Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Industri Cor di Klaten Lumpuh, 5 Ribu Pekerja Menganggur

image-gnews
Iklan
TEMPO Interaktif, Klaten:Sebanyak 5 ribu pekerja industri cor logam di Ceper, Batur, Klaten terancam menganggur. Selain karena sulit mendapatkan kokkas (bahan bakar utama untuk pengecoran), juga tingginya tarif Daya Max Plus yang diberlakukan PLN. Menurut Anas Yahya, Ketua Umum Koperasi Batur Jaya, Ceper, dari 320 perajin di daerah itu, 220 diantaranya adalah anggota koperasi. Mereka biasanya mendapatkan order untuk memproduksi berbagai komponen pabrik melalui koperasi. Namun sekarang banyak pesanan tidak mampu digarap karena tidak semua koperasi memiliki kokkas. "Harga kokkas sangat tinggi. Hanya pengrajin yang menggunakan dapur listrik yang mampu mengerjakan,” kata dia, Selasa (13/12). Namun pengrajin yang memiliki teknologi ini pun hanya sebagian kecil, “Sekitar 10 persennya saja," imbuh Anas.Untuk memiliki dapur induksi yang menggunakan energi listrik, butuh investasi Rp 1 miliar. Penggunaan teknologi ini kian memberatkan setelah PLN memberlakukan tarif Daya Max Plus. Akibatnya, kata Anas, omset yang pada saat normal mencapai Rp 2,5 milar, anjlok tinggal sekitar Rp 1 miliar per harinya. "Karena tak mampu mengerjakan pesanan, mau tidak mau para pekerja juga diistirahatkan. Hitungan kasar kami ada lima ribuan pekerja yang saat ini menganggur," ungkap Anas, pemilik PT Bahama Laksaka. Susanto, perajin di Batur, Ceper membenarkan keterpurukan industri mereka belakangan ini. Dia mengaku terpaksa hanya mengerjakan pesanan sederhana yang tidak membutuhkan bahan bakar terlalu tinggi. Dia hanya membuat kursi hias atau tiang lampu "Padahal biasanya garapan utama kami adalah onderdil mesin, pompa air, dan sambungan pipa," kata Susanto. Imron Rosyid
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Airlangga Nilai Bahan Baku Logam Belum Tergarap Optimal

24 Agustus 2016

Airlangga Hartarto. TEMPO/Imam Sukamto
Airlangga Nilai Bahan Baku Logam Belum Tergarap Optimal

Airlangga meyakini Indonesia memiliki deposit logam tanah jarang dalam jumlah cukup besar.


Industri Logam Rumahan di Tegal Dilibas Produk Logam Cina  

8 Agustus 2016

Teknisi  melakukan pemeriksaan komponen mesin  yang di rakit oleh para siswa SMKN 1 Jakarta, kamis (05/01) Dengan kapasitas mesin 1500 CC  Twin Cam 16 valve, dengan bahan  logam tertentu yang masih di impor dari luar dibuat mampu bersaing dengan produk mesin mobil ternama. TEMPO/Dasril Roszandi
Industri Logam Rumahan di Tegal Dilibas Produk Logam Cina  

Satu per satu pemilik industri logam rumahan berhenti berproduksi lantaran sepi order.


Industri Logam di Tegal Terancam Gulung Tikar  

5 Agustus 2016

Ilustrasi Industri Baja dan Besi. TEMPO/Subekti
Industri Logam di Tegal Terancam Gulung Tikar  

Sepinya usaha logam di Tegal akibat imbas serbuan produksi logam dari Cina.


Industri Beton Pracetak Dinilai Lebih Efisien  

24 Oktober 2013

Pekerja melakukan penggantian beton pembatas jalur Busway dibuat lebih tinggi di Jalan Kramat Raya, Jakarta, Senin (19/11). TEMPO/Dasril Roszandi
Industri Beton Pracetak Dinilai Lebih Efisien  

Sampai 2010 beton pracetak atau precast mengisi sekitar 25 persen dari total pasar beton.


Industri Logam Mulai Bergairah, Namun Pengusaha Kurang Modal

28 Mei 2010

Industri Logam Mulai Bergairah, Namun Pengusaha Kurang Modal

Penyebabnya adalah munculnya industri serupa di daerah lain, krisis moneter 1998 dan minimnya modal. Namun kini industri logam sudah mulai bergairah lagi.


Berpotensi Rugikan Negara, DPR Tuntut Nasionalisasi Inalum

29 April 2010

Berpotensi Rugikan Negara, DPR Tuntut Nasionalisasi Inalum

Wakil Ketua Komisi Badan Usaha Milik Negara Dewan Perwakilan Rakyat Nurdin Tampubolon mendesak pemerintah tidak memperpanjang kontrak PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) karena dinilai merugikan negara,


Tahun Ini Industri Manufaktur Stagnan

20 Desember 2007

Tahun Ini Industri Manufaktur Stagnan

Kalangan pengusaha menilai industri manufaktur berada dalam kondisi stagnan selama tahun ini.


Pertumbuhan Industri Masih Lambat

28 Februari 2007

Pertumbuhan Industri Masih Lambat

Pemerintah mengungkapkan pertumbuhan sektor industri mengalami penurunan dalam tiga tahun terakhir. Penyebabnya adalah lemahnya daya saing dan ekonomi biaya tinggi.