BPA, dari Aman hingga Dinilai Berbahaya

Rabu, 11 Oktober 2023 18:44 WIB

INFO NASIONAL – Peneliti di National Cancer Institute (NCI) tertarik dengan adanya volume produksi Bisphenol A (BPA) yang tinggi dan sejumlah besar pekerja yang mungkin terpapar bahan kimia tersebut. NCI merupakan lembaga yang bertanggung jawab untuk mengoordinasikan Program Bioassay Karsinogenesis Nasional. Pada 1977, NCI memprakarsai studi karsinogenesis pertama terhadap BPA.

Selama studi karsinogenesis terhadap BPA, dari 1977 hingga 1979, tanggung jawab Program Bioassay Karsinogenesis dialihkan dari NCI ke lembaga yang baru didirikan, yakni National Toxicology Program (NTP). NTP didirikan untuk mengoordinasi penelitian toksikologi di Amerika Serikat.

Menurut Sarah A. Vogel, dalam tulisannya di Jurnal Kesehatan “The Politics of Plastics: The Making and Unmaking of Bisphenol A “Safety”, Kongres meminta General Accounting Office (GAO—lembaga auditor tertinggi di AS) untuk menyelidiki kualitas laboratorium-laboratorium swasta yang melakukan penelitian untuk Program Bioassay Karsinogenesis.

Pada saat itu, kualitas penelitian sedang dalam pengawasan ketat. Ini karena pada 1976, sebuah penyelidikan federal ekstensif terhadap Industrial Bio-Test, salah satu laboratorium swasta terbesar yang melakukan uji keamanan bahan kimia di Amerika Serikat, menemukan praktik penipuan ekstensif.

Pada 1979, penyelidikan GAO menemukan masalah di beberapa fasilitas yang bekerja sebagai kontraktor untuk NCI. Kondisi terburuk dilaporkan terjadi di Litton Biotechnics. Litton Biotechnics merupakan laboratorium yang disewa untuk melakukan bioassay (analisis terhadap suatu zat untuk menentukan keberadaan dan dampaknya) karsinogenesis terhadap BPA.

Advertising
Advertising

Para pemeriksa menemukan masalah pemeliharaan, tindakan kontrol kualitas yang buruk, dan praktik patologi yang buruk. Mereka kemudian menyimpulkan semua itu dapat memengaruhi hasil penelitian apa pun.

Meskipun ada temuan dari investigasi GAO tersebut, baik NCI maupun NTP tidak melakukan penilaian ulang terhadap studi karsinogenisitas BPA yang telah dilakukan. Pada 1982, NTP pun merilis laporan akhir tentang studi karsinogenesis terhadap BPA. Dengan hanya dua kategori—“bukti yang meyakinkan” atau “tidak ada bukti yang meyakinkan”—yang digunakan untuk menggambarkan data pada saat itu, laporan akhir tersebut menyatakan “tidak ada bukti yang meyakinkan” tentang karsinogenisitas pada BPA.

Kesimpulan studi di atas menjadi dasar bagi peraturan pertama tentang standar keamanan BPA yang ditetapkan oleh Environmental Protection Agency (EPA) pada 1988 dan diadopsi oleh FDA sebagai dosis rujukan. Dengan mempertimbangkan BPA sebagai “nonkarsinogen”, EPA menggunakan dosis terendah dari studi karsinogenesis sebagai “tingkat efek samping terendah yang diamati” dan membagi angka ini dengan faktor ketidakpastian 1000 untuk menentukan dosis rujukan sebesar 50 mikrogram per kilogram berat badan per hari. Angka inilah yang tetap menjadi standar keamanan BPA hingga saat ini di Amerika Serikat.

Terkait karakter estrogenik dari BPA yang telah lama diabaikan, EPA mencatat bahwa estrogenisitas BPA lebih penting untuk diperhatikan. Salah satu bukti yang digunakan adalah gangguan kesuburan yang ditemukan dalam sebuah penelitian pada 1981. Namun, karena bioakumulasi BPA kurang dan waktu hidup biologisnya pendek di dalam tubuh, FDA tetap menyimpulkan bahwa BPA tidak menimbulkan ancaman atau bahaya.

BPA sebagai Pengganggu Endokrin

Produksi BPA di Amerika Serikat pada akhir 1980-an melonjak melebihi 450 juta kilogram per tahun. Ini karena polikarbonat menemukan pasar baru dalam cakram padat, cakram serbaguna digital (DVD), air minum dalam kemasan, botol bayi, serta peralatan laboratorium dan rumah sakit. Hanya beberapa tahun setelah dosis rujukan di atas ditetapkan, estrogenisitas BPA, yang sebelumnya dianggap lemah, mulai diinvestigasi oleh bidang keilmuan interdisipliner yang berkembang: studi tentang efek bahan kimia sintetik mirip hormon.

Pada 1993, para ahli endokrinologi di Stanford University menemukan bahwa BPA terlarut dari botol-botol polikarbonat di dalam laboratorium mereka. Penemuan ini terjadi saat para ahli sedang berupaya mencari estrogen endogen dalam ragi.

Pada awalnya mereka berpikir temuan itu adalah estrogen endogen, tapi ternyata BPA setelah mereka mengujinya dengan sel kanker payudara yang responsif terhadap estrogen. Temuan (yang kemudian dipublikasikan) ini membuat karakter estrogenisitas BPA yang lama diabaikan kembali menjadi pusat perhatian sejumlah peneliti yang tertarik tidak hanya pada estrogen sintetik tetapi, secara lebih luas, pada apa yang disebut sebagai “pengganggu endokrin” (endocrine disruptor).

“Gangguan endokrin” (endocrine disruption) adalah kondisi ketika bahan-bahan kimia tertentu bisa mengganggu produksi, pemrosesan, dan transmisi hormon di dalam tubuh dan mengganggu fungsi normal sistem endokrin. Istilah itu diciptakan di sebuah pertemuan para ahli pada 1991.

Pertemuan tersebut diadakan di Wingspread Conference Center di Racine, Wisconsin, Amerika Serikat, dan diorganisasikan oleh Theo Colborn, yang saat itu bersama World Wildlife Fund (WWF), dan J.P. Myers, yang saat itu direktur sebuah yayasan donasi lingkungan. Hasil dari pertemuan tersebut, yang mengumpulkan beragam peneliti dari berbagai bidang—ahli biologi satwa liar, ahli endokrin, ahli fisiologi reproduksi, dan ahli toksikologi—adalah sebuah konsensus ilmiah yang disebut “Chemically-Induced Alterations in Sexual Development” atau “Wingspread Consensus Statement of 1991”. Konsensus ini menyatakan “dengan pasti” bahwa beberapa bahan kimia memiliki potensi untuk mengganggu sistem endokrin manusia dan satwa liar.

Meskipun istilah “gangguan endokrin” masih baru pada saat itu, hipotesisnya sebenarnya sudah dibangun selama beberapa dekade berdasarkan sejumlah penelitian lapangan dan laboratorium terkait estrogen sintetik. Di mulai 1979, para peneliti yang tertarik untuk mempelajari senyawa estrogenik sintetik yang ditemukan di lingkungan, atau “xenoestrogen”, berkumpul setiap beberapa tahun dalam sebuah pertemuan yang diselenggarakan oleh John McLachlan (pada saat itu adalah Direktur Sains dari NIEHS) di National Institute of Environmental Health Sciences (NIEHS), California Utara. Pada awal 1980-an, McLachlan menerbitkan studi pertama tentang efek transplasenta dari paparan DES yang mereproduksi efek karsinogenik dan reproduksi sebagaimana dilaporkan dalam studi epidemiologi sejak dekade 1970-an.

McLachlan, bersama dengan Howard Bern, seorang ahli endokrin di University of California, Berkeley, yang mempelajari paparan DES dalam kandungan dan neonatal pada manusia dan hewan pada awal hingga pertengahan 1970-an, menghadiri pertemuan Wingspread 1991. Banyak ahli pada pertemuan itu. Di antaranya adalah ahli biologi satwa liar Louis Guillette, ahli biologi molekuler Ana Soto dan Carlos Sonnenschein, dan ahli biologi Frederick vom Saal. Mereka semua, termasuk McLachlan, kemudian menjadi peneliti terkemuka dalam bidang gangguan endokrin—sebuah bidang interdisipliner yang mengubah paradigma.

Terkejut dengan penelitian yang dipresentasikan pada pertemuan tersebut, vom Saal, yang selama bertahun-tahun telah mempelajari efek paparan hormon alami dalam rahim pada organisme yang sedang berkembang, memutuskan untuk menguji sejumlah estrogen sintetik. Dia lalu memilih BPA dan oktilfenol—juga bahan kimia yang digunakan dalam plastik. Tidak seperti tes toksisitas untuk kepentingan pembuatan peraturan, penelitian vom Saal memaparkan tikus hamil ke tingkat BPA non-toksik, yakni di bawah standar keamanan 50 mikrogram per kilogram per hari.

Dalam studi pertama yang diterbitkan tentang BPA dari laboratoriumnya pada 1997, tim vom Saal melaporkan peningkatan berat prostat pada tikus yang terpapar dan respons estrogenik yang lebih tinggi daripada yang diharapkan dari BPA. Peneliti lain menerbitkan dua laporan penelitian tambahan tentang efek dosis rendah BPA: laporan pada 1997 tentang kelenjar susu dan laporan pada 1998 tentang sistem reproduksi wanita. Secara kolektif, studi dosis rendah baru ini benar-benar menantang anggapan lama bahwa BPA adalah estrogen yang lemah. lalu bagaimana dengan BPA dalam galon plastik berbahan polikarbonat. Apakah sebaiknya memilih Galon BPA Free?

Berita terkait

Bamsoet Kembali Dorong Peningkatan Kualitas Pendidikan

8 jam lalu

Bamsoet Kembali Dorong Peningkatan Kualitas Pendidikan

Bambang Soesatyo mendorong agar kualitas pendidikan di Indonesia terus ditingkatkan. Baik melalui perbaikan kurikulum ataupun peningkatan kapabilitas pengajar atau guru.

Baca Selengkapnya

Telkomsel Pastikan Akses Jaringan Broadband dalam WWF 2024

8 jam lalu

Telkomsel Pastikan Akses Jaringan Broadband dalam WWF 2024

Telkomsel telah memastikan kesiapan infrastruktur terdepan untuk mendukung kenyamanan aktivitas komunikasi dan pengalaman digital seluruh perwakilan delegasi World Water Forum 2024 dengan mengoptimalkan kapasitas dan kualitas jaringan dari 4G hingga 5G di 344 site eksisting.

Baca Selengkapnya

Mentan Sambut Baik Kelompok Tani Mahasiswa

8 jam lalu

Mentan Sambut Baik Kelompok Tani Mahasiswa

Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri Indonesia (MRPTNI), membentuk kelompok tani mahasiswa sebagai ujung tombak masa depan bangsa yang harus memiliki konsen terhadap sektor pertanian.

Baca Selengkapnya

Nikson Nababan Siap Maju Pilgub Sumut

8 jam lalu

Nikson Nababan Siap Maju Pilgub Sumut

10 tahun memimpin Taput dengan prinsip clean government, Nikson Nababan berniat maju hanya untuk kesejahteraan masyarakat.

Baca Selengkapnya

Taman Ismail Marzuki Gelar TIM Art Fest

9 jam lalu

Taman Ismail Marzuki Gelar TIM Art Fest

PT Jakarta Propertindo (Perseroda) (Jakpro) berkomitmen menjadikan TIM sebagai salah satu pusat seni dan budaya terbesar di Indonesia dan menjadikannya landmark penting dalam industri seni dan budaya nasional

Baca Selengkapnya

Nikson Nababan Daftar Bakal Calon Gubernur Sumut ke PPP

9 jam lalu

Nikson Nababan Daftar Bakal Calon Gubernur Sumut ke PPP

Nikson Nababan mengatakan, dirinya mengharapkan dukungan dari PPP.

Baca Selengkapnya

Tingkatkan Ekosistem Pendidikan, Pemkab Kediri Gandeng PSPK

9 jam lalu

Tingkatkan Ekosistem Pendidikan, Pemkab Kediri Gandeng PSPK

Bupati Kediri, Hanindhito Himawan Pramana atau Mas Dhito, menggandeng Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan (PSPK) untuk mengembangkan ekosistem pendidikan di Kabupaten Kediri.

Baca Selengkapnya

PNM Peduli Serahkan Sumur Bor untuk Warga Indramayu

9 jam lalu

PNM Peduli Serahkan Sumur Bor untuk Warga Indramayu

PT Permodalan Nasional Madani (PNM) melalui aksi PNM Peduli kembali menggelar kegiatan sebagai bentuk tanggung jawan sosial dan lingkungan.

Baca Selengkapnya

Bamsoet Tegaskan Hukum Harus Adaptif Terhadap Dinamika Zaman

10 jam lalu

Bamsoet Tegaskan Hukum Harus Adaptif Terhadap Dinamika Zaman

Norma hukum yang dianggap ideal pada hari ini, bisa jadi dipandang memiliki banyak celah di masa depan, sehingga harus disesuaikan, direvisi atau bahkan diganti.

Baca Selengkapnya

Lembaga Demografi FEB UI Rilis Hasil Studi Mengenai Kontribusi Penetrasi Internet Telkomsel

11 jam lalu

Lembaga Demografi FEB UI Rilis Hasil Studi Mengenai Kontribusi Penetrasi Internet Telkomsel

Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI) meluncurkan hasil studi komprehensif bertajuk 'Kontribusi Penetrasi Internet Telkomsel Terhadap Perekonomian Indonesia'.

Baca Selengkapnya