Industri Logam Mulai Bergairah, Namun Pengusaha Kurang Modal

Reporter

Editor

Jumat, 28 Mei 2010 14:09 WIB

TEMPO Interaktif, Yogyakarta - Perajin barang-barang dengan bahan logam di kota Yogyakarta semakin sedikit. Dari sekitar 170 perajin industri logam pada tahun 1980 an, pada 2010 ini tinggal 90 perajin saja. Penyebabnya adalah munculnya industri serupa di daerah lain, krisis moneter 1998 dan minimnya modal. Namun kini industri logam sudah mulai bergairah lagi.

“Pada era delapan puluhan ada 170 industri logam, pada 1995 hanya tinggal 40 indusrti, kini lumayan bertambah menjadi 90 industri logam yang aktif,” kata Bambang Cahyo, Ketua Asosiasi Perajin Alumunium Yogyakarta, Jumat (28/5).

Awalnya pelaku industri logam membuat barang-barang keperluan rumah tangga seperti panci, wajan dan lain-lain. Kini karena banyak perajin serupa maka dikembangkan produk dengan bahan yang sama dengan produk yang lebih menarik seperti velg sepeda motor, mobil, knalpot, silinder mesin, dan onderdil sepeda ontel tempat lilin dan lainya. Pemasarannya pun tidak hanya di Yogyakarta dan sekitarnya, melainkan sampai ke Malaysia dan Taiwan. “Tenaga kerja yang terserap di industri logam kota Yogyakarta sebanyak 1.300 orang,” kata dia.

Namun, untuk pengembangan industri logam saat ini masih terkendal modal. Suku bunga kredit dari perbankan masih tergolong tinggi yaitu di atas 15 persen. sehingga perajin yang akan mengajukan kredit harus berpikir keras bagaimana mengembalikan utang tersebut.

Ia membandingkan, para perajin usaha kecil di Cina dan Taiwan jika mengajukan kredit ke bank bunganya hanya 2 persen per tahun. Sehingga perlu adanya kebijakan khusus dari pemerintah untuk menurunkan suku bunga kredit bank kepada Industri Kecil dan Menengah.

Advertising
Advertising

Perhatian dari Pemerintah Kota Yogyakarta juga dinilai masih kurang dalam pemberian modal. Pada 2010 ini, Unit Pelaksana Teknis Logam hanya mendapatkan anggaran da sebesar Rp75 juta dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah .

“Dana sebesar itu sangat kecil dibandingkan drengan kebutuhan kami, uang itu habis untuk membeli bahan baku logam dan operasional saja,” kata Bambang Supriyatno, Kepala Bidang Perindustrian , Dinas Preindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Pertanian Kota Yogyakarta.

Menurut kepala Unit Pelaksana Teknis Logam Kota Yogyakarta Whisnu Sundaru pengembangan produk logam yang dihasilkan didukung dengan adanya Unit Pelaksana Teknis Logam Yogyakarta yang menyediakan berbagai layanan. Di antaranya, mesin untuk proses produksi, laboratorium material, pusat desain, pusat pembuatan cetakan, dan klinik konsultasi. “Kami terus mengembangkan jenis produk dengan melihat kebutuhan pasar,” kata dia.

MUH SYAIFULLAH

Berita terkait

Airlangga Nilai Bahan Baku Logam Belum Tergarap Optimal

24 Agustus 2016

Airlangga Nilai Bahan Baku Logam Belum Tergarap Optimal

Airlangga meyakini Indonesia memiliki deposit logam tanah jarang dalam jumlah cukup besar.

Baca Selengkapnya

Industri Logam Rumahan di Tegal Dilibas Produk Logam Cina  

8 Agustus 2016

Industri Logam Rumahan di Tegal Dilibas Produk Logam Cina  

Satu per satu pemilik industri logam rumahan berhenti berproduksi lantaran sepi order.

Baca Selengkapnya

Industri Logam di Tegal Terancam Gulung Tikar  

5 Agustus 2016

Industri Logam di Tegal Terancam Gulung Tikar  

Sepinya usaha logam di Tegal akibat imbas serbuan produksi logam dari Cina.

Baca Selengkapnya

Industri Beton Pracetak Dinilai Lebih Efisien  

24 Oktober 2013

Industri Beton Pracetak Dinilai Lebih Efisien  

Sampai 2010 beton pracetak atau precast mengisi sekitar 25 persen dari total pasar beton.

Baca Selengkapnya

Berpotensi Rugikan Negara, DPR Tuntut Nasionalisasi Inalum

29 April 2010

Berpotensi Rugikan Negara, DPR Tuntut Nasionalisasi Inalum

Wakil Ketua Komisi Badan Usaha Milik Negara Dewan Perwakilan Rakyat Nurdin Tampubolon mendesak pemerintah tidak memperpanjang kontrak PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) karena dinilai merugikan negara,

Baca Selengkapnya

Tahun Ini Industri Manufaktur Stagnan

20 Desember 2007

Tahun Ini Industri Manufaktur Stagnan

Kalangan pengusaha menilai industri manufaktur berada dalam kondisi stagnan selama tahun ini.

Baca Selengkapnya

Pertumbuhan Industri Masih Lambat

28 Februari 2007

Pertumbuhan Industri Masih Lambat

Pemerintah mengungkapkan pertumbuhan sektor industri mengalami penurunan dalam tiga tahun terakhir. Penyebabnya adalah lemahnya daya saing dan ekonomi biaya tinggi.

Baca Selengkapnya

Industri Cor di Klaten Lumpuh, 5 Ribu Pekerja Menganggur

13 Desember 2005

Industri Cor di Klaten Lumpuh, 5 Ribu Pekerja Menganggur

Sebanyak 5 ribu pekerja industri cor logam di Ceper, Batur, Klaten terancam menganggur. Selain karena sulit mendapatkan kokkas (bahan bakar utama untuk pengecoran), juga tingginya tarif Daya Max Plus yang diberlakukan PLN.

Baca Selengkapnya