TEMPO Interaktif, Jakarta:Presiden Megawati Soekarnoputri menilai waktu pelaksanaan pemilihan umum legislatif dengan pemilihan presiden tahun ini berdekatan, sehingga membutuhkan energi yang luar biasa dan membuat distorsi di berbagai bidang kehidupan. Yang dimaksud Presiden sebagai distorsi adalah adanya semacam ketidakpastian di tengah-tengah masyarakat atas hasil pemilu. Karena itu Presiden memberikan masukan ke Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) agar mengatur waktu pelaksanaan pemilu mendatang lebih longgar.Hal ini diungkapkan Presiden kepada Pimpinan Pusat Kolektif Kesatuan Organisasi Serbaguna Gotong Royong 1957 (Kosgoro) di Istana Negara, Jakarta, Senin (30/8). Ketua Umum Kosogoro 1957 Agung Laksono menyatakan, Presiden mendorong DPR agar memikirkan masalah ini untuk pemilu mendatang."Agar mulai dipikirkan tahun 2005, ada jarak antara pemilu legislatif dengan pemilihan presiden," kata Agung. Ia mencontohkan, pemilihan presiden dilakukan setahun setelah pemilu legislatif. "Kalau tidak orang akan bertanya-tanya terus hasilnya. Sehingga negara ini terus-menerus perhatiannya tersedot kepada masalah politik," kata Agung. Presiden, kata Agung, juga mempermasalahkan waktu kampanye pemilihan presiden yang terlalu pendek, yaitu tiga hari. "Sepertinya waktu tiga hari itu tidak optimal," katanya. Berbeda dengan waktu kampanye pemilu legislatif selama satu bulan. Dalam pertemuan itu, Agung juga menyampaikan kepada Presiden bahwa Kosgoro 1957 akan melaksanakan Musyawarah Pimpinan Nasional di Surabaya pada tanggal 10-12 September mendatang. "Agendanya konsolidasi kader dan kebijakan pengembangan perekonomian rakyat."Yura Syahrul - Tempo News Room