Intrik Pemilu 2019 dan Pemilu 2024 yang Terwakilkan dalam Film Sexy Killers dan Dirty Vote, Ada Hubungannya?

Selasa, 13 Februari 2024 12:45 WIB

Foto tangkapan layar dari film Dirty Vote, Zainal Arifin Mochtar (kiri), Bivitri Susanti (tengah), Feri Amsari (kanan), narasumber dalam film Dirty Vote. Youtube

TEMPO.CO, Jakarta - Hanya dalam hitungan tiga hari menjelang Pemilu 2024, rumah produksi Watchdoc telah meluncurkan karya dokumenter terkini mereka yang bertajuk Dirty Vote. Dalam waktu kurang dari 24 jam setelah dirilis di kanal YouTube mereka, film ini telah memikat perhatian penonton sebanyak 7 juta kali.

Dhandy Dwi Laksono dan Watchdoc, tahun lalu pun menayangkan film dokumenter Sexy Killers menjelang Pemilu 2019. Adakah substansi yang sama dari dua film ini?

Sexy Killers menggoyang pemilih pada tahun 2019

Dalam laporan dari Tempo, Sexy Killers mengungkap jalinan elit politik serta jenderal-jenderal Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang terlibat dalam kepemilikan serta operasional pertambangan batu bara dan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di negeri ini.

Selain menyoroti dampak merugikan bagi lingkungan akibat pertambangan batu bara, film ini juga menunjukkan ancaman serius yang dihadapi oleh kesehatan manusia.

Advertising
Advertising

Melalui pengambilan gambar di Pulau Kalimantan, Bali, serta Jawa, Sexy Killers menggambarkan bagaimana komunitas lokal telah menderita akibat investasi batu bara.

Film tersebut juga menyoroti penurunan dukungan lingkungan hidup di Kepulauan Karimun Jawa akibat penggunaan kapal tongkang untuk mengangkut batu bara, sekaligus penurunan kualitas kesehatan masyarakat yang terkena dampak PLTU batu bara di Panau, Sulawesi Tengah.

Film dokumenter Sexy Killers membawa isu penting tentang kerusakan lingkungan yang sering terabaikan karena para oligarki. Film ini menyoroti distribusi batubara dari hulu ke hilir yang menyebabkan dampak kerusakan lingkungan, kerugian material, dan korban jiwa.

Dimulai dari Kalimantan Timur, film ini menunjukkan lubang-lubang bekas tambang yang menjadi kubangan besar tanpa reklamasi, menyebabkan banyak anak meninggal karena tenggelam di lubang-lubang tersebut.

Salah satu tokoh yang menentang praktik ini adalah Nyoman Derman, seorang transmigran dari Bali yang menggarap lahan di Kalimantan Timur sejak 1980. Namun, ia ditangkap karena mengganggu operasional perusahaan tambang.

Selain itu, film ini mengungkap kepemilikan saham perusahaan batu bara yang terkait dengan PLTU oleh elite politik yang terlibat dalam Pilpres 2019. Ini mencakup figur dari kedua pasangan calon presiden, Jokowi-Ma'ruf dan Prabowo-Sandiaga, serta menyoroti keterlibatan oligarki dalam kebijakan energi Indonesia.

Tidak hanya itu, film ini juga membahas tentang bekas lokasi pertambangan batu bara yang tidak dikelola dengan baik, menciptakan kubangan seluas ratusan ribu hektare. Banyak penduduk lokal yang meninggal dunia akibat tenggelam di dalam kubangan tersebut.

Sexy Killers berhasil memperoleh penghargaan Ramon Magsaysay Award pada tahun 2021 dalam kategori Kepemimpinan Emergent dalam Organisasi. WatchdoC, rumah produksi film ini, diakui sebagai satu-satunya pemenang dalam kategori tersebut pada tahun tersebut.

Menurut Dewan Pengawas Ramon Magsaysay Award Foundation (RMAF), WatchdoC berhasil membangkitkan kesadaran publik akan isu-isu Hak Asasi Manusia (HAM), keadilan sosial, dan lingkungan melalui karya jurnalistik investigatif serta film dokumenter mereka.

WatchdoC kemudian berbagi kebanggaan atas penghargaan Ramon Magsaysay Award tersebut melalui akun media sosial mereka di Twitter, dengan merujuk padanya sebagai "Nobel Prize versi Asia".

Dirty Vote dan dinamika totalitarianisme politik 2024

Serupa seperti film Sexy Killer, Dirty Vote mengungkap sejumlah isu yang terkait dengan dugaan kecurangan Pemilu, kali ini oleh Presiden Jokowi. Misalnya, politisasi bansos, kecurangan KPUD untuk memenangkan meloloskan partai politik tertentu, kampanye dengan penggunaan fasilitas negara, menteri yang berkampanye di atas panggung kegiatan kenegaraan, dan banyak hal busuk lainnya.

Ahli hukum tata negara Bivitri Susanti menyatakan bahwa kecurangan tersebut dapat dianalisis dalam fenomena politik gentong babi. Bivitri juga menyatakan bahwa peran Jokowi sentral dalam kontestasi Pemilu 2024.

Bivitri menjelaskan, politik gentong babi merupakan istilah yang muncul pada masa perbudakan di Amerika Serikat. Saat itu, para budak harus berebut mengambil daging babi yang diawetkan dalam gentong. Para budak lantas memperebutkan babi di gentong tersebut.

“Akhirnya muncul istilah bahwa ada orang-orang yang akan berebut jatah untuk kenyamanan dirinya,” kata Bivitri.

Dalam konteks politik saat ini, Bivitri mengatakan politik gentong babi adalah cara berpolitik yang menggunakan uang negara. Uang tersebut digelontorkan ke daerah-daerah pemilihan oleh politisi agar dirinya bisa dipilih kembali.

"Tentu saja kali ini Jokowi tidak sedang meminta orang untuk memilih dirinya, melainkan penerusnya," ujar Bivitri.

Dalam pemaparannya di film Dirty Vote, Bivitri menyoroti gelontoran anggaran bansos menjelang Pemilu 2024 menurutnya berlebihan. Sebab, untuk bulan Januari saja pemerintah sudah menghabiskan Rp 78,06 triliun jumlah. Jenis bantuan yang diberikan melalui anggaran tersebut, yakni Program Keluarga Harapan (PKH), bantuan beras, Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT), Program Indonesia Pintar (PIP), dan bantuan langsung tunai (BLT) El Nino.

MICHELLE GABRIELA | KAKAK INDRA PURNAMA

Pilihan Editor: Disebut dalam Film Dirty Vote, Ini Penjelasan Politik Gentong Babi ala Jokowi

Berita terkait

Terpopuler: Ledakan Smelter PT KFI Ancam Keselamatan Warga, Pemerintah Klaim Pembebasan Lahan IKN Tidak Melanggar HAM

1 jam lalu

Terpopuler: Ledakan Smelter PT KFI Ancam Keselamatan Warga, Pemerintah Klaim Pembebasan Lahan IKN Tidak Melanggar HAM

Terpopuler bisnis: Keselamatan warga sekitar terancam karena smelter PT KFI kerap meledak. Pemerintah klaim pembebasan lahan IKN tidak melanggar HAM.

Baca Selengkapnya

Luhut: World Water Forum Bali Akan Hasilkan 120 Proyek Senilai Rp 150 Triliun

9 jam lalu

Luhut: World Water Forum Bali Akan Hasilkan 120 Proyek Senilai Rp 150 Triliun

Luhut mengungkap itu lewat pernyataannya bahwa World Water Forum di Bali harus menghasilkan, apa yang disebutnya, concrete deliverables.

Baca Selengkapnya

Khawatir Ada Titipan, Novel Baswedan Harap Unsur Masyarakat dalam Pansel KPK Diperbanyak

10 jam lalu

Khawatir Ada Titipan, Novel Baswedan Harap Unsur Masyarakat dalam Pansel KPK Diperbanyak

Novel Baswedan, mengomentari proses pemilihan panitia seleksi atau Pansel KPK.

Baca Selengkapnya

Dapat Penugasan dari Golkar, Musa Rajekshah Ambil Formulir Pendaftaran di PDIP untuk Pilgub Sumut

11 jam lalu

Dapat Penugasan dari Golkar, Musa Rajekshah Ambil Formulir Pendaftaran di PDIP untuk Pilgub Sumut

Partai Golkar Sumut optimistis PDIP akan mengusung Musa Rajekshah dalam Pilgub Sumut 2024.

Baca Selengkapnya

Respons KSP Ihwal Jokowi Tunjuk Grace Natalie dan Juri Ardiantoro sebagai Staf Khusus Presiden

12 jam lalu

Respons KSP Ihwal Jokowi Tunjuk Grace Natalie dan Juri Ardiantoro sebagai Staf Khusus Presiden

Tenaga Ahli Utama KSP Ali Mochtar Ngabalin belum mengetahui di bidang apa Grace Natalie dan Juri Ardiantoro akan ditugaskan.

Baca Selengkapnya

Rumah Dinas Menteri di IKN Bisa Ditambah Jika Prabowo Bentuk Kementerian Baru, Pengamat: Pemborosan Anggaran

13 jam lalu

Rumah Dinas Menteri di IKN Bisa Ditambah Jika Prabowo Bentuk Kementerian Baru, Pengamat: Pemborosan Anggaran

Satgas Pelaksana Pembangunan Infrastruktur IKN menyebut rumah dinas menteri di IKN bisa ditambah jika presiden terpilih Prabowo Subianto membentuk kementerian baru. Pengamat menilai hal ini sebagai bentuk pemborosan anggaran.

Baca Selengkapnya

Kritik PDIP Tak Undang Jokowi ke Rakernas, Noel Kutip Puisi Soekarno

14 jam lalu

Kritik PDIP Tak Undang Jokowi ke Rakernas, Noel Kutip Puisi Soekarno

Noel mengutip puisi karya Presiden Pertama RI Soekarno, untuk mengkritik PDIP yang tidak mengundang Jokowi di Rakernas

Baca Selengkapnya

Terkini: Jokowi Sampai Pimpin Rapat Khusus Sebelum Revisi Permendag 36/2023 Terbit, Pabrik Smelter Nikel Meledak Lagi Kali Ini Milik PT KFI

18 jam lalu

Terkini: Jokowi Sampai Pimpin Rapat Khusus Sebelum Revisi Permendag 36/2023 Terbit, Pabrik Smelter Nikel Meledak Lagi Kali Ini Milik PT KFI

Presiden Jokowi sampai memimpin rapat khusus sebelum diterbitkannya revisi ketiga Peraturan Menteri Perdagangan atau Permendag 36/2023.

Baca Selengkapnya

9 Mantan Komisioner KPK Kirim Surat ke Jokowi soal Kriteria Pansel KPK

19 jam lalu

9 Mantan Komisioner KPK Kirim Surat ke Jokowi soal Kriteria Pansel KPK

Pemilihan Pansel KPK patut menjadi perhatian karena mereka bertugas mencari figur-figur komisioner dan Dewan Pengawas KPK mendatang.

Baca Selengkapnya

Pansel KPK Tuai Perhatian dari Sejumlah Kalangan, Istana dan DPR Beri Respons

20 jam lalu

Pansel KPK Tuai Perhatian dari Sejumlah Kalangan, Istana dan DPR Beri Respons

Pembentukan Pansel Capim KPK menuai perhatian dari sejumlah kalangan. Pihak Istana dan DPR beri respons ini.

Baca Selengkapnya