Desakan kepada Presiden Terus Menggelinding, PPI Utrecht: Jokowi Konsisten Abaikan Etika

Reporter

Imam Hamdi

Editor

Devy Ernis

Selasa, 13 Februari 2024 06:06 WIB

Presiden Joko Widodo didampingi Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Kaesang Pangarep menjawab pertanyaan wartawan usai melakukan pertemuan di kawasan Jalan Braga, Bandung, Jawa Barat, Sabtu, 3 Februari 2024. Presiden Joko Widodo meyakini PSI bisa mendapatkan kursi di DPR RI pada Pemilu 2024. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A

TEMPO.CO, Jakarta - Desakan terhadap Presiden Joko Widodo atau Jokowi untuk menghentikan cawe-cawe pada proses Pemilihan Umum 2024, masih terus menggelinding. Yang teranyar, desakan dihembuskan Perhimpunan Pelajar Indonesia dari Universitas Utrecth, Belanda, dua hari sebelum pemungutan suara. Kemarin, mereka menyampaikan pernyataan sikap dan menuntut presiden dan jajaran kabinetnya menghentikan penyalahgunakan kewenangan untuk mempertahankan kekuasaan.

Adapun pemungutan suara bakal berlangsung pada Rabu besok, 14 Februari 2024.“Presiden Joko Widodo secara konsisten menunjukkan praktik berdemokrasi yang abai etika dengan penyalahgunaan kekuasaan oleh penyelenggara negara,” kata Ketua PPI Utrecth Hanif Abdul Halim dalam deklarsi dan pernyataan sikap PPI Utrecth secara daring, Senin, 12 Februari 2024.

Hanif mengatakan pernyataan sikap yang mereka sampaikan dilakukan atas kekhawatiran terhadap krisis demokrasi dan etika yang terjadi di Indonesia menjelang Pemilihan Umum 2024. Mereka menilai puncak dari krisis etika terlihat saat proses pencalonan putra sulung Jokowi, Gibran Rakabuming Raka, yang mendapatkan jalan mulus lewat putusan Mahkamah Konstitusi 90/PUU-XXI/2023.

Putusan itu memberi ruang Gibran yang baru belum berusia 40 tahun untuk maju pada Pemilihan Persiden 2024. Gibran dipilih menjadi calon wakil persiden untuk mendampingi calon presiden Prabowo Subianto.

“Pelanggaran prinsip imparsialitas hakim pada perkara ini menjadi catatan penting dan menentukan kehidupan berdemokrasi di Indonesia untuk lima tahun yang akan datang,” ujarnya.

Advertising
Advertising

Rencana pernyataan sikap yang disampaikan mahasiswa Utrecht ini, kata dia, semakin menguat setelah mereka mencermati film dokumenter Dirty Vote, setelah tayang di YouTube Dirty Vote pada 11 Februari 2024. Berdurasi 1 jam 55 menit 22 detik, film itu menampilkan tiga ahli hukum tata negara yaitu Bivitri Susanti, Zainal Arifin Mochtar, dan Feri Amsari

Tiga ahli hukum itu mengurai sejumlah data dan pelanggaran hukum serta kecurangan pemilu saat ini, mulai dari proses verifikasi partai yang bermasalah hingga putusan kontroversial Mahkamah Konstitusi, yang memberikan karpet merah kepada Gibran menjadi calon wakil presiden dari Koalisi Indonesia Maju.

Menurut dia, film tersebut telah menunjukkan fakta-fakta yang menguatkan terjadinya penyalahgunaan kewenangan, anggaran negara, dan jabatan untuk kepentingan memenangan pasangan Prabowo-Gibran. Bahkan skenario untuk memenangkan pasangan yang didukung presiden itu dilakukan secara terstruktur, masif, dan sistematis. “Desain TMS (tersetruktur, masif, dan sistematis), itu terlihat dari analisa tiga dosen tata negara dalam film Dirty Vote,” ujarnya.

Selain pernyataan sikap PPI Utrecht, pernyataan sikap juga masih terus dilakukan di beberapa daerah di Indonesia. Kemarin, sejumlah elemen masyarakat yang mayoritas berasal dari kalangan mahasiswa menggelar Aksi Gejayan Memanggil di pertigaan Gejayan, Depok, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Mereka bergerak membawa sejumlah spanduk hingga poster berisi kritikan terhadap pemerintahan Jokowi.

"Kita dipaksa memilih pada pilihan yang sudah ditentukan oleh lingkaran oligarki itu sendiri, dan bahkan pilihan yang tersedia tidak layak untuk dipilih," Juru Bicara Jaringan Gugat Demokrasi, Sana Ulaili.

Adapun gerakan kampus mengkritisi pemerintahan Jokowi bermula dari pernyataan sikap guru besar dan dosen UGM dalam Petisi Bulaksumur pada 31 Januari lalu. Mereka mengkritik Jokowi dan mendeklarasikan sikap agar Presiden bersikap netral pada Pemilu 2024. Lebih dari 50 perguruan tinggi negeri dan swasta telah mendeklarsikan sikap yang serupa.

IMAM HAMDI | PRIBADI WICAKSONO

Pilihan Editor: Connie Bakrie Sebut Hasto Juga Dengar Info soal Prabowo Hanya Jabat 2 Tahun Jika Jadi Presiden

Berita terkait

Kronologi Bea Cukai Dituduh Gelapkan 9 Mobil Mewah Pengusaha Malaysia Kenneth Koh

13 menit lalu

Kronologi Bea Cukai Dituduh Gelapkan 9 Mobil Mewah Pengusaha Malaysia Kenneth Koh

Pengusaha Malaysia merasa kehilangan 9 mobil mewahnya yang ditahan Bea Cukai di Gudang Soewarna, Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai Soekarno-Hatta

Baca Selengkapnya

Sistem Kelas 1, 2, dan 3 BPJS Kesehatan Diubah Menjadi KRIS, Ketahui 12 Kriteria Layanannya

15 menit lalu

Sistem Kelas 1, 2, dan 3 BPJS Kesehatan Diubah Menjadi KRIS, Ketahui 12 Kriteria Layanannya

Jokowi ubah sistem kelas 1, 2, dan 3 BPJS Kesehatan menjadi KRIS. Beriku 12 kriteria layanan KRIS dan 4 layanan ini yang tidak berlaku untuk KRIS.

Baca Selengkapnya

Momen Prabowo Kenalkan Gibran ke Presiden UEA dan Direspons He's So Young oleh PM Qatar

56 menit lalu

Momen Prabowo Kenalkan Gibran ke Presiden UEA dan Direspons He's So Young oleh PM Qatar

Prabowo menemui PM Qatar dan Presiden UEA, sekaligus memperkenalkan Gibran. Berikut rekaman momen peristiwanya.

Baca Selengkapnya

Kala Jokowi Menjadi Sopir Gubernur Jenderal Australia Keliling Kebun Raya Bogor

1 jam lalu

Kala Jokowi Menjadi Sopir Gubernur Jenderal Australia Keliling Kebun Raya Bogor

Jokowi menjadi sopir Gubernur Jenderal Australia David Hurley saat mengendarai mobil golf mengelilingi Kebun Raya Bogor

Baca Selengkapnya

Temui Jokowi, Ini Profil Ketua Umum PP GP Ansor Addin Jauharudin

1 jam lalu

Temui Jokowi, Ini Profil Ketua Umum PP GP Ansor Addin Jauharudin

Ketua Umum PP GP Ansor Addin Jauharudin bertemui Presiden Jokowi di Istana Negara, Jakarta pada Kamis, 16 Mei 2024. Untuk apa?

Baca Selengkapnya

Jokowi Terima Lawatan Gubernur Jenderal Australia di Istana Bogor

1 jam lalu

Jokowi Terima Lawatan Gubernur Jenderal Australia di Istana Bogor

Presiden Jokowi menyambut kunjungan kenegaraan Gubernur Jenderal Australia David Hurley di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, pada Jumat, 17 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Perbedaan Sistem Kelas 1, 2, dan 3 BPJS Kesehatan yang Bakal Diganti dengan KRIS

2 jam lalu

Perbedaan Sistem Kelas 1, 2, dan 3 BPJS Kesehatan yang Bakal Diganti dengan KRIS

Jokowi resmi mengganti sistem kelas 1, 2, dan 3 BPJS Kesehatan dengan sistem kelas rawat inap standar (KRIS). Apa perbedaannya?

Baca Selengkapnya

Jokowi Sampaikan Ucapan Selamat atas Pelantikan PM Singapura Lawrence Wong

2 jam lalu

Jokowi Sampaikan Ucapan Selamat atas Pelantikan PM Singapura Lawrence Wong

Presiden Jokowi menyatakan Indonesia siap untuk melanjutkan kerja sama baik dengan Singapura.

Baca Selengkapnya

Jokowi Terima Kunjungan Gubernur Jenderal Australia pada Pagi Ini

4 jam lalu

Jokowi Terima Kunjungan Gubernur Jenderal Australia pada Pagi Ini

Gubernur Jenderal Australia menjadikan pertemuan dengan Jokowi sebagai bagian rangkaian untuk merayakan 75 tahun hubungan diplomatik dengan Indonesia.

Baca Selengkapnya

Terkini: Ini Peserta BPJS Kesehatan yang Tak Bisa Naik Kelas Rawat Inap, Airlangga soal Target Prabowo Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen

16 jam lalu

Terkini: Ini Peserta BPJS Kesehatan yang Tak Bisa Naik Kelas Rawat Inap, Airlangga soal Target Prabowo Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen

Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) oleh BPJS Kesehatan mulai tahun depan menjadi sistem Kelas Rawat Inap Standar (KRIS).

Baca Selengkapnya