Uji Materil Terpidana Pelanggaran Pemilu Ditolak MK

Reporter

Editor

Kamis, 21 Oktober 2004 14:07 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta: Uji Materil Undang-Undang Nomor 12 tahun 2003 tentang Pemilihan Umum yang diajukan salah seorang terpidana pemilu ditolak Mahkamah Konstitusi, karena dinilai kurang berdasar. Putusan itu dibacakan Ketua Mahkamah Konstitusi Jimly Asshiddiqie dalam sidang yang terbuka untuk umum, Kamis (21/10). Pieter Radjawane selaku pemohon adalah Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Pelopor Merauke. Ia telah divonis pengadilan negeri Mereuke dalam kasus pelanggaran pemilu legislatif lalu dengan vonis dua bulan penjara atau denda sebesar Rp 500 ribu. Menurut Undang-Undang Pemilu Pasal 133 ayat 1, tidak menetapkan pemohon untuk banding atau kasasi atas putusan pengadilan tersebut. Padahal menurutnya, kitab undang-undang hukum pidana memberikan kesempatan banding dan kasasi kepada mereka dalam perkara cepat atau ringan, dengan ancaman pidana maksimum tiga bulan penjara atau denda berupa perampasan kemerdekaan. Ancaman pidana dalam pelanggaran pemilupun lebih berat. Karena ancaman hukumannya maksimum 18 bulan penjara, namun tidak diperkenankan banding. Kemudian, pemohon berpendapat hal itu merupakan tindakan diskriminatif. Kenyataannya pertimbangan hukum MK menentukan lain. Mahkamah berpendapat, hal tersebut tidak termasuk dalam pengertian diskriminatif, seperti yang dimaksud Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Hal itu hanya merupakan pengaturan yang bersifat khusus yang merupakan pengecualian dari pengaturan bersifat umum, yang dapat dibenarkan sistem hukum. Pengakuan dan perlindungan atas hak asasi juga tidak bersifat mutlak, tapi dengan pembatasan tertentu yang dibenarkan sebagaimana diatur dalam Pasal 28J ayat 2 Undang-Undang 1945. MK juga mengakui terdapat inkonsistensi dalam menekankan kategori perkara cepat dan perkara ringan yang dikenal dalam sistem hukum pidana dan sistem acara pidana. Akan tetapi, mahkamah berpendapat karena sifat tindak pidana pemilu membutuhkan penyelesaian secara cepat, karena terkait dengan agenda ketatanegaraan, maka pengaturan tersebut cukup beralasan dan tidak bertentangan dengan UUD 1945. Jika memang pemohon dirugikan hak-hak konstitusionalnya, karena tidak terbukti secara sah melakukan pelanggaran pemilu, tapi karena penerapan hukum menunjukkan ke khilafan hakim dan kekeliruan yang nyata, maka pemohon dapat mengajukan upaya hukum luar biasa berupa peninjauan kembali ke mahkamah agung. Dalam putusan ini, terdapat perbedaan pendapat dari Hakim Konstitusi Maruarar Siahaan. Ia berpendapat pembatasan upaya hukum banding terhadap pemohon sebagai terdakwa, dengan adanya ketentuan Pasal 133 ayat 1 merupakan masalah yang sangat penting untuk dipertimbangkan. "Karena hal itu menyangkut prinsip-prinsip dasar hak asasi manusia yaitu prinsip non diskriminasi, persamaan di depan hukum dan hak atas perlindungan hukum yang sama tanpa diskriminasi," katanya dalam sidang. Perbedaan pengaturan klasifikasi perkara biasa, singkat, dan cepat haruslah didasarkan kriteria atau tolok ukur yang berlaku secara umum untuk perkara sejenis baik dalam undang-undang yang sama atau yang berbeda. Ia mengatakan dalam perkara tersebut, yang terpidana tidak diperkenankan banding, hal itu tidak didasarkan pada satu ukuran yang masuk akal dan wajar. Pieter Radjawani mengatakan kekecewaannya atas keputusan tersebut. Maria Ulfah - Tempo

Berita terkait

Cerita Mahfud Md Dongkol Putusan MK: Tapi Saya juga Marah Saat Jadi Ketua MK Tapi Diprotes

1 hari lalu

Cerita Mahfud Md Dongkol Putusan MK: Tapi Saya juga Marah Saat Jadi Ketua MK Tapi Diprotes

Mahfud Md bercerita soal dirinya yang dongkol saat MK menyatakan jika tak ada kecurangan dalam pelaksanaan Pemilu 2024.

Baca Selengkapnya

MK Bacakan Putusan Dismissal Sengketa Pileg pada 21-22 Mei

1 hari lalu

MK Bacakan Putusan Dismissal Sengketa Pileg pada 21-22 Mei

MK akan memberi tahu kelengkapan tambahan yang dibutuhkan dari pemohon jika perkara mereka lanjut ke pembuktian berikutnya setelah dismissal.

Baca Selengkapnya

Ketua MK Kritik Dokumen KPU Kurang Rapi di Sidang Sengketa Pileg 2024

1 hari lalu

Ketua MK Kritik Dokumen KPU Kurang Rapi di Sidang Sengketa Pileg 2024

Ketua MK itu berujar para kuasa hukum KPU juga harus memperhatikan aspek estetika dokumen, selain soal substansi.

Baca Selengkapnya

Hakim MK Tanya Ketua KPU di Sidang Sengketa Pileg: Bapak Tidur Ya?

2 hari lalu

Hakim MK Tanya Ketua KPU di Sidang Sengketa Pileg: Bapak Tidur Ya?

Ketua MK Suhartoyo meminta keterangan Hasyim soal konversi sisa suara yang tidak menjadi kursi parlemen dalam Pileg 2024.

Baca Selengkapnya

MK Tunda Pemeriksaan Delapan Sengketa Pileg 2024 di Papua Tengah

2 hari lalu

MK Tunda Pemeriksaan Delapan Sengketa Pileg 2024 di Papua Tengah

Papua Tengah menjadi wilayah dengan jumlah sengketa Pileg 2024 terbanyak di MK, dengan total 26 perkara.

Baca Selengkapnya

Konfirmasi Pemecatan 13 PPD di Papua Tengah, KPU: Kinerja Mereka Parah

3 hari lalu

Konfirmasi Pemecatan 13 PPD di Papua Tengah, KPU: Kinerja Mereka Parah

Idham menjelaskan bahwa KPU Papua Tengah sudah pernah diminta klarifikasi mengenai keterlambatan rekapitulasi suara di Kabupaten Puncak.

Baca Selengkapnya

Hakim MK Arsul Sani Guyon Soal Kekalahan MU di Sidang PHPU Pileg 2024

3 hari lalu

Hakim MK Arsul Sani Guyon Soal Kekalahan MU di Sidang PHPU Pileg 2024

Hakim MK Arsul Sani sempat berkelakar dengan Komisioner KPU di ruang sidang soal kekalahan tim sepak bola favoritnya, Manchester United.

Baca Selengkapnya

Sidang Sengketa Pileg 2024 di MK Dilanjut, Hari Ini Periksa 63 Perkara

3 hari lalu

Sidang Sengketa Pileg 2024 di MK Dilanjut, Hari Ini Periksa 63 Perkara

MK kembali menggelar sidang sengketa PHPU hasil Pileg 2024. Agenda hari ini akan memeriksa 63 perkara dengan sistem tiga panel dengan masing-masing tiga hakim konstitusi.

Baca Selengkapnya

Hakim MK Saldi Isra Cecar Bawaslu Soal Tanda Tangan Pemilih di Bangkalan yang Mirip

4 hari lalu

Hakim MK Saldi Isra Cecar Bawaslu Soal Tanda Tangan Pemilih di Bangkalan yang Mirip

Hakim MK Saldi Isra menyoroti tanda tangan pemilih pada daftar hadir TPS di Desa Durin Timur, Kecamatan Konang, Bangkalan yang memiliki kemiripan bentuk.

Baca Selengkapnya

Hakim Saldi Isra Guyon Soal Kekalahan Tim Bulu Tangkis Indonesia di Sidang Sengketa Pileg

4 hari lalu

Hakim Saldi Isra Guyon Soal Kekalahan Tim Bulu Tangkis Indonesia di Sidang Sengketa Pileg

Hakim MK Saldi Isra, melemparkan guyonan alias candaan mengenai Tim Bulu Tangkis Indonesia di Piala Thomas dan Uber 2024 dalam sidang sengketa pileg.

Baca Selengkapnya