Pakar dan Pengamat Menilai Begini soal Pertemuan Jokowi dan Puan Maharani
Reporter
Tempo.co
Editor
Andry Triyanto Tjitra
Rabu, 22 Mei 2024 16:03 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Pertemuan Presiden Joko Widodo atau Jokowi dan Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrasi Indonesia (PDIP) Puan Maharani di panggung Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) World Water Forum (WWF) ke-10 di Bali pada Ahad malam, 19 Mei 2024, memunculkan spekulasi adanya sebuah rekonsiliasi politik.
Pasalnya, pertemuan Jokowi-Puan itu terjadi di tengah isu renggangnya hubungan PDIP dan Presiden imbas pemilihan presiden dan wakil presiden atau Pilpres 2024. Jokowi dianggap mendukung Prabowo Subianto yang berpasangan dengan putranya, Gibran Rakabuming Raka, untuk maju di Pilpres 2024.
Imbas pilpres tersebut, partai banteng bermoncong putih itu tak lagi menganggap Jokowi sebagai kadernya. Warta teranyar, PDIP juga tidak mengundang Jokowi ke rapat kerja nasional (Rakernas) yang bakal diselenggarakan pada akhir pekan ini.
Terkait undangan ke Rakernas, Jokowi enggan berkomentar mengenai keputusan PDIP tidak mengundangnya. Dia juga membantah ada perbincangan mengenai Megawati, Ketua Umum PDIP, saat bertemu Puan.
“Sudah lama sekali saya akrab dan baik dengan Mbak Puan,” kata Jokowi di posko pengungsian Batu Taba, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, Selasa, 23 Mei 2024, dilihat dari keterangan video. “(soal tak diundang rakernas) tanya ke yang mengundang. Jangan tanya saya.”
Lantas, bagaimana pakar dan pengamat menilai pertemuan Jokowi-Puan di tengah isu kerenggangan PDIP dengan presiden? Berikut pernyataan pakar dan pengamat yang dihimpun dari Tempo.
Siti Zuhro: Bukan sinyal rekonsiliasi
Profesor politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Siti Zuhro mengatakan, hubungan baik antara Jokowi dan Puan dalam konteks ini bisa diterjemahkan sebagai kedekatan dalam arti pola relasi dan sinergi dan kelembagaan negara, bukan makna yang lain.
Siti mengatakan, pertemuan Puan-Jokowi di Bali tak serta merta bisa diartikan dan disimpulkan sebagai kembalinya hubungan baik PDIP dan Jokowi. Dia mencontohkan hubungan Taufiq Kiemas, suami Megawati Sukarnoputri sekaligus ayahanda Puan, dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada 2004.
“Baiknya hubungan Taufiq Kiemas dengan SBY (waktu itu) sebagai Presiden tak membuat hubungan SBY-Megawati cair dan harmonis,” kata Siti, Rabu, 22 Mei 2024, seperti dikutip dari Tempo.
Selanjutnya: Ada faksionalisme di tubuh PDIP
<!--more-->
Umam: Ada faksionalisme di tubuh PDIP
Sementara dosen Ilmu Politik Universitas Paramadina Ahmad Khoirul Umam menilai, keakraban Puan dengan Jokowi di Bali tidak sejalan dengan sikap para elite PDIP lainnya. Sebab, kata Umam, para elite PDIP cenderung mengkritik Jokowi setelah dia memberi restu kepada Gibran untuk menjadi calon wakil presiden mendampingi Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto di Pilpres 2024.
“Kemesraan Puan dan Jokowi itu tidak linier dengan sikap politik dan statemen publik para elit PDIP lainnya,” kata Umam melalui keterangan tertulis pada Rabu, 22 Mei 2024.
Umam memberi contoh sikap mantan calon presiden dari PDIP, Ganjar Pranowo dan Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto, sebagai elite-elite partai yang kritis terhadap Jokowi.
Apalagi, kata Umam, sosok-sosok seperti Ganjar dan Hasto kerap mengatasnamakan suasana kebatinan kader-kader akar rumput PDIP dalam menghantam Jokowi dan lingkarannya. Menurut para elite itu, lanjut Umam, aspirasi yang ada di PDIP adalah agar partainya tetap kritis terhadap Jokowi.
Umam menilai sikap ramah yang ditunjukkan Puan kepada Jokowi bisa jadi tanda adanya perbedaan pendapat di tubuh PDIP.
“Hal ini menegaskan, ada faksionalisme kepentingan yang cukup akut di internal PDIP, yang termanifestasi dalam perbedaan sikap mereka dalam menghadapi arah kekuasaan baru di bawah kepemimpinan Prabowo-Gibran ke depan,” ucap Umam.
Meski begitu, Umam juga menyampaikan bahwa kemesraan yang ditunjukkan Puan dan Jokowi merupakan sikap kedewasaan politik antar sesama petinggi negara. Sementara Jokowi hadir dalam KTT WWF sebagai presiden, Puan datang memenuhi tugasnya sebagai Ketua DPR RI.
Umam mengatakan pertemuan keduanya memang berlangsung secara formal sebagai pucuk pimpinan lembaga eksekutif dan legislatif.
“Namun demikian, pertemuan yang menampakkan keramahan dan keguyuban antara Jokowi dan Puan itu bisa menjadi celah awal komunikasi kedua pihak,” ujar Umam.
Diwartakan sebelumnya, Jokowi turut menyambut Puan dalam acara jamuan santap malam KTT WWF ke-10 di Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana, Bali, pada Ahad malam, 19 Mei 2024.
Puan hadir sebagai Ketua DPR RI yang juga Perwakilan Presiden International Parliamentary Union (IPU). Pada pertemuan itu, Puan dan Jokowi tampak berseri, saling bertegur sapa sebelum tamu masuk ke area jamuan.
SULTAN ABDURRAHMAN | DANIEL A. FAJRI
Pilihan Editor: Pakar Anggap Pertemuan Jokowi dan Puan Maharani Bukan Sinyal Rekonsiliasi dengan PDIP