DPR Minta BPK Audit Kontrak-Kontrak KPU

Reporter

Editor

Senin, 24 Mei 2004 00:41 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta: Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) minta Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) melakukan audit investigasi terhadap perjanjian Komisi Pemilihan Umum (KPU) dengan pihak ketiga sehubungan dengan penggunaan uang negara dalam pelaksanaan pemilihan umum (pemilu) legislatif dan presiden. "Agar terjadi akuntabilitas pada anggaran yang sudah diberikan kepada KPU," kata Ketua Komisi II DPR, Teras Narang usai mengikuti rapat dengar pendapat DPR dengan KPU dan Panwaslu di Jakarta, Senin (24/5).DPR juga minta KPU untuk mempertanggung-jawabkan secara rinci dan transparan penggunaan semua anggaran, terutama menyangkut distribusi logistik. "Komisi II melihat ada 'masalah' pada pelaksaan pemilu, mulai dari pendaftaran pemilih, pengadaan logistik sampai distribusi, sosialisasi dan penghitungan suara," kata Teras. Tampak dalam rapat dengar pendapat, beberapa anggota dewan mempertanyakan pengeluaran dana KPU. Lihat saja misalnya yang ditanyakan Endang Zainal Abidin, "berapa dana yang sudah dikeluarkan KPU ketika menyelenggarakan pemilu legislatif dan presiden". Menanggapi itu, Wakil Ketua KPU Ramlan Surbakti menjawab, sejak 2000 sampai sekarang, pagu anggaran KPU untuk pelaksanaan Pemilu 2004 adalah Rp. 6.625.555.588.765. Selama 2000-2003, KPU sudah mengeluarkan dana sebesar Rp. 1.589.950.792.722 dari pagu anggaran sebesar Rp. 2.677.946.026.980. Khusus 2004, pagu anggaran KPU adalah Rp. 3.947.609.561.785 dan yang sudah digunakan pada pemilu legislatif mencapai Rp. 2.887.156.089.917. Rencananya, untuk pemilu presiden, KPU akan menghabiskan dana sebesar Rp. 612.843.910.083. "Tapi, ini diperkirakan hanya mencukupi pada pemilu presiden tahap pertama saja. Tahap kedua, KPU terpaksa mengajukan anggaran sebesar Rp. 418 miliar," kata Ramlan. Lain lagi pertanyaan dari anggota dewan lainnya, Ida dari Partai Kebangkitan Bangsa yang mempertanyakan kontrak KPU dengan PT. Pura Barutama. Sayuti dari Partai Bulan Bintang mempertanyakan penggunaan anggaran untuk pengadaan kotak suara dan sistem informasi KPU. "Dalam dokumen dinyatakan, harga termasuk biaya pengiriman. Tapi barang belum dikirim, kok sudah dibayar 80 persen?" tanya Sayuti. Lebih lanjut Sayuti juga mempertanyakan realisasi anggaran pengadaan surat suara yang mencapai Rp. 468 miliar. Padahal, pagu yang sudah ditetapkan adalah Rp. 372,5 miliar. Menanggapi itu, Ramlan menyatakan, pekerjaan KPU hanya mempunyai 55 hari untuk membuat surat suara, mencetak dan mendistribusikannya. Bahkan pada pemilu presiden mendatang, KPU hanya memiliki waktu sebulan untuk mencetak surat suara sampai mengedarkannya. "Tapi kami tidak seperti nenek-nenek yang terjatuh di lubang yang sama, walau beban ini sangat singkat," kata Ramlan. Istiqomatul Hayati - Tempo News Room

Berita terkait

Suap demi Predikat WTP dari BPK

1 hari lalu

Suap demi Predikat WTP dari BPK

Suap demi mendapatkan predikat WTP dari BPK masih terus terjadi. Praktik lancung itu dinilai terjadi karena kewenangan besar milik BPK.

Baca Selengkapnya

Kolega Achsanul Qosasi Mengaku Tak Tahu Soal Sandi Garuda dalam Korupsi BTS Kominfo

2 hari lalu

Kolega Achsanul Qosasi Mengaku Tak Tahu Soal Sandi Garuda dalam Korupsi BTS Kominfo

Sadikin Rusli mengaku tidak mengetahui kode 'Garuda' digunakan untuk Mantan Direktur PT Multimedia Berdikari Sejahtera dalam korupsi BTS Kominfo.

Baca Selengkapnya

Sidang Korupsi BTS: Ada Usaha BLU Kominfo Hilangkan 17 Temuan BPK

2 hari lalu

Sidang Korupsi BTS: Ada Usaha BLU Kominfo Hilangkan 17 Temuan BPK

Pertemuan itu terjadi di ruang kerja Achsanul Qosasi di Kantor BPK.

Baca Selengkapnya

Achsanul Qosasi Sewa Rumah di Kemang untuk Simpan Uang Suap Rp 40 Miliar Kasus BTS

3 hari lalu

Achsanul Qosasi Sewa Rumah di Kemang untuk Simpan Uang Suap Rp 40 Miliar Kasus BTS

Mantan anggota BPK Achsanul Qosasi mengaku menyewa rumah di Kemang khusus untuk menyimpan uang suap Rp 40 miliar kasus BTS.

Baca Selengkapnya

Auditor BPK Disebut Minta Rp 12 Miliar untuk Menerbitkan WTP Kementerian Pertanian era Syahrul Yasin Limpo

8 hari lalu

Auditor BPK Disebut Minta Rp 12 Miliar untuk Menerbitkan WTP Kementerian Pertanian era Syahrul Yasin Limpo

Permintaan itu agar Kementerian Pertanian mendapat predikat WTP dari BPK karena ada kejanggalan anggaran proyek food estate era Syahrul Yasin Limpo.

Baca Selengkapnya

Kabupaten Batanghari Raih Predikat WTP Ke-9

8 hari lalu

Kabupaten Batanghari Raih Predikat WTP Ke-9

Kabupaten Batanghari raih predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) ke-9, di Auditorium Kantor Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI Perwakilan Provinsi Jambi, pada Selasa, 7 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Saksi Akui Diminta Sewa Pesawat Rp 1,4 Miliar untuk Kunjungan Kerja Syahrul Yasin Limpo ke Maluku dan Anggarkan Beli 12 Sapi Kurban

8 hari lalu

Saksi Akui Diminta Sewa Pesawat Rp 1,4 Miliar untuk Kunjungan Kerja Syahrul Yasin Limpo ke Maluku dan Anggarkan Beli 12 Sapi Kurban

Hermanto diminta untuk menyediakan uang di luar anggaran Kementerian Pertanian untuk membeli sapi kurban buat Syahrul Yasin Limpo.

Baca Selengkapnya

Warga Panama Selenggarakan Pemilihan Umum

11 hari lalu

Warga Panama Selenggarakan Pemilihan Umum

Warga Panama pada Minggu, 5 Mei 2024, berbondong-bondong memberikan hak suaranya dalam pemilihan umum untuk memilih presiden

Baca Selengkapnya

Begini Jawaban BRIN soal Perintah Pengosongan Rumah Dinas di Puspitek Serpong

17 hari lalu

Begini Jawaban BRIN soal Perintah Pengosongan Rumah Dinas di Puspitek Serpong

Manajemen BRIN angkat bicara soal adanya perintah pengosongan rumah dinas di Puspitek, Serpong, Tangerang Selatan.

Baca Selengkapnya

Anggota Dewan Sebut Program Rice Cooker Gratis Kementerian ESDM Abal-abal, Harus Diaudit BPK

52 hari lalu

Anggota Dewan Sebut Program Rice Cooker Gratis Kementerian ESDM Abal-abal, Harus Diaudit BPK

Program rice cooker gratis merupakan proyek hibah untuk rumah tangga yang diatur dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 11 Tahun 2023.

Baca Selengkapnya