TEMPO.CO, Jakarta - Polisi sulit menjadikan akun yang menggunakan nama lain di media sosial Twitter sebagai bukti identitas pelaku kejahatan. Ini terkait penyidikan polisi atas laporan Jaksa Agung Muda bidang Pengawasan, Marwan Effendi, mengenai pencemaran nama baik oleh akun @fajriska dan @TrioMacan2000.
"Akun Twitter susah jadi bukti kuat, meski diperiksa server-nya, tersangka bisa menyangkal," kata juru bicara Kepolisian RI, Inspektur Jenderal Saud Usman Nasution, di kantornya, Senin, 25 Juni 2012.
Saud menyatakan, Marwan sudah membuat laporan di Badan Reserse Kriminal Mabes Polri pada 11 Juni 2012. Mantan Asisten Pidana Khusus Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta ini melaporkan pencemaran nama baik oleh seorang kuasa hukum bernama Fajriska Mirza.
"Marwan merasa tidak puas atas tindakan Fajriska yang mengunduh berita palsu ke Twitter," kata dia.
Marwan melaporkan pemilik akun Twitter @fajriska yang bernama Fajriska Mirza. Pemilik akun ini juga kerap disapa Boy dan diduga menyebarkan informasi palsu berkaitan dengan kasus Korupsi di BRI pada 2003.
Akun Twitter tersebut berkicau, Marwan yang ketika itu menjabat sebagai Asisten Pidana Khusus Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta diduga telah menggelapkan uang yang menjadi barang bukti sebesar Rp 500 miliar. Kicauan ini membuat Marwan meradang.
Marwan juga pernah memaparkan, Fajriska adalah seorang penasihat hukum yang pernah bekerja pada mantan Jaksa Agung MA Rachman. Hal ini yang menjadi alasan Marwan enggan langsung melaporkan Fajriska yang beberapa kali telah menyebarkan berita palsu dan menuding.
"Saat ini sedang ditangani Direktorat Pidum Bareskrim, untuk sementara kita lihat dulu pelanggaran apa saja yang terbukti," kata Saud.
