Kalla: Efek Krisis Dunia 2008 untuk Indonesia Kecil
Reporter
Editor
Kamis, 14 Januari 2010 14:11 WIB
Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla memenuhi panggilan Pansus Angket Century di DPR, Jakarta (14/1). Kalla membantah menerima SMSdari Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. TEMPO/Imam Sukamto
TEMPO Interaktif, Jakarta - Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla menyatakan kondisi perekonomian Indonesia pada 2008 tidak berada dalam kondisi krisis. Karena itu, alasan bail out Bank Century karena krisis tidak tepat.
"Itu krisis Amerika, bukan krisis kita," kata Kalla dalam keterangannya pada pansus, Kamis (14/1), di Gedung DPR. Menurut Kalla, yang terjadi di Indonesia hanya efek krisis yang terjadi akibat perubahan permintaan ekspor luar negeri.
Karena itu, kata Kalla, efek krisis pada kondisi perbankan dan pasar modal di Indonesia tidak besar. "Efeknya kecil sekali," kata Kalla.
Dia membandingkan dengan krisis 1998. Saat krisis 1998, nilai tukar rupiah merosot hingga 600 persen dan inflasi mencapai 75 persen. Adapun pada 2008, nilai tukar rupiah hanya melemah 20 persen dan tingkat inflasi tiga persen.
Melemahnya nilai tukar rupiah itu, kata Kalla, juga disebabkan bukan karena hilangnya kepercayaan investor pada Indonesia, tapi oleh karena adanya fund manager yang menarik uangnya untuk keperluan di luar negeri, sebab saat itu ada keperluan likuiditas di luar negeri.
Karena itu, Kalla membantah penilaian yang mengatakan kondisi 2008 lebih ekstrim dibanding 1998. "Sama sekali tidak benar," kata dia.
Kalla juga kembali menegaskan bahwa kolapsnya Bank Century bukan karena krisis, tapi karena perampokan pemiliknya. "Kalau krisis mestinya banyak, ini cuma satu (Bank Century)," kata dia.