Tiga Langkah Putuskan Stigma dan Diskriminasi Masalah Kesehatan Jiwa
Jumat, 1 November 2024 22:59 WIB
INFO NASIONAL – Masalah kesehatan jiwa masih menjadi stigma dan diskriminasi di masyarakat. Hal ini membuat individu yang mengalami gangguan kesehatan mental merasa terisolasi dan enggan mencari bantuan yang mereka butuhkan.
Stigma umumnya berasal dari kurangnya pemahaman tentang kesehatan jiwa. Sementara diskriminasi yang muncul akibat stigma tersebut, bisa berpengaruh negatif terhadap pemulihan individu.
Salah satu cara untuk mengurangi stigma menurut Persatuan Ahli Farmasi Indonesia (PAFI) Kota Bitung (pcpafikotabitung.org) adalah dengan meningkatkan kesadaran tentang kesehatan mental melalui edukasi yang tepat. Oleh karena itu, penting untuk mengambil langkah-langkah konkrit guna memutus rantai stigma dan diskriminasi ini.
Meningkatkan Edukasi dan Pemahaman
Langkah pertama dalam memutus stigma dan diskriminasi terkait kesehatan jiwa adalah meningkatkan edukasi dan pemahaman di kalangan masyarakat. Banyak orang masih mengaitkan gangguan mental dengan kelemahan pribadi atau bahkan hal mistis. Padahal, gangguan kesehatan mental adalah masalah medis yang memerlukan penanganan profesional.
Edukasi melalui kampanye publik, seminar, atau bahkan diskusi di media sosial dapat membantu mengubah pandangan masyarakat tentang kesehatan mental. Dengan informasi yang tepat, masyarakat dapat lebih memahami kondisi ini dan berhenti memberikan penilaian yang salah terhadap mereka yang mengalaminya.
Mendorong Akses yang Lebih Mudah ke Layanan Kesehatan Mental
Diskriminasi sering kali muncul karena akses yang terbatas terhadap layanan kesehatan mental. Orang yang membutuhkan bantuan kadang-kadang enggan mencari pertolongan karena takut dipandang negatif.
Oleh karena itu, penting untuk memastikan bahwa layanan kesehatan mental tersedia dan mudah diakses oleh semua kalangan. Pemerintah dan organisasi terkait harus berkolaborasi dalam menyediakan layanan yang terjangkau dan menghilangkan hambatan birokrasi yang mungkin menghalangi individu mencari bantuan. Selain itu, layanan kesehatan mental juga harus dikelola oleh tenaga profesional yang memiliki kompetensi dalam menangani berbagai gangguan jiwa.
Menciptakan Lingkungan yang Mendukung dan Inklusif
Langkah terakhir adalah menciptakan lingkungan yang mendukung bagi individu dengan masalah kesehatan jiwa. Ini bisa dimulai dari lingkungan keluarga, sekolah, tempat kerja, hingga komunitas yang lebih luas. Lingkungan yang inklusif dan mendukung dapat memberikan ruang aman bagi orang yang mengalami gangguan mental untuk berbicara tentang apa yang mereka alami tanpa takut dihakimi. Peran keluarga dan teman sangat penting dalam mendukung proses pemulihan. Dengan memperkuat jaringan dukungan ini, individu dengan gangguan mental dapat merasa lebih diterima dan dihargai sebagai bagian dari masyarakat.
Memutus stigma dan diskriminasi terkait kesehatan jiwa bukanlah pekerjaan mudah, tetapi sangat penting untuk dilakukan. Melalui edukasi yang lebih baik, akses yang lebih mudah ke layanan kesehatan mental, dan lingkungan yang mendukung, kita dapat membantu individu yang mengalami gangguan kesehatan jiwa untuk hidup dengan lebih baik dan bebas dari tekanan sosial yang tidak perlu. (*)