TEMPO.CO, Jakarta - Komisi Kesehatan mengkritisi rencana Kementerian Kesehatan menggalakkan progam kampanye penggunaan kondom. Anggota Komisi dari Partai Keadilan Sejahtera, Indra, mengatakan program kondom tak layak dijadikan program prioritas.
"Kementerian semestinya lebih memprioritaskan jangkauan layanan kesehatan untuk masyarakat miskin," kata Indra dalam rapat kerja dengan Kementerian Kesehatan di kompleks parlemen Senayan, Jakarta, Senin, 25 Juni 2012.
Menurut Indra, saat ini ada banyak masyarakat miskin yang tidak mendapat layanan kesehatan yang layak. Bahkan, masih banyak kasus rumah sakit yang menolak layanan kesehatan pada masyarakat miskin. Untuk mencegah penularan virus HIV dan AIDS, Indra menyarankan agar Kementerian lebih fokus pada kampanye bahaya seks berisiko.
Kata Indra, saat ini dari seluruh kasus HIV dan AIDS di Indonesia, sebanyak 42,4 persen disebarkan melalui jarum suntik. "Seharusnya daripada kampanye kondom, Kementerian lebih memprioritaskan larangan pemakaian jarum suntik dan narkoba."
Program kampanye kondom dinilainya justru berpotensi meningkatkan seks bebas di tengah masyarakat dan akan meningkatkan risiko penyakit lainnya. Penggunaan kondom juga dianggap tak efektif mencegah penularan HIV dan AIDS. "Saya dengan tegas menolak kampanye kondom ini."
Anggota Komisi dari Partai Kebangkitan Bangsa, Chusnunia, juga menilai program kampanye kondom tak layak menjadi program prioritas. Kementerian, kata dia, harus bisa menjelaskan korelasi penggunaan kondom terhadap penurunan angka seks bebas dan aborsi.
Menurut dia, daripada kampanye kondom, pemerintah lebih baik memprioritaskan penurunan angka kematian ibu dan anak. "Menteri juga harus mengutamakan perbaikan layanan kesehatan masyarakat sampai ke desa-desa."
Anggota Komisi dari Fraksi Demokrat, Subagyo Partodiharjo, mengatakan sebenarnya dari sisi kesehatan program kampanye penggunaan kondom itu bagus. Dia meminta masyarakat menilai kampanye kondom dari sisi kesehatannya. Menurut dia, masyarakat harus terus disadarkan akan besarnya risiko seks bebas. Subagyo setuju bahwa penggunaan kondom akan mengurangi risiko penyebaran HIV AIDS. "Persoalan moral akan menjadi wilayah kementerian lain, seperti Kementerian Agama dan tokoh masyarakat."
Sebelumnya, Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi mengatakan pemerintah saat ini menggalakkan program penggunaan kampanye kondom pada kelompok seks berisiko. Alasannya, jumlah penderita HIV dan AIDS di Indonesia terus meningkat. Pada 2009, jumlah penderita HIV mencapai 9.793 dan AIDS 3863. Angka ini meningkat pada 2010 dengan penderita HIV 21.591 dan AIDS 5.744, tahun 2011 menjadi HIV 21.031, dan AIDS 4.162. Pada tahun 2012, kata Nafsiah, angka ini bisa terus meningkat jika tidak segera diatasi. Hingga Mei 2012, jumlah penderita HIV tercatat 5.991 dan AIDS 551.
Menurut Nafsiah, tingginya penularan HIV dan AIDS disebabkan oleh banyaknya pria dewasa yang memelihara kebiasaan belanja seks. "Dari 240 penduduk, sebanyak 3,1 juta pria membeli seks." Prilaku negatif ini menyebabkan 1,6 juta penduduk menikah dengan pria berisiko menderita HIV dan AiDS.
IRA GUSLINA SUFA
Berita terkait
Pasien HIV Tertutup dengan Statusnya, Tantangan Tersulit Tenaga Kesehatan Berikan Layanan
10 Desember 2023
Orang dengan HIV diharapkan tidak menutup status kesehatannya. Tenaga kesehatan dan komunitas bisa mendampingi mereka demi kualitas hidup yang baik.
Baca SelengkapnyaSatu Pasien Kritis Cacar Monyet Meninggal di RSCM, Punya Riwayat Positif HIV
23 November 2023
Satu pasien cacar monyet atau Monkeypox (Mpox) dalam kondisi kritis meninggal di RSCM. Punya riwayat penyakit HIV.
Baca SelengkapnyaFakta Menarik Buah Matoa dari Papua, Diklaim Bisa Cegah Terbentuknya Virus HIV
19 November 2023
Buah matoa banyak terdapat di Papua. Buah itu masih satu keluarga dengan kelengkeng dan rambutan.
Baca SelengkapnyaAJI Sebut Sejumlah Media Abai Kode Etik dalam Memberitakan Kekasih Mario Dandy
8 Maret 2023
AJI Indonesia mendesak media mematuhi kode etik jurnalistik dalam memberitakan kekasih tersangka kasus penganiayaan, Mario Dandy Satriyo.
Baca SelengkapnyaAliansi Untuk Mengakhiri AIDS pada Anak di Indonesia Resmi Dibentuk!
2 Desember 2022
Di Indonesia, hanya 25% dari anak-anak yang hidup dengan HIV menjalani pengobatan ARV yang menyelamatkan jiwa. UNAIDS Indonesia, Jaringan Indonesia Positif, Ikatan Perempuan Positif Indonesia, Lentera Anak Pelangi, dan Yayasan Pelita Ilmu menginisiasi aliansi baru untuk memperbaiki salah satu masalah yang paling mencolok dalam respon penanggulangan AIDS.
Baca SelengkapnyaRent, Drama Musikal Pertunjukan Broadway akan Ditampilkan di Jakarta
18 November 2022
Drama musikal Rent berkisah tentang sekelompok seniman muda yang bertahan hidup dari kondisi kemiskinan dan bayang-bayang penyakit HIV/AIDS.
Baca SelengkapnyaRomantika Merawat Anak dengan HIV / AIDS
25 September 2022
Merawat anak dengan HIV / AIDS menjadi tantangan besar bagi orang tua.
Baca SelengkapnyaKasus HIV di Kota Bandung Bertambah 400 Orang Setiap Tahun
30 Agustus 2022
Berdasarkan pola penyebarannya, mayoritas kasus HIV di Kota Bandung pada kalangan heteroseksual, kemudian pengguna narkoba dengan cara suntik.
Baca SelengkapnyaWorld AIDS Day 2021: Perlu Kemitraan Hadapi Ketidaksetaraan di Masa Pandemi
1 Desember 2021
Dunia akan memasuki tahun ketiga pandemi Covid 19, demikian juga epidemi HIV/AIDS akan memasuki dekade kelima.
Baca SelengkapnyaKasus HIV / AIDS di Marauke Papua Terus Mengalami Peningkatan
7 September 2021
Meningkatnya angka kasus penderita HIV / AIDS di Merauke, Januari-Juni 2021 terdapat 53 kasus baru yang muncul, setengah dari akumulatif tahun 2020.
Baca Selengkapnya