269 Tahun Yogyakarta Hadiningrat, Apa Isi Perjanjian Giyanti?

Rabu, 13 Maret 2024 20:10 WIB

Prajurit Keraton Yogyakarta mengawal arak-arakan gunungan Grebeg Syawal di halaman Masjid Gede Kauman, Yogyakarta, 18 Juli 2015. Sebanyak enam buah gunungan diarak dalam acara ini. TEMPO/Pius Erlangga

TEMPO.CO, Jakarta - Hari jadi Daerah Istimewa Yogyakarta ditetapkan pada 13 Maret 1755 yang bertepatan juga dengan berdirinya Keraton Yogyakarta atau Hadeging Nagari Dalem Kasultanan Mataram Ngayogyakarta Hadiningrat yang merupakan bagian dari Nagari (Kerajaan) Mataram.

Berdirinya Keraton Yogyakarta berkaitan dengan adanya perjanjian Giyanti yang dibuat pada 13 Februari 1755 atau abad ke-18. Perjanjian Giyanti juga merupakan awal mula terjadinya perpecahan Mataram Islam. Kemudian, isi perjanjian tersebut menyebutkan mataram islam akan terbagi menjadi dua wilayah, yaitu Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Ngayogyakarta.

Awal Mula Perjanjian Giyanti

Perjanjian Giyanti diawali dengan adanya konflik adu domba yang dilakukan oleh VOC dalam sebuah keluarga Amangkurat IV lebih tepatnya adalah Pangeran Mangkubumi (putra Amangkurat IV), dan Raden Mas Said alias Pangeran Sambernyawa (cucu Amangkurat IV).

Pertikaian antara paman dan ponakan tersebut terjadi ketika Raden Mas Said yang merupakan keturunan putra pertama Amangkurat IV (Arya Mangkunegara) merasa lebih berhak meneruskan tahta kakeknya dibandingkan dengan Pangeran Mangkubumi yang merupakan putra lain Amangkurat IV.

Advertising
Advertising

Arya Mangkunegara sendiri sebelumnya sudah menggantikan Amangkurat IV namun karena selalu menentang VOC, ia diasingkan ke srilanka sampai meninggal. Setelah itu, VOC memutuskan untuk mengangkat Pangeran Prabusuyasa (putra lain dari Amangkurat IV) untuk menggantikannya dan mendapatkan gelar Pakubuwana II.

Selama kepemimpinan Pakubuwana II, Ia melakukan pemindahan ibu kota kerajaan dari Kartasura ke Surakarta pada 17 Februari 1745. Perpindahan tersebut disebabkan oleh hancurnya istana Mataram pada 1742 akibat pemberontakan yang dipimpin Mas Garendi atau Sunan Kuning.

Dengan keruntuhan tersebut, Raden Mas Said dan Pangeran Mangkubumi semakin yakin dapat merebut tahta tersebut dengan bantuan VOC. Ide tersebut semakin diperkuat dengan meninggalnya Pakubuwana II pada 20 Desember 1749. Raden Mas Said berinisiatif untuk mengangkat dirinya sebagai raja saat kekosongan tersebut terjadi.

Namun, situasi tidak mendukung karena ada perjanjian yang mengatakan pergantian tahta raja dipegang oleh VOC. Kemudian VOC mengangkat putra Pakubuwana II, Raden Mas Soerjadi yang kemudian menjadi Pakubuwana III. Raden Mas Said dan Pangeran Mangkubumi akhirnya melancarkan serangan.

Melihat adanya pergerakan dari Raden Mas Said dan Pangeran Mangkubumi, VOC melancarkan taktik adu domba yang mempengaruhi Raden Mas Said untuk berhati-hati pada Pangeran Mangkubumi karena akan berkhianat. Bisikan tersebut berhasil membuat keduanya terpecah belah.

VOC kemudian mempengaruhi Pangeran Mangkubumi agar ada di pihaknya dengan imbalan setengah wilayah kekuasaan Mataram yang dipegang Pakubuwana III. Proses perundingan berlanjut dengan menghadirkan Pakubuwana III dan Pangeran Mangkubumi pada 22-23 September 1754.

Dari perundingan tersebutlah terbit perjanjian Giyanti yang ditandatangani pada 13 Februari 1755 yang menuliskan bahwa kerajaan Mataram Islam Akan terbagi menjadi dua bagian yaitu Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Ngayogyakarta.

Penghageng II Tepas Purwo Aji Laksana (Kepala Tata Kelola Administrasi/Urusan Rumah Tangga) Keraton Yogyakarta Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Purwowinoto mengatakan sebulan setelahnya barulah Pangeran Mangkubumi mendirikan kerajaan baru bernama Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan mendeklarasikan dirinya sebagai raja dengan gelar Sri Sultan Hamengkubuwana I.

"Baru tepat sebulan setelahnya, 13 Maret 1755, Kamis Pon, 29 Jumadil Awal tahun Be 1680, Pangeran Mangkubumi atau Sri Sultan Hamengku Buwono I memproklamirkan Hadeging Nagari Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat di Pesanggrahan Garjitowati," kata dia, pada 9 Maret 2024.

ADINDA ALYA IZDIHAR | PRIBADI WICAKSONO

Pilihan Editor: Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-Usul Nama Yogyakarta

Berita terkait

Daftar Pemilihan Gubernur yang Digelar pada Pilkada 2024, Mengapa Yogyakarta Tak Termasuk?

1 hari lalu

Daftar Pemilihan Gubernur yang Digelar pada Pilkada 2024, Mengapa Yogyakarta Tak Termasuk?

Pilkada 2024 akan dilaksanakan pada November 2024 di semua provinsi di seluruh Indonesia, kecuali Daerah Istimewa Yogyakarta. Apa alasannya?

Baca Selengkapnya

Kenalkan Selokan Legendaris Van Der Wijck, Sleman Terbitkan Prangko Khusus

1 hari lalu

Kenalkan Selokan Legendaris Van Der Wijck, Sleman Terbitkan Prangko Khusus

Selokan Van Der Wijck berperan penting menjamin irigasi di Sleman, Yigyakarta. Dibuat pada masa Sri Sultan Hamengku Buwono VIII berkuasa.

Baca Selengkapnya

Masalah Sampah di Yogyakarta Tak Kunjung Tuntas, Sultan Beri Pesan Ini ke Kepala Daerah

1 hari lalu

Masalah Sampah di Yogyakarta Tak Kunjung Tuntas, Sultan Beri Pesan Ini ke Kepala Daerah

Yogyakarta sebagai destinasi wisata turut tercoreng oleh masalah sampah yang belum terselesaikan setelah TPA Piyungan tutup.

Baca Selengkapnya

Sultan HB X Beri Pesan Abdi Dalem Yogyakarta Amalkan Ajaran Leluhur Mataram, Apa Saja ?

1 hari lalu

Sultan HB X Beri Pesan Abdi Dalem Yogyakarta Amalkan Ajaran Leluhur Mataram, Apa Saja ?

Sultan Hamengku Buwono X memberi pesan khusus kepada abdi dalem Keraton Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman di acara Syawaan.

Baca Selengkapnya

Bukan Lewat YIA, 3 Ribuan Calon Jemaah Haji Yogyakarta Tahun Ini tetap Terbang Lewat Bandara Solo

2 hari lalu

Bukan Lewat YIA, 3 Ribuan Calon Jemaah Haji Yogyakarta Tahun Ini tetap Terbang Lewat Bandara Solo

Yogyakarta International Airport saat ini masih belum memiliki asrama haji untuk embarkasi.

Baca Selengkapnya

Yogyakarta Siapkan Regulasi Baru Pedoman Pendanaan Pendidikan, Pungutan Bakal Dilegalkan?

2 hari lalu

Yogyakarta Siapkan Regulasi Baru Pedoman Pendanaan Pendidikan, Pungutan Bakal Dilegalkan?

Salah satu beleid paling disorot terutama tentang pungutan sekolah di Yogyakarta, yang akan diubah istilahnya menjadi dana partisipasi.

Baca Selengkapnya

Respon PHRI DIY Pasca Bandara YIA Jadi Satu-Satunya Bandara Internasional DIY-Jateng

2 hari lalu

Respon PHRI DIY Pasca Bandara YIA Jadi Satu-Satunya Bandara Internasional DIY-Jateng

PHRI DIY merespon soal penetapan Bandara YIA sebagai bandara internasional satu-satunya di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah.

Baca Selengkapnya

Dosen UPN Veteran Yogyakarta Akui Dugaan Kekerasan Seksual, Ini Sanksi Kampus

2 hari lalu

Dosen UPN Veteran Yogyakarta Akui Dugaan Kekerasan Seksual, Ini Sanksi Kampus

Beredar surat permohonan maaf seorang dosen UPN Veteran Yogyakarta (UPNVYK) terkait dugaan kekerasan seksual kepada seorang mahasiswi kampus tersebut.

Baca Selengkapnya

Mengenal Tradisi Merti Desa Mbah Bregas di Sleman, Keteledanan dari Sosok Pengikut Sunan Kalijaga

3 hari lalu

Mengenal Tradisi Merti Desa Mbah Bregas di Sleman, Keteledanan dari Sosok Pengikut Sunan Kalijaga

Pelaksanaan upacara adat Merti Desa Mbah Bregas di Sleman hanya dilangsungkan satu tahun sekali, tepatnya Jumat kliwon pada Mei.

Baca Selengkapnya

Viral Benda Bercahaya Hijau Melintasi Langit Yogyakarta, Meteor?

3 hari lalu

Viral Benda Bercahaya Hijau Melintasi Langit Yogyakarta, Meteor?

Meteor terang atau fireball itu bergerak dari selatan ke utara, tak hanya terpantau di langit Yogyakarta tapi juga Solo, Magelang, dan Semarang

Baca Selengkapnya