Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto Mundur, Berikut Ketum Golkar dari Masa ke Masa
Reporter
Michelle Gabriela
Editor
S. Dian Andryanto
Senin, 12 Agustus 2024 11:15 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Airlangga Hartarto mengumumkan pengunduran dirinya sebagai Ketua Umum Partai Golkar. Dalam keterangan video yang disampaikan Airlangga, keputusan pengunduran diri itu telah dibuat sejak Sabtu, 10 Agustus 2024.
"Airlangga mundur," kata seorang pengurus teras partai beringin kepada Tempo, Ahad, 11 Agustus 2024.
Ia menuturkan partainya bakal menggelar Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) pada 25 Agustus mendatang. Partai Golkar, kata dia, bakal menyiapkan Agus Gumiwang sebagai Plt ketua umum hingga proses pemilihan pucuk pimpinan tertinggi partai itu.
"Rencananya Munaslub akan digelar 25 Agustus. Nanti Agus Gumiwang menjadi Plt Ketum Golkar hingga Munaslub digelar," ujarnya.
Menurut dia, kader Golkar yang digadang-gadang bakal menjadi calon kuat untuk menggantikan Airlangga adalah Menteri Investasi Bahlil Lahadalia. Dua orang elit Golkar lain membenarkan informasi soal Airlangga mundur.
Ketua DPP Golkar Dave Laksono belum mau berbicara saat dikonfirmasi soal kabar Airlangga mengundurkan diri dari partai yang identik dengan warna kuning itu. "Tunggu yah," ujarnya.
Sebelum kabar Airlangga mengundurkan diri, kursi Ketua Umum Golkar telah digoyang sejak pertengahan tahun lalu. Dewan Pakar Golkar Ridwan Hisjam telah meminta Airlangga untuk mundur. Ridwan juga mengusulkan partainya segera menggelar Munaslub untuk menggeser Airlangga dari kursi Ketua Umum Golkar.
Saat itu, posisi Airlangga dari pucuk pimpinan Golkar ingin didongkel lantaran dianggap gagal membawa mandat partai untuk diusung pada Pilpres 2024. Golkar memberi mandat kepada Airlangga untuk menjadi calon presiden dari Golkar. Namun, Airlangga dianggap tidak bisa menyodorkan dirinya berlaga pada Pilpres 2024.
Sejumlah kader Golkar juga telah menggaungkan rencana untuk melengserkan Airlangga. Politikus Golkar Sirajuddin Abdul Wahab mendukung rencana munaslub Golkar. Inisiator Generasi Muda Partai Golkar (GMPG) itu pesimistis jika partainya tetap dipimpin Airlangga. Mewakili GMPG, pihaknya menilai Ketum Golkar itu gagal memimpin.
Apalagi belakangan Airlangga terlibat kasus dugaan korupsi ekspor minyak sawit mentah yang tengah diproses Kejaksaan Agung. “Sikap kami dari GMPG mendukung Munaslub untuk mengganti Airlangga dari Ketum Golkar yang kita anggap gagal memimpin Partai Golkar,” kata Sirajuddin di Restoran Pulau Dua, Jakarta Pusat, Rabu, 26 Juli 2023.
Pimpinan Partai Golkar Dari Masa Ke Masa
Dilansir dari laman partaigolkar.com, pada awal berdirinya, Golkar bukanlah sebuah partai politik, melainkan sebuah perwakilan golongan di masyarakat yang dirancang sebagai bentuk alternatif dalam sistem perwakilan demokrasi Indonesia.
Konsep ini bertujuan untuk merepresentasikan berbagai kelompok fungsional dalam masyarakat, sesuai dengan visi Soekarno, Soepomo, dan Ki Hadjar Dewantara. Namun, perjalanan Golkar mengalami transformasi besar ketika menjadi alat politik yang digunakan oleh Angkatan Darat untuk menandingi pengaruh Partai Komunis Indonesia (PKI) pada masa akhir pemerintahan Presiden Soekarno.
Konsep awal Golkar yang anti-partai berubah, dan akhirnya Golkar menjadi partai politik penuh pada tahun 1964, yang saat itu dipimpin oleh Jenderal TNI (Purn) Abdul Haris Nasution sebagai penggerak utama bersama dengan Soeharto.
Kepemimpinan Golkar pun mengalami pergantian dari masa ke masa, dengan tokoh-tokoh yang berperan penting dalam mengarahkan jalannya partai ini, baik di era Orde Lama, Orde Baru, maupun masa reformasi. Berikut adalah daftar para Ketua Golkar dari tahun ke tahun:
1964 – 1969: Periode awal kepemimpinan Golkar, di mana partai ini baru dibentuk dan mulai menancapkan pengaruhnya dalam dunia politik Indonesia dengan Djuhartono sebagai Ketua Umum.
1969 – 1973: Pada masa ini, Golkar semakin menguat dan memainkan peran penting dalam pemerintahan, terutama di bawah kepemimpinan Suprapto Sukowati.
1973 – 1983: Di bawah kepemimpinan Amir Moertono, Golkar berhasil memenangkan Pemilu 3 Juli 1971 dengan memperoleh 62,8 persen suara, menjadikannya sebagai kekuatan politik utama di Indonesia.
1983 – 1988: Golkar terus mempertahankan posisinya sebagai partai dominan, menguasai parlemen dan berbagai posisi penting dalam pemerintahan di bawah kepemimpinan Sudharmono.
1988 – 1993: Kepemimpinan Golkar dipegang oleh Wahono pada periode ini melanjutkan kebijakan-kebijakan Orde Baru dengan dukungan penuh dari Presiden Soeharto.
1993 – 1998: Menjelang akhir Orde Baru, Golkar menghadapi tantangan besar dengan munculnya gerakan reformasi yang menuntut perubahan besar dalam sistem politik Indonesia. Pada masa ini, Golkar dipimpin oleh Harmoko.
1998 – 2004: Era reformasi membawa perubahan signifikan dalam struktur dan strategi politik Golkar dan harus menyesuaikan diri dengan dinamika politik yang lebih terbuka dan kompetitif. Pada masa ini, Golkar dipimpin oleh Akbar Tandjung.
2004 – 2009: Golkar mulai beradaptasi dengan kondisi politik baru pasca-reformasi, mencoba mempertahankan pengaruhnya di tengah meningkatnya persaingan partai-partai politik lain di bawah kepemimpinan Jusuf Kalla.
2009 – 2014 dan Januari – Mei 2016: Periode ini ditandai dengan adanya dualisme kepemimpinan di tubuh Golkar di bawah kepemimpinan Aburizal Bakrie dan Agung Laksono.
2016 – 2017: Golkar kembali bersatu di bawah kepemimpinan Setya Novanto dan, mencoba mengatasi berbagai tantangan internal dan eksternal.
2017 – 2019 & 2019 – 2024: Golkar mengonsolidasikan kekuatannya di bawah kepemimpinan Airlangga Hartarto.
MICHELLE GABRIELA | AISYAH AMIRA | HENDRIK KHOIRUL
Pilihan Editor: Golkar Tepis Airlangga Hartarto Mundur karena Terjerat Kasus Korupsi