Infotainment Bukan Karya Jurnalistik

Reporter

Editor

Selasa, 13 Juli 2010 14:42 WIB

TEMPO/Prih Prawesti

TEMPO Interaktif, Jakarta - Doktor Komunikasi Massa Lulusan Universitas Indonesia Muharnetti Syas menegaskan tayangan infotainment bukan karya jurnalistik. “Karena tidak memenuhi semua kriteria yang ditentukan sebagai produk jurnalistik,” ujarnya usai menjalani sidang terbuka di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, Depok, Selasa (13/07).

Dosen di Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) ini menyatakan, untuk sampai pada kesimpulan tersebut, ia telah melakukan observasi terhadap pekerja infotainment. Ia melihat mulai dari proses liputan, wawancara, dan kemudian kembali ke kantor untuk memproduksi hasil liputan tidak dilakukan sesaui dengan koridor jurnalistik. “Produk infotainment melanggar kode etik jurnalistik dan Pedoman Prilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS),” katanya.

Menurut dia, program infotainment umumnya bukan sesuatu yang berdasarakan fakta, tetapi lebih cenderung berdasarkan gossip yang tidak sesaui dengan kebenaran. Privasi narasumber sering dilanggar guna mendapatkan berita. Narasi yang dibangun dalam tayangan tersebut seringkali menyudutkan, bahkan tidak jarang hanya opini para praktisi infotainment dan bukan fakta.

Beritannya, kata Muharnetti, dinilai sebagai sesuatu yang bukan merupakan kebutuhan masyarakat bahkan cenderung tidak bermanfaat. Keberadaan infotainment dianggap hanya bersifat hiburan. "Karena infotainment dinilai sebagai bukan karya jurnalistik, maka pekerjanya pun juga tidak pas jika disebut wartawan," katanya.

Mulharnetti bahkan menyebut pekerja infotainment sebagai praktisi. Karena dalam melakukan liputannya, seringkali praktisi infotainment tidak melakukan verifikasi atau wawancara dengan narasumber. Ia mencontohkan, ada beberapa kabar yang belum dikonfirmasi kebenarannya dengan narasumber, tetapi sudah sudah ditayangkan dengan narasi yang dikarang-karang.

“Ada tayangan yang belum wawancara sama artis, sudah ditayangkan. Lalu mereka mengawali narasi dengan kata-kata seperti, ‘isunya’, ‘gosipnya’. Padahal kalau jurnalistik kan tidak boleh seperti itu,” kata ibu dua putera ini.

TIA HAPSARI

Berita terkait

Studi HAM Universitas di Banjarmasin: Proyek IKN Tak Koheren dan Gagal Uji Legitimasi

6 hari lalu

Studi HAM Universitas di Banjarmasin: Proyek IKN Tak Koheren dan Gagal Uji Legitimasi

Tim peneliti di Pusat Studi HAM Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin mengkaji proses Ibu Kota Negara (IKN): sama saja dengan PSN lainnya.

Baca Selengkapnya

Guru Besar Unair Ungkap Pentingnya Deteksi Dini Pendengaran pada Bayi

7 hari lalu

Guru Besar Unair Ungkap Pentingnya Deteksi Dini Pendengaran pada Bayi

Deteksi dini pada bayi baru lahir bisa menggunakan alat bernama auditory brainstem response (ABR).

Baca Selengkapnya

Pengukuhan Edi Suharyadi sebagai Guru Besar FMIPA UGM, Paparkan Hipertermia Magnetik untuk Penyakit Kanker

9 hari lalu

Pengukuhan Edi Suharyadi sebagai Guru Besar FMIPA UGM, Paparkan Hipertermia Magnetik untuk Penyakit Kanker

UGM mengukuhkan Edi Suharyadi sebagai guru besar aktif FMIPA UGM ke-42.Ini profil dan pidato pengukuhannya soal perkembangan riset bidang nanomaterial

Baca Selengkapnya

UIN Jakarta Jadi Kampus Islam Negeri dengan Guru Besar Terbanyak, Berapa Jumlahnya?

10 hari lalu

UIN Jakarta Jadi Kampus Islam Negeri dengan Guru Besar Terbanyak, Berapa Jumlahnya?

UIN Jakarta jadi PTKIN dengan guru besar terbanyak.

Baca Selengkapnya

Guru Besar Hukum UI: Presiden Indonesia Paling Besar Kekuasaannya di Bidang Legislatif

11 hari lalu

Guru Besar Hukum UI: Presiden Indonesia Paling Besar Kekuasaannya di Bidang Legislatif

Presiden Indonesia ikut dalam semua aktivitas legislasi mulai dari perencanaan, pengusulan, pembahasan, persetujuan hingga pengundangan.

Baca Selengkapnya

Kukuhkan 7 Profesor Bidang Ilmu-Ilmu Syariah, UIN Jakarta Jadi PTKIN dengan Guru Besar Terbanyak

11 hari lalu

Kukuhkan 7 Profesor Bidang Ilmu-Ilmu Syariah, UIN Jakarta Jadi PTKIN dengan Guru Besar Terbanyak

Guru besar yang baru dikukuhkan di UIN Jakarta diharapkan turut menjadi bagian penting pengembangan akademik kampus.

Baca Selengkapnya

Guru Besar UGM Kembangkan Alat Skrining Pencegahan Malnutrisi Pasien di Rumah Sakit

12 hari lalu

Guru Besar UGM Kembangkan Alat Skrining Pencegahan Malnutrisi Pasien di Rumah Sakit

Guru Besar UGM, Profesor Susetyowati, mengembangkan sistem skrining untuk mencegah malnutrisi pasien dalam perawatan. Skrining hanya butuh 5 menit.

Baca Selengkapnya

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

15 hari lalu

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

Pada 2021 lalu European Medicines Agency (EMA) telah mengungkap efek samping dari vaksinasi AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Guru Besar IPB Ungkap Keunggulan Pendekatan Metabolomik untuk Deteksi Kehalalan Pangan

20 hari lalu

Guru Besar IPB Ungkap Keunggulan Pendekatan Metabolomik untuk Deteksi Kehalalan Pangan

Metode-metode analisis pangan halal yang telah dikembangkan selama ini memiliki keterbatasan.

Baca Selengkapnya

Guru Besar UGM Anjurkan Daun Pegagan untuk Terapi Daya Ingat, Begini Cara Kerjanya

26 hari lalu

Guru Besar UGM Anjurkan Daun Pegagan untuk Terapi Daya Ingat, Begini Cara Kerjanya

Tanaman liar pegagan dianggap bisa membantu terapi daya ingat. Senyawa aktifnya memulihkan fungsi hipokampus, bagian krusial pada otak.

Baca Selengkapnya