TEMPO.CO, Malang - Jumlah penderita HIV/AIDS atau Orang dengan HIV dan AIDS (ODHA) di Kabupaten Malang, Jawa Timur, hingga saat ini mencapai 872 orang. Menurut Kepala Seksi Pemberantasan Penyakit Menular Langsung Dinas Kesehatan Kabupaten Malang, Tri Awignami Astoeti, jumlah tersebut adalah akumulasi sejak pertama kali kasus HIV/AIDS ditemukan pada 1991 hingga 2012. Mereka tersebar di 32 kecamatan.
Dari 33 kecamatan di Kabupaten Malang, hanya Kecamatan Kasembon yang relatif steril dari ODHA. Adapun para ODHA berada di enam kecamatan, yakni Gondanglegi 143 orang, Dampit (58 orang), Sumberpucung (57), Sumbermanjing Wetan (46 orang), Kepanjen (42 orang), dan Turen 40 orang.
”Bila merujuk prediksi WHO (Badan Kesehatan Dunia), mungkin saja di Kabupaten Malang terdapat 8.720 ODHA karena ini seperti fenomena gunung es,” kata Awig, sapaan akrab Tri Awignami Astoeti, dalam acara pelatihan meliput isu HIV dan AIDS yang diikuti 20 jurnalis di kantor Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Malang, Rabu, 10 April 2013.
Menurut Awig, ODHA terbanyak (257 orang) berusia 30-39 tahun, terdiri dari 137 perempuan dan 120 laki-laki; sebanyak 221 ODHA berusia 20-29 tahun, terdiri dari 122 perempuan dan 99 pria, serta 103 ODHA berusia 40-49 tahun, terdiri dari 52 pria dan 51 perempuan.
Dari 18 latar belakang pekerjaannya, status ODHA didominasi 149 wanita pekerja seks (WPS) dan 259 ODHA yang tidak diketahui pekerjaannya karena yang bersangkutan menyembunyikan diri. Yang memprihatinkan, terdapat pula 116 orang ibu dan 27 orang bayi berstatus ODHA.
Dinas Kesehatan bersama Komisi Penanggulangan HIV/AIDS (KPA) Kabupaten Malang secara rutin memberi layanan kesehatan dan obat antiretroviral atau ARV (obat yang bekerja melawan infeksi itu sendiri dengan cara memperlambat produksi HIV dalam tubuh) untuk meningkatkan kekebalan tubuh ODHA. Obat ini diberikan gratis.
Sekretaris KPA Kabupaten Malang Adi Purwanto memaparkan ditemukan 14 lokasi prostitusi terselubung di Kabupaten Malang. Sularsih merupakan warga Kabupaten Malang pertama yang terinfeksi HIV dan mampu bertahan hidup kurang dari 30 tahun.
Aliansi Untuk Mengakhiri AIDS pada Anak di Indonesia Resmi Dibentuk!
2 Desember 2022
Aliansi Untuk Mengakhiri AIDS pada Anak di Indonesia Resmi Dibentuk!
Di Indonesia, hanya 25% dari anak-anak yang hidup dengan HIV menjalani pengobatan ARV yang menyelamatkan jiwa. UNAIDS Indonesia, Jaringan Indonesia Positif, Ikatan Perempuan Positif Indonesia, Lentera Anak Pelangi, dan Yayasan Pelita Ilmu menginisiasi aliansi baru untuk memperbaiki salah satu masalah yang paling mencolok dalam respon penanggulangan AIDS.