43 Aliran Kepercayaan di Jawa Tengah Hilang

Reporter

Rabu, 26 September 2012 03:04 WIB

TEMPO.CO, Semarang--Lembaga Studi Sosial dan Agama (eLSA) Semarang menyatakan sudah ada 43 aliran kepercayaan dan kelompok penghayat di Jawa Tengah yang saat ini sudah hilang. "Mereka hilang akibat mati tidak ada penerusnya tapi ada pula yang hilang karena dilarang kelompok tertentu dan pemerintah," kata Direktur eLSA Semarang Tedi Kholiluddin kepada Tempo di Semarang, Selasa 25 September 2012.

Tedi menyatakan aliran kepercayaan yang hilang itu tersebar di beberapa kabupaten/kota di Jawa Tengah, di antaranya Klaten sebanyak 11 kelompok, Semarang (7), Slawi (6), Wonosobo (5), Surakarta (4), Wonogiri (4), serta Kudus (3).

Di Semarang, misalnya, aliran kepercayaan dan kelompok penghayat yang sudah hilang di antaranya: Kawruh Kodratullah, Gaibing Pangeran, Agama Islam Alim Adil, Children of God, Darul Hadist, Inkarussunnah, Agama Jowo Sanyoto, dan Satrio Sejati.

Meski sudah banyak yang bubar, tapi jumlah aliran kepercayaan di Jawa Tengah masih mencapai 296 aliran kepercayaan. Ratusan aliran kepercayaan tersebut yang secara resmi terdaftar di Pengawas Aliran Kepercayaan Masyarakat (Pakem) Jawa Tengah. Kota Semarang memiliki kelompok aliran kepercayaan paling banyak, yakni ada 24 kelompok, Blora ada 19, Solo 16, dan Cilacap 16. "Rata-rata semuanya masih aktif," kata Tedi.

Tedi menyatakan jumlah aliran kepercayaan itu hanya yang terdaftar. Tedi memperkirakan jumlah aliran kepercayaan di Jawa Tengah akan lebih banyak lagi yang tidak terdaftar.

Tedi menyatakan aliran kepercayaan itu mati ada beberapa sebab. Misalnya: regenerasi di aliran kepercayaan bersangkutan tidak jalan. Anak-anak muda gak terlalu tertarik dengan ajaran-ajaran leluhur mereka karena interaksi dengan dunia luar. Ada pula faktor pemerintah yang membubarkan mereka karena desakan kelompok tertentu yang belum bisa menerima eksistensi kelompok penghayat.

Kata Tedi, biasanya pemerintah ditekan kelompok agama tertentu untuk melarang aliran kepercayaan. "Alasannya dianggap menyimpang atau sesat," kata Tedi. Sebab, kata Tedi, ada orang beragama yang memiliki pandangan bahwa kepercayaan itu bukan termasuk agama.

Padahal, kata Tedi, dalam perspektif kehidupan keberagamaan satu kelompok dengan kelompok lain harus saling menghargai dan tidak bisa menuduh kelompok lain menyebut sesat.

Dalam catatan eLSA, penghilangan aliran kepercayaan itu tak hanya terjadi beberapa tahun lalu. Tahun 2012 ini juga ada beberapa peristiwa bernuansa agama yang melibatkan kelompok aliran kepercayaan, di antaranya: vonis empat tahun penjara terhadap pemimpin aliran Amanat Keagungan Ilahi (AKI) Klaten, Andreas Guntur; penolakan pembangunan Sanggar Sapto Darmo di Rembang, pembongkaran Sanggar Aliran Ngesthi Kasampurnan di Sumowono Kabupaten Semarang; serta pembubaran Aliran Sheh Abas Maulana Malik Ibrahim di Temanggung pada Maret lalu.

Menurut Tedi, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan agar aliran kepercayaan di Jawa Tengah bisa tetap eksi. "Memperteguh eksistensinya secara konstitusional karena mereka juga harus dilindungi," kata Tedi. Selain itu, tambah Tedi, aliran kepercayaan yang merasa tidak berakar dari agama tertentu harus punya ketegasan untuk mengakui bahwa ajaran mereka tidak bersumber dari ajaran tertentu sehingga kolom agama di kartu tanda penduduk bisa dikosongkan.

Salah satu penganut Sedulur Sikep di Pati, Gunretno menyatakan sedikit demi sedikit arus globalisasi dan kapitalisme memang terus menggerogoti nilai-nilai lokalitas yang dianut aliran kepercayaan. Ia mencontohkan sikap gotong royong antar warga kini sudah mulai menjadi barang mahal.

Gunretno menyatakan pihaknya memang tak begitu membutuhkan pengakuan dari pemerintah. Kata dia, yang terpenting ada bukti perilaku di lapangan dalam menjalankan nilai-nilai aliran kepercayaan.

"Tak hanya soal tertulis dan terdaftar. Yang lebih penting adalah dibuktikan. Misalnya jika pemerintah juga harus memberikan pelayanan tanpa ada pembedaan," kata Gunretno. Salah satu cara untuk menguri-uri aliran kepercayaan, kata Gunretno, adalah jangan melupakan perintah dan arahan dari para orang tuanya.

ROFIUDDIN

Baca juga:
Ketika Penganut Samin Dapat E-KTP
Anak Samin Dijebak Mengakui Agama
Ahmadiyah dan Sunda Wiwitan Tidak Bisa Ikut E-KTP
Aturan Perkawinan Penganut Aliran Kepercayaan Segera Terbit
Sunni dan Syiah Indonesia Percaya Imam Mahdi

Berita terkait

Miniatur Toleransi dari Tapanuli Utara

26 hari lalu

Miniatur Toleransi dari Tapanuli Utara

Bupati Nikson Nababan berhasil membangun kerukunan dan persatuan antarumat beragama. Menjadi percontohan toleransi.

Baca Selengkapnya

Indonesia Angkat Isu Literasi Keagamaan Lintas Budaya di Sidang Dewan HAM PBB

43 hari lalu

Indonesia Angkat Isu Literasi Keagamaan Lintas Budaya di Sidang Dewan HAM PBB

Isu tersebut dinggap penting diangkat di sidang Dewan HAM PBB untuk mengatasi segala bentuk intoleransi dan prasangka beragama di dunia.

Baca Selengkapnya

Asal-usul Hari Toleransi Internasional yang Diperingati 16 November

16 November 2023

Asal-usul Hari Toleransi Internasional yang Diperingati 16 November

Setiap 16 November diperingati sebagai Hari Toleransi Internasional.

Baca Selengkapnya

Terkini Metro: Pangdam Jaya Ajak Remaja Masjid Jaga Toleransi, BMKG Minta Warga Depok Waspada Kekeringan

18 Juni 2023

Terkini Metro: Pangdam Jaya Ajak Remaja Masjid Jaga Toleransi, BMKG Minta Warga Depok Waspada Kekeringan

Kepada remaja masjid, Pangdam Jaya mengatakan pluralisme sebagai modal kuat dalam bekerja sama untuk menjaga persaudaraan dan kedamaian di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Mas Dhito Puji Toleransi Umat Beragama Desa Kalipang

24 Mei 2023

Mas Dhito Puji Toleransi Umat Beragama Desa Kalipang

Berbudaya itu, bagaimana budaya toleransi beragama, menghargai umat beragama lain, budaya tolong menolong.

Baca Selengkapnya

Ngabuburit di Tepi Danau Jakabaring Sambil Lihat Simbol Toleransi Beragama

1 April 2023

Ngabuburit di Tepi Danau Jakabaring Sambil Lihat Simbol Toleransi Beragama

Di akhir pekan atau hari libur nasional, Jakabaring Sport City menjadi pilihan destinasi liburan dalam kota yang seru.

Baca Selengkapnya

Ketua MPR Ajak Junjung Tinggi Nilai Toleransi Agama

16 Februari 2023

Ketua MPR Ajak Junjung Tinggi Nilai Toleransi Agama

Indeks perdamaian global terus memburuk dan mengalami penurunan hingga 3,2 persen selama kurun waktu 14 tahun terakhir.

Baca Selengkapnya

Bamsoet: MPR dan MUI Siap Gelar Sosialisi Empat Pilar MPR

2 Februari 2023

Bamsoet: MPR dan MUI Siap Gelar Sosialisi Empat Pilar MPR

Sosialisasi itu akan mengangkat tema seputar peran organisasi keagamaan dalam menjaga kerukunan dan kondusivitas bangsa.

Baca Selengkapnya

Wakil Kepala BPIP Dorong Pemkab Klaten dan FKUB Raih Penghargaan

16 November 2022

Wakil Kepala BPIP Dorong Pemkab Klaten dan FKUB Raih Penghargaan

Klaten disebut sebagai miniaturnya Indonesia. Di tengah keberagaman agama tetap memiliki keharmonisan, persatuan dan kesatuan.

Baca Selengkapnya

Siswi Muslim Jadi Ketua Osis di SMA Katolik St. Fransiskus Saverius Ruteng

28 Oktober 2022

Siswi Muslim Jadi Ketua Osis di SMA Katolik St. Fransiskus Saverius Ruteng

Aprilia Inka Prasasti terpilih sebagai ketua Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) di SMA Katolik St. Fransiskus Saverius Ruteng Nusa Tenggara Timur.

Baca Selengkapnya