Presiden Didesak Jelaskan Soal Status Siaga Satu  

Reporter

Editor

Senin, 25 April 2011 00:42 WIB

ANTARA/Widodo S. Jusuf

TEMPO Interaktif, Jakarta - Wakil Ketua Komisi Pertahanan dan Luar Negeri DPR Tubagus Hasanuddin meminta Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjelaskan keputusan memberlakukan status siaga satu di tingkat nasional, beberapa hari lalu.

"Adakah presiden memprediksi atau memperkirakan akan ada sesuatu dalam skala nasional? Presiden harus menjelaskannya kepada publik karena rakyat harus tahu tentang apa yang terjadi di Republik ini," kata Hassanudin di Jakarta, Ahad (24/4) "Jika tidak, segera cabut siaga satu."

Pemberlakuan status siaga satu diumumkan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Djoko Suyanto setelah menghadiri rapat terbatas bidang keamanan, Kamis lalu. Rapat dipimpin Presiden Susilo Bambang Yudhoyono secara mendadak dan dihadiri Wakil Presiden Boediono, Kapolri Jenderal Timur Pradopo,dan Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono. Juga jajaran menteri kabinet Indonesia bersatu. Status siaga satu berlaku sejak Kamis 21 April 2011 malam sampai Sabtu 23 April 2011.

Bekas Sekretaris Militer di era Presiden Megawati ini mengaku tak habis pikir dengan pernyataan pemerintah itu. Menurut Hassanudin, siaga satu adalah status tertinggi dalam kesiapan aparat keamanan khususnya TNI. Dalam posisi status ini, seluruh prajurit TNI harus stand by di markas masing-masing. Itu pun harus lengkap dengan perlengkapannya termasuk senjata, amunisi, kendaraan, dan bekal logistik selama 1 minggu.

Siaga satu di tingkat nasional, kata dia, umumnya disiapkan untuk menghadapi ancaman dari luar atau ancaman yang disebabkan dari dalam negeri. Misalnya pemberontakan, huru-hara, kudeta, atau apa pun yang mengancam kepentingan nasional. Bisa juga diberlakukan siaga satu jika terjadi bencana alam dalam skala nasional.

Karena menyangkut biaya, dan segala macam serta situasi siaga satu di Indonesia, pernyataan semacam ini bisa saja memunculkan ketakutan pihak luar untuk melakukan investasi di Indonesia. "Saya setuju siaga satu, tapi di Jakarta saja, tidak usah nasional. Nasional itu berarti untuk seluruh tentara. Ngapain juga tentara di sana siaga satu. Mereka tidak tahu apa yang terjadi," ujar Hasanuddin heran.

Mantan anggota pasukan pengawal presiden dan sekretaris militer presiden di masa Presiden Megawati Soekarnoputri itu juga mempertanyakan posisi Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Djoko Suyanto yang menyetujui saja untuk mengumumkan pernyataan besar semacam itu. "Pak Menko juga harus mengerti. Tanya, Pak siaga satu itu harus begini, aturannya dan risikonya begini, harus dijelaskan. Jadi tidak ada staf yang bagus di situ," katanya.

MUNAWWAROH

Advertising
Advertising

Berita terkait

Harta Kekayaan Megawati, SBY, dan Jokowi Saat Akhir Menjabat Presiden RI, Siapa Paling Tajir?

31 hari lalu

Harta Kekayaan Megawati, SBY, dan Jokowi Saat Akhir Menjabat Presiden RI, Siapa Paling Tajir?

Harta kekayaan Jokowi Rp 95,8 miliar selama menjabat. Bandingkan dengan harta kekayaan presiden sebelumnya, Megawati dan SBY. Ini paling tajir.

Baca Selengkapnya

Kecam Warga Papua Dianiaya TNI, Imparsial: Bukti Pendekatan Keamanan Tak Hormati HAM

38 hari lalu

Kecam Warga Papua Dianiaya TNI, Imparsial: Bukti Pendekatan Keamanan Tak Hormati HAM

Kekerasan di Tanah Papua, selalu berulang karena pemerintah masih menggunakan pendekatan keamanan dalam menangani konflik.

Baca Selengkapnya

Pendukung Bersorak Setiap Prabowo Sebut Nama Titiek Soeharto, Ini Profil Anak Keempat Presiden RI ke-2

18 Februari 2024

Pendukung Bersorak Setiap Prabowo Sebut Nama Titiek Soeharto, Ini Profil Anak Keempat Presiden RI ke-2

Setiap kali Prabowo menyebut nama Titiek Soeharto, pendukungnya bersorak. Berikut profil pemilik nama Siti Hediato Hariyadi.

Baca Selengkapnya

Masa-masa Akhir Jabatan Presiden RI dari Sukarno hingga Jokowi, Beberapa Berakhir Tragis

13 Februari 2024

Masa-masa Akhir Jabatan Presiden RI dari Sukarno hingga Jokowi, Beberapa Berakhir Tragis

Tujuh Presiden RI miliki cerita pada akhir masa jabatannya. Sukarno, Soeharto, BJ Habibie, Gus Dur, Megawati, SBY, dan Jokowi punya takdirnya.

Baca Selengkapnya

Sejak Kapan Megawati Menjadi Ketua Umum PDIP?

11 Januari 2024

Sejak Kapan Megawati Menjadi Ketua Umum PDIP?

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri bisa disebut sebagai ketua umum partai terlama di negeri ini. Sejak kapan?

Baca Selengkapnya

Mengenang Gus Dur: Berikut Profil, Pemikiran, hingga Prosesi Pemakamannya

1 Januari 2024

Mengenang Gus Dur: Berikut Profil, Pemikiran, hingga Prosesi Pemakamannya

Genap 14 tahun kepergian Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Berikut kilas balik profil dan perjalanannya sebagai ulama dan presiden ke-4 RI.

Baca Selengkapnya

Catatan 10 Tahun Terakhir Pertemuan Jokowi - SBY, Terakhir di Istana Bogor

5 Oktober 2023

Catatan 10 Tahun Terakhir Pertemuan Jokowi - SBY, Terakhir di Istana Bogor

Pada 2 Oktober 2023, Presiden Jokowi bertemu Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Ini catatan pertemuan mereka.

Baca Selengkapnya

Megawati Haqul Yakin Ganjar Jadi Presiden RI ke-8, Jokowi: Habis Dilantik Besoknya Langsung...

2 Oktober 2023

Megawati Haqul Yakin Ganjar Jadi Presiden RI ke-8, Jokowi: Habis Dilantik Besoknya Langsung...

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dan Presiden Jokowi meyakini Ganjar Pranowo menang Pemilu 2024 dan menjadi Presiden RI ke-8.

Baca Selengkapnya

Mr Assaat Gelar Datuk Mudo 9 Bulan Pernah Jadi Presiden RI, Tandatangannya Buat UGM Berdiri

19 September 2023

Mr Assaat Gelar Datuk Mudo 9 Bulan Pernah Jadi Presiden RI, Tandatangannya Buat UGM Berdiri

Mr Assaat pernah menjadi acting Presiden RI selama 9 bulan pada 1949-1950. Tanpa kepemimpinannya, Indonesia mungkin saja direbut kembali Belanda.

Baca Selengkapnya

74 Tahun SBY: Presiden Pertama Pemilu Langsung, Pernah Jadi Tokoh Berbahasa Lisan Terbaik

9 September 2023

74 Tahun SBY: Presiden Pertama Pemilu Langsung, Pernah Jadi Tokoh Berbahasa Lisan Terbaik

Hari ini, 9 September 1949 Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY lahir di Pacitan, Jawa Timur. SBY merupakan Presiden Indonesia ke-6 selama 2 periode.

Baca Selengkapnya