Calon Presiden 2009-2014, Susilo Bambang Yodhoyo dan Megawati Soekarno Putri bersalaman sebelum pengundian nomor urut Pilpres, di Komisi Pemilihan Umum, Jakarta, (30/5). Foto : TEMPO/Imam Sukamto
TEMPO.CO, Jakarta - Lembaga Survei Indonesia menilai hingga menjelang akhir tahun 2012 belum ada tokoh yang memiliki dukungan kuat dari masyarakat.
Hal ini disimpulkan dari serangkaian survei nasional yang dilakukan sepanjang 2012. Tokoh ini baru disebut memiliki dukungan kuat masyarakat jika mereka dipilih secara spontan (top of mind) dengan jumlah suara rata-rata di atas 10 persen.
"Karena itu para tokoh ini jangan malu. Masyarakat tidak ingin membeli kucing dalam karung," ujar Burhanuddin Muhtadi, Ketua Lembaga Survei Indonesia, dalam peluncuran majalah Indonesia 2014, Rabu, 28 November 2012.
Sepanjang 2012, total suara yang diperoleh calon yang masuk dalam 10 besar rata-rata hanya sekitar 33 persen. Padahal, sejumlah tokoh ini sudah dikenal luas, rata-rata skor dikenalnya di atas 60 persen responden.
"Masalahnya, terlalu sedikit pemilih mampu menentukan pilihan. Kalaupun memilih, mereka menjatuhkan pilihan ke nama lain dan itu sangat menyebar," kata Kuskridho Ambardi, Direktur Eksekutif LSI.
Salah satu penyebab utamanya, para pemilih belum mengetahui kualitas masing-masing tokoh. "Karena, masing-masing harus mau menerangkan visi-misinya. Biar kami 'telanjangi' untuk kita tes," Burhanuddin melanjutkan.
Beberapa nama tokoh masuk dalam hasil survei kerja sama LSI dan majalah Indonesia 2014 yang berjudul "Menuju Pilpres 2014 yang Lebih Berkualitas". Lima tokoh yang sudah dikenal luas pemilih alias populer di masyarakat adalah Megawati Soekarnoputri, Jusuf Kalla, Prabowo Subianto, Wiranto, dan Aburizal Bakrie.
DPR Dorong KPU dan Bawaslu Antisipasi Potensi Masalah Pemilu 2024
22 Desember 2021
DPR Dorong KPU dan Bawaslu Antisipasi Potensi Masalah Pemilu 2024
Komisi II DPR meminta KPU dan Bawaslu Provinsi Jawa Barat mengantisipasi kesulitan pemilih menggunakan hak pilih, lantaran diprediksi akan banyak surat suara.