TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tidak akan memberikan pernyataan mengenai formasi terakhir partai koalisi pendukung pemerintahannya setelah kabar dikeluarkannya Partai Keadilan Sejahtera dari koalisi. Soalnya, dalam code of conduct partai politik koalisi sudah sangat jelas tertulis bahwa tidak perlu adanya pernyataan Presiden mengenai hal tersebut.
"Bapak Presiden tidak akan memberikan pernyataan khusus posisi partai anggota koalisi, termasuk PKS," kata juru bicara kepresidenan, Julian Aldrian Pasha, kepada Tempo, Sabtu, 7 April 2012.
Menurut Julian, berdasarkan code of conduct yang disepakati semua parpol koalisi disebutkan, bila terjadi ketidaksepakatan terhadap posisi bersama koalisi, terlebih menyangkut isu yang vital dan strategis, yang justru dituntut kebersamaan dalam Koalisi, semaksimal mungkin tetap dilakukan komunikasi politik untuk menemukan solusi yang terbaik.
Namun, apabila pada akhirnya tidak ditemukan solusi yang disepakati bersama, maka parpol peserta koalisi yang bersangkutan dapat mengundurkan diri dari koalisi. Manakala parpol yang bersangkutan tidak mengundurkan diri, pada hakikatnya, kebersamaannya dalam koalisi partai telah berakhir. "Itu bahasa yang jelas dan tidak perlu ada pernyataan Presiden terkait hal termaksud," ucap Julian.
Selasa malam pekan ini, Sekretariat Gabungan Partai Koalisi Pendukung Pemerintahan Yudhoyono sepakat mengeluarkan PKS dari koalisi. Pernyataan ini disampaikan oleh Sekretaris Setgab Syarief Hasan. Alasannya, sikap PKS berseberangan dengan partai koalisi mengenai isu kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi.
PKS dianggap telah melanggar code of conduct parpol koalisi. Keputusan yang diambil di kediaman Yudhoyono di Puri Cikeas, Bogor, itu dihadiri oleh semua pimpinan partai koalisi, kecuali pimpinan PKS. Imbas dari keputusan ini, tiga menteri asal PKS dalam Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II terancam dirombak.
Ihwal reshuffle kabinet, menurut Julian, jika dipandang dan dipertimbangkan perlu untuk melakukan hal itu, maka Presiden memiliki hak konstitusional untuk melakukan perombakan kabinet kapan pun. "Pada titik ini, tentu akan disampaikan secara langsung oleh Bapak Presiden," kata dia.
PRIHANDOKO
Berita terkait
Didesak Bubarkan Koalisi, Kubu Jokowi: Demokrat Terbayang Setgab
11 Juni 2019
Setgab tak berjalan harmonis. Koalisi pecah. PKS paling sering berbeda pendapat dengan kebijakan SBY. Setgab akhirnya vakum .
Baca SelengkapnyaSBY Minta Partai Setgab Tak Segera Bentuk Koalisi
17 April 2014
Soal arah koalisi ini, Demokrat tengah mempersiapkan kekuatan baru.
Baca SelengkapnyaMungkinkah Demokrat Akan Oposisi? Ini Kata SBY
11 Maret 2014
SBY mengaku punya amunisi dan pengalaman memimpin era politik yang gaduh.
Baca SelengkapnyaPAN: SBY Kehilangan Wibawa di Koalisi
16 Januari 2014
Karena tidak jelasnya penghargaan dan sanksi untuk anggota koalisi.
Baca SelengkapnyaPPP: Enggak Usah Dibubarkan Setgab Bubar Sendiri
27 September 2013
Masing-masing partai politik telah mempunyai agenda prioritas masing-masing.
Baca SelengkapnyaGolkar Relakan Kantor Setgab Jadi Markas Pramono
26 September 2013
Setgab jarang rapat di tempat itu.
Baca SelengkapnyaPKB: Setgab Sudah Lama Vakum
25 September 2013
Kantor Setgab jadi markas tim Pramono Edhie.
Baca SelengkapnyaPKB Pasrah Kantor Setgab Jadi Markas Pramono Edhie
25 September 2013
Marwan Jafar mengatakan penggunaan kantor sepenuhnya hak si pemilik, yakni Menteri Perumahan Rakyat Djan Faridz.
Baca SelengkapnyaPAN Usulkan Kantor Sekretariat Gabungan Digilir
25 September 2013
Keberhasilan pemerintahan yang disokong partai koalisi tidak ditentukan oleh ada-tidaknya kantor Sekretariat.
Baca SelengkapnyaNasib PKS di Koalisi Belum Dibahas
25 Juni 2013
Anggota koalisi menyerahkan sepenuhnya nasib tiga menteri PKS kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Baca Selengkapnya