah masih melakukan program dini pencegahan kematian bayi dan balita dengan mengembangkan program manajemen terpadu balita sakit. Program ini fokus pada edukasi dan tindakan preventif untuk memelihara status kesehatan anak. Tiga komponen utama program adalah meningkatkan keterampilan petugas kesehatan, memperbaiki sistem kesehatan dalam penanganan penyakit pada balita, dan memperbaiki praktek keluarga serta masyarakat dalam perawatan di rumah tangga dan pola pencarian pertolongan.

IRA GUSLINA SUFA


Berita Terpopuler:
Ansor: Berlagak Jagoan, Warga Lawan FPI

Begini Kronologi Bentrok FPI di Kendal

7 Bisnis Spektakuler Incaran Yusuf Mansur

Dahlan Iskan:Yusuf Mansur Mau Beli Bank Muamalat

Dahlan: Saya Tak Mau Nama Yusuf Mansur Jelek

Berita terkait

Kemenkes: Waspada Email Phishing Mengatasnamakan SATUSEHAT

4 hari lalu

Kemenkes: Waspada Email Phishing Mengatasnamakan SATUSEHAT

Tautan phishing itu berisi permintaan verifikasi data kesehatan pada SATUSEHAT.

Baca Selengkapnya

Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

7 hari lalu

Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

Direktorat Jenderal Bea dan Cuka (Bea Cukai) mendapat kritik dari masyarakat perihal sejumlah kasus viral.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

9 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Bantu Warga Terdampak Gunung Ruang, Kementerian Kesehatan Salurkan 13 Ribu Masker

13 hari lalu

Bantu Warga Terdampak Gunung Ruang, Kementerian Kesehatan Salurkan 13 Ribu Masker

Kementerian Kesehatan membantu warga terdampak Gunung Ruang di Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara dengan penyediaan masker.

Baca Selengkapnya

Alasan Pusat Krisis Kemenkes Mengirim Tim ke Lokasi Banjir Musi Rawas Utara

13 hari lalu

Alasan Pusat Krisis Kemenkes Mengirim Tim ke Lokasi Banjir Musi Rawas Utara

Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes mengirimkan tim khusus ke area banjir Musi Rawas Utara. Salah satu tugasnya untuk antisipasi penyakit pasca banjir.

Baca Selengkapnya

Hipertensi Jadi Penyakit Paling Banyak di Pos Kesehatan Mudik

23 hari lalu

Hipertensi Jadi Penyakit Paling Banyak di Pos Kesehatan Mudik

Kementerian Kesehatan mencatat hipertensi menjadi penyakit yang paling banyak ditemui di Pos Kesehatan Mudik Idulfitri 1445 H/2024 M.

Baca Selengkapnya

3 Kunci Penanganan Penyakit Ginjal Kronis Menurut Wamenkes

40 hari lalu

3 Kunci Penanganan Penyakit Ginjal Kronis Menurut Wamenkes

Wamenkes mengatakan perlunya fokus dalam tiga langkah penanganan penyakit ginjal kronis. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Edy Wuryanto Ingatkan Pemerintah Antisipasi Demam Berdarah

41 hari lalu

Edy Wuryanto Ingatkan Pemerintah Antisipasi Demam Berdarah

Banyak rumah sakit penuh sehingga pasien tidak tertampung. Masyarakat miskin kesulitan akses pelayanan kesehatan.

Baca Selengkapnya

Guru Besar FKUI Rekomendasikan Strategi Memberantas Skabies

7 Maret 2024

Guru Besar FKUI Rekomendasikan Strategi Memberantas Skabies

Dalam pengukuhan Guru Besar FKUI, Sandra Widaty mendorong strategi memberantas skabies. Penyakit menular yang terabaikan karena dianggap lazim.

Baca Selengkapnya

Peringatan Penyakit Tropis Terabaikan, Mana Saja Yang Masih Menjangkiti Penduduk Indonesia?

31 Januari 2024

Peringatan Penyakit Tropis Terabaikan, Mana Saja Yang Masih Menjangkiti Penduduk Indonesia?

Masih ada sejumlah penyakit tropis terabaikan yang belum hilang dari Indonesia sampai saat ini. Perkembangan medis domestik diragukan.

Baca Selengkapnya