Produsen Rokok Bantah Lobi-lobi Pemerintah untuk Keluarkan Kebijakan Pro Rokok

Editor

Amirullah

Sabtu, 9 Maret 2024 17:31 WIB

Ilustrasi pedagang/warung rokok eceran. shutterstock.com

TEMPO.CO, Jakarta - Gabungan Produsen Rokok Putih Indonesia atau Gaprindo membantah melakukan lobi-lobi agar pemerintah mengeluarkan kebijakan yang pro industri rokok. Menurut Ketua Gaprindo Benny Wachjudi, tuduhan tersebut tidak memiliki dasar yang kuat.

“Kami sangat menyayangkan upaya mendiskreditkan lndustri Hasil Tembakau (IHT) dengan berbagai tuduhannya,” kata Benny melalui keterangan tertulis pada Jumat, 8 Maret 2024. Padahal, ujar Benny, para produsen rokok selalu aktif mendukung berbagai program pemerintah.

Benny mengklaim industri rokok hanya melakukan komunikasi dengan pemerintah melalui jalur-jalur yang legal. “Sebagai warga usaha yang legal, kami selalu berupaya menjalin komunikasi yang baik dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah,” ujar dia.

Komunikasi itu, kata Benny, dilakukan agar pemerintah mendapat gambaran yang menyeluruh tentang industri hasil tembakau. Dia mengklaim industri rokok memiliki dampak yang positif terhadap perekonomian dan penyerapan tenaga kerja di Indonesia.

Dia menyatakan hal tersebut sebagai bentuk partisipasi publik yang bermakna dalam perumusan kebijakan. “Sehingga kebijakan yang ditetapkan mampu mencapai tujuan pembuatannya, berimbang, dan tetap memperhatikan keberlanjutan usaha,” ujar Benny.

Advertising
Advertising

Sebelumnya, ekonom senior Universitas Indonesia (UI), Faisal Basri, mengatakan industri rokok punya pengaruh kuat untuk menentukan kebijakan pemerintah dan peraturan undang-undang. “Mereka promote lewat undang-undang. Jadi lewat legislasi, lewat kementerian, lewat Istana,” ucap Faisal dalam program Bocor Alus Politik Tempo pada Kamis, 7 Maret 2024.

Faisal memberikan contoh salah satu kebijakan pemerintah yang mempromosikan industri rokok, yaitu melalui bagi hasil cukai. Menurut Faisal, saat ini bagi hasil cukai rokok ditentukan berdasarkan jumlah produksi rokok per daerah. Hal itu bisa menyebabkan produksi rokok terus meningkat demi mendapatkan bagi hasil yang lebih besar.

Seharusnya, kata Faisal, bagi hasil cukai ditentukan berdasarkan jumlah perokok di tiap daerah. Pasalnya, daerah dengan jumlah perokok lebih besar pasti butuh biaya layanan kesehatan atau BPJS yang lebih tinggi. “Ini yang dikasih insentif daerah produsen, ini kan namanya udah geblek,” ucap Faisal.

Pilihan Editor: Stanford Mau Bangun Kampus di IKN, Kemendikbud: Kami Belum Terima Usulan Itu

Berita terkait

Tak Ingin Pikun Usia Muda? Lakukan Tips Berikut

2 hari lalu

Tak Ingin Pikun Usia Muda? Lakukan Tips Berikut

Gaya hidup membantu untuk mengurangi resiko pikun sampai demensia alzheimer.

Baca Selengkapnya

Polres Jayapura Tangkap Ceria yang Jual Sabu di Diaper MamyPoko

12 hari lalu

Polres Jayapura Tangkap Ceria yang Jual Sabu di Diaper MamyPoko

Polisi menangkap perempuan berinisial SJ alias Ceria, 43 tahun, karena menjual narkotika jenis sabu.

Baca Selengkapnya

Operator Kereta Deutsche Bahn di Jerman Akan Melarang Merokok Ganja di Area Stasiun

17 hari lalu

Operator Kereta Deutsche Bahn di Jerman Akan Melarang Merokok Ganja di Area Stasiun

Operator kereta di Jerman Deutsche Bahn (DB) mengumumkan melarang merokok ganja di area-area stasiun per 1 Juni 2024.

Baca Selengkapnya

Pakta Konsumen Nasional Minta Pemerintah Penuhi Hak Konsumen Tembakau

19 hari lalu

Pakta Konsumen Nasional Minta Pemerintah Penuhi Hak Konsumen Tembakau

Pakta Konsumen Nasional meminta pemerintah untuk memenuhi hak konsumen tembakau di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Tersinggung Tak Diberi Utang, Pemuda di Kembangan Bakar Warung Rokok

32 hari lalu

Tersinggung Tak Diberi Utang, Pemuda di Kembangan Bakar Warung Rokok

Tersinggung tak boleh utang rokok, pelaku membakar warung dengan melempar botol bensin dan tisu yang telah dibakar.

Baca Selengkapnya

Pria di Medan Bunuh Ibu Kandung Gara-gara Kesal Diomeli karena Minta Uang Rokok

35 hari lalu

Pria di Medan Bunuh Ibu Kandung Gara-gara Kesal Diomeli karena Minta Uang Rokok

Wem Pratama, 33 tahun, warga Jalan Tuba 3, Kota Medan, membunuh ibu kandungnya, Megawati, 55 tahun dengan memukul dan menggorok leher.

Baca Selengkapnya

Spesialis Jantung: Hasil Pemeriksaan Medis Baik Tak Jamin Perokok Sehat

46 hari lalu

Spesialis Jantung: Hasil Pemeriksaan Medis Baik Tak Jamin Perokok Sehat

Hasil pemeriksaan medis yang baik tak menjamin perokok sehat. Untuk memastikan kesehatan perokok satu-satunya jalan adalah total berhenti merokok.

Baca Selengkapnya

Selandia Baru Larang Rokok Elektrik Sekali Pakai

50 hari lalu

Selandia Baru Larang Rokok Elektrik Sekali Pakai

Selandia Baru akan akan melarang penjualan rokok elektrik sekali pakai untuk menurunkan angka perokok usia muda.

Baca Selengkapnya

Soal Lobi ke Istana, Bos Perusahaan Rokok Sebut Penyampaian Pendapat sesuai Aturan

9 Maret 2024

Soal Lobi ke Istana, Bos Perusahaan Rokok Sebut Penyampaian Pendapat sesuai Aturan

Faisal Basri menyatakan perusahaan rokok memiliki lobi-lobi yang kuat di lingkungan Istana dan pembuat undang-undang.

Baca Selengkapnya

Jokowi Disebut Punya Kedekatan dengan Industri Rokok

8 Maret 2024

Jokowi Disebut Punya Kedekatan dengan Industri Rokok

Jokowi sempat ogah membahas masalah rokok bersama Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin. Disebut punya kedekatan dengan industri rokok.

Baca Selengkapnya