Kelompok Petani Singgung Janji Reforma Agraria Jokowi yang Tak Tuntas di Demo Hari Buruh
Reporter
Sultan Abdurrahman
Editor
Amirullah
Kamis, 2 Mei 2024 07:11 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Kelompok petani dari berbagai daerah mengikuti aksi Hari Buruh Internasional atau May Day di kawasan patung kuda Arjuna Wijaya, Jakarta Pusat pada Rabu, 1 Mei 2024. Perwakilan mereka, yaitu Sekretaris Jenderal Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) Dewi Kartika, menyinggung janji reforma agraria Presiden Joko Widodo alias Jokowi yang tak tuntas selama sepuluh tahun menjabat.
Dalam orasi di peringatan hari pekerja sedunia itu, Dewi mempertanyakan jumlah tanah yang sudah dikembalikan kepada rakyat dalam agenda reforma agraria Jokowi. Diketahui, Jokowi menargetkan reforma agraria 9 juta hektare dalam visi Nawacita-nya.
Dewi mengatakan jumlah tanah objek reforma agraria yang akhirnya dipenuhi pemerintahan mantan wali Kota Solo itu sangat jauh dari target. “Tidak sampai dua persen dari janji sembilan juta hektare reforma agraria bagi kaum tani dan buruh tani di Indonesia,” kata Dewi dalam aksi Hari Buruh tersebut.
Menurut Dewi, jutaan hektare tanah justru diambil dari tangan masyarakat untuk kepentingan proyek strategis nasional atau PSN. Selain itu, kata dia, ada juga tanah yang diambil alih untuk proyek food estate yang akan dilanjutkan dalam pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka nanti.
Dia pun menyoroti ketimpangan penguasaan tanah yang semakin tajam selama ayah Gibran itu menjabat. Menurut Dewi, tanah lebih banyak dikuasai segelintir orang elit di Indonesia. “Selama satu dekade pemerintahan Jokowi, lebih banyak tanah-tanah yang dirampas ketimbang dikembalikan kepada rakyat,” ucap Dewi.
Dewi juga mengungkit banyaknya masyarakat yang harus menjadi petani gurem atau mengalami guremisasi akibat ketimpangan penguasaan lahan itu. Selain itu, dia juga membicarakan banyaknya penangkapan terhadap petani, masyarakat adat, hingga nelayan yang dia sebut merajalela selama sepuluh tahun pemerintahan Jokowi.
Maka dari itu, Dewi menyatakan persatuan antara kaum buruh dan kaum petani menjadi penting. “Itulah sistem ketidakadilan yang harus kita lawan bersama-sama, tidak ada lagi perjuangan sektoral. Itulah mengapa pentingnya organisasi-organisasi tani bergabung bersama gerakan buruh di seluruh wilayah Indonesia,” ujar dia.
Selama orasi tersebut, sejumlah orang dari gabungan serikat-serikat petani turut memberikan sorak persetujuan. Mereka berasal dari organisasi petani berbagai kota dan kabupaten, di antaranya Pangandaran, Majalengka, Ciamis, Tasikmalaya, Sukabumi, Indramayu, Cianjur, dan lain sebagainya.
Pilihan Editor: Alasan Golkar Terapkan Survei Tiga Lapis untuk Usung Calon di Pilkada 2024