Kisah Marie Thomas Melawan Diskriminasi hingga Jadi Dokter Perempuan Pertama di Hindia Belanda

Senin, 19 Februari 2024 19:00 WIB

Marie Thomas menyelesaikan pendidikan di STOVIA pada 1922 dan langsung bekerja sebagai dokter di rumah sakit terbesar di Batavia kala itu, Centrale Burgerlijke Ziekeninrichting yang sekarang menjadi RS Cipto Mangunkusumo. Spesialisasi yang diambilnya adalah bidang ginekologi dan kebidanan. Javapost.nl

TEMPO.CO, Jakarta - Sebelum kesetaraan gender dan emansipasi wanita diterapkan, sistem pendidikan kolonial Belanda jauh dari kata setara. Di sekolah-sekolah pada abad ke-19, jarang sekali terdapat murid perempuan apalagi dari kalangan pribumi. Di School Tot Opleiding Van Inlandsche Artsen (STOVIA) misalnya, perlu waktu 60 tahun untuk sekolah kedokteran itu menerima murid perempuan.

Berdiri tahun 1951, STOVIA baru menerima murid perempuan di tahun 1911 dan salah satu murid peremuan pertama adalah Marie Thomas, seorang perempuan campuran Eropa dan Minahasa. Dilansir dari buku Her Story, Perempuan Nusantara di Tepi Sejarah, kebijakan Sekolah pun disebut tak adil kepada murid perempuan. Saat itu, murid perempuan tak diberi tunjangan dan tempat tinggal, sedangkan murid laki-laki diberi tunjangan dan tinggal di asrama selama masa studi. Alhasil Marie harus tinggal sendiri dan membiayai akomodasi sekolahnya sendiri.

Di tengah diskriminasi itu, Marie Thomas terus berjuang untuk sekolah. Ia belajar dengan tekun. Meski diperlakukan berbeda, Marie tak menyerah. Ia menjadi satu-satunya perempuan di antara 180 siswa laki-laki.

Melihat ketimpangan itu, sekelompok perempuan membentuk yayasan untuk membantu perempuan yang sedang sekolah. Yayasan itu bernama Studiefondsvoor Opleiding van Vrouwelijke Inlandsche Artsen (SOVIA). Organisasi itu membantu Marie menyelesaikan sekolahnya.

Butuh waktu 10 tahun bagi Marie untuk lulus. STOVIA menyatakan Marie Thomas lulus dengan nilai yang memuaskan, sehingga menyandang gelar Indische Arts pada 26 April 1922. Setelah menerima diploma, Marie menjadi sorotan dan mendapat banyak pujian.

Advertising
Advertising

Kelulusan Marie menjadi menarik perhatian besar di Hindia Belanda, karena menjadi dokter perempuan pertama di tanah air. Setelah mendapatkan gelar terhormat, pemerintah menugaskannya berdinas menjadi dokter pemerintah di Centrale Burgerlijke Ziekeninrichting (CBZ), yang sekarang berubah nama menjadi RS Cipto Mangunkusumo (RSCM).

Sebagai seorang dokter yang cakap, Marie mendalami ilmunya, sehingga diakui sebagai spesialis ginekologi dan kebidanan dan termasuk salah satu dokter pertama yang terlibat dalam kebijakan mengontrol kelahiran bayi lewat metode kontrasepsi Intrauterine Device (IUD).

Wanita yang beraliran darah Minahasa, lahir pada 17 Februari 1896 dari pasangan Adrian Thomas dan Nicolina Maramis. Dilansir dari laman Kemendikbud, ayahnya yang bekerja sebagai tentara, membuat Marie harus berpindah-pindah sekolah. Setelah menempuh pendidikan di Europeesche Lagere School (ELS) dan lulus pada 1911.

Lahir sebagai golongan indo, Marie disebut-sebut lebih condong berpihak kepada Indonesia. Sebagai perempuan berdarah Minahasa, Marie bergabung dengan organisasi perempuan beranama Persatoean Minahasa.

Di Stovia, Marie sempat bertemu Mohammad Joesoef dari Sumatra. Mereka duduk di kelas yang sama untuk waktu yang lama dan lulus pada waktu yang sama pula. Setelah beberapa tahun lulus mereka akhirnya menikah pada 16 Maret 1929. Mereka berdua kemudian berangkat ke Padang, Sumatra Barat, yang merupakan kampung halaman suami. Marie dan suami dikaruniai dua orang anak yang bernama Sonya dan Eri

Setelah berhasil berkarir di bidang kedokteran, pada 1950 ia mendirikan sekolah kebidanan di Bukittinggi. Sekolah kebidanan yang ia dirikan menjadi yang pertama di Sumatera dan kedua di Indonesia.

Setelah 40 tahun lamanya ia mengabdi di dunia kedokteran, Marie menutup usianya di umur 70 tahun akibat penyakit serangan jantung. Marie Thomas dikenal sebagai seorang dokter yang selalu ada untuk pasiennya. Diceritakan, banyak pasiennya yang ia bantu secara cuma-cuma. Di Indonesia, sayangnya, seperti dicatat media Belanda, saat ini Marie Thomas menjadi tokoh yang tidak begitu dikenal. Bahkan, sekolah kebidanan yang ia dirikan tidak menggunakan namanya.

Pilihan Editor: Menaker: Gender Shaming Penghambat Perempuan di Dunia Kerja

Berita terkait

PJI Ajak Perempuan Muda Berkarier di Industri Teknologi

3 jam lalu

PJI Ajak Perempuan Muda Berkarier di Industri Teknologi

Girls' Tech Day ingin menciptakan lingkungan di mana perempuan muda merasa didukung iindustri masyarkat.

Baca Selengkapnya

Kisah Tenaga Medis Perempuan Antarpulau di Batam: Menggotong Nyawa, Menantang Gelombang

1 hari lalu

Kisah Tenaga Medis Perempuan Antarpulau di Batam: Menggotong Nyawa, Menantang Gelombang

Tenaga medis di Kecamatan Belakang Pandang Kota Batam harus berani melawan ganasnya ombak laut untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

Baca Selengkapnya

Program PFpreneur Pertamina Dukung Inklusi, Kembangkan 4000 UMKM Perempuan

3 hari lalu

Program PFpreneur Pertamina Dukung Inklusi, Kembangkan 4000 UMKM Perempuan

PFpreneur memberikan pelatihan kepada lebih dari 4000 pengusaha perempuan, atau womenpreneur, yang bergerak di tiga jenis usaha, yakni kerajinan, fesyen, dan kuliner.

Baca Selengkapnya

5 Kampus Negeri yang Buka Pendaftaran Jurusan Kedokteran Jalur Ketua OSIS

4 hari lalu

5 Kampus Negeri yang Buka Pendaftaran Jurusan Kedokteran Jalur Ketua OSIS

Beberapa PTN di Indonesia membuka jalur seleksi khusus ketua OSIS, termasuk untuk prodi S1 kedokteran. Kampus mana saja?

Baca Selengkapnya

Penemuan Mayat Lansia Tergeletak di Taman Genjing Cempaka Putih, Dibawa Polisi ke RSCM

5 hari lalu

Penemuan Mayat Lansia Tergeletak di Taman Genjing Cempaka Putih, Dibawa Polisi ke RSCM

Warga Kelurahan Rawasari, Cempaka Putih, Jakarta Pusat, melapokan penemuan mayat seorang pria lansia di sekitar Taman Genjing.

Baca Selengkapnya

MER-C Berangkatkan Tim Medis ke-6 untuk Bantu Rakyat Palestina di Gaza

6 hari lalu

MER-C Berangkatkan Tim Medis ke-6 untuk Bantu Rakyat Palestina di Gaza

MER-C kembali memberangkatkan Tim Medis Darurat (EMT) ke-6 secara bertahap untuk bertugas membantu rakyat Palestina di Jalur Gaza.

Baca Selengkapnya

17 Perusahaan Indonesia yang Raih Penghargaan WEPs Awards

6 hari lalu

17 Perusahaan Indonesia yang Raih Penghargaan WEPs Awards

UN Women mengumumkan 17 perusahaan asal Indonesia yang meraih penghargaan WEPs.

Baca Selengkapnya

Komnas Perempuan Temukan 450 Kebijakan Diskriminatif yang Merugikan Perempuan

7 hari lalu

Komnas Perempuan Temukan 450 Kebijakan Diskriminatif yang Merugikan Perempuan

Ada 450 kebijakan diskriminatif yang berlaku di Indonesia yang sebanyak 56 persen di antaranya merugikan kaum perempuan.

Baca Selengkapnya

Formappi Kritik Ketiadaan Pimpinan Perempuan di Komisi VIII yang Membidangi Urusan Perempuan dan Anak

11 hari lalu

Formappi Kritik Ketiadaan Pimpinan Perempuan di Komisi VIII yang Membidangi Urusan Perempuan dan Anak

Formappi menyayangkan ketiadaan perwakilan perempuan di jajaran pimpinan Komisi VIII Dewan Perwakilan Rakyat.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya Andalkan Teknologi, Dokter Juga Harus Terapkan Pendekatan Humanis

12 hari lalu

Tak Hanya Andalkan Teknologi, Dokter Juga Harus Terapkan Pendekatan Humanis

Ketua PB IDI mengatakan dokter tidak bisa hanya mengandalkan teknologi kesehatan dalam menangani pasien tetapi harus dengan pendekatan humanis.

Baca Selengkapnya