Sejarah Nahdlatul Ulama dalam Konstelasi Politik di Indonesia

Senin, 9 Oktober 2023 15:07 WIB

Logo Nahdlatul Ulama. nu.or.id

TEMPO.CO, Jakarta - Selama dua periode berturut-turut, Presiden Joko Widodo atau Jokowi selalu didampingi Wakil Presiden yang memiiki latar belakang Nahdlatul Ulama (NU) yang kuat, yakni Jusuf Kalla (2014-2019) dan Ma'ruf Amin (2019-2024).

Peran NU sebenarnya tidak hanya sebatas menjadi pendamping Presiden saja. Beberapa tokoh politik kerap menyambangi tokoh-tokoh besar ulama NU untuk meminta restu. Bahkan, akhir-akhir ini beberapa Capres banyak yang mengincar bacawapres dari tokoh-tokoh yang berlatar belakang NU.

Meskipun sejak Muktamar NU di Situbondo pada 1984 telah memutuskan untuk melepaskan diri dari politik. Namun, seiring waktu semangat dari muktamar itu semakin memudar. Selain banyaknya tokoh NU yang terlibat dalam politik elektoral, organisasi tersebut juga bergerak layaknya organisasi politik.

Jauh sebelum Jokowi memilih tokoh NU, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Hasyim Muzadi kala itu menjadi calon wakil presiden Megawati Soekarnoputri pada 2004. Seperti ditulis dalam laporan Majalah Tempo Edisi 12 Februari 2023, NU kemudian menjadi semacam kendaraan dan lumbung suara bagi para tokoh politik.

Kendati demikian, dalam sejarahnya, NU sebenarnya kerap terlibat dalam politik kebangsaan bahkan sempat menjadi partai politik. Bedanya, NU tidak hanya menjadi lumbung suara beberapa tokoh politik melainkan ikut aktif terlibat di dalamnya.

Advertising
Advertising

Lantas apa saja peran NU dalam sejarah politik kebangsaan di Indonesia? Berikut sejarah peran NU dalam konstelasi politik di Indonesia, setelah berdiri selama satu abad.

Sejarah dan Kiprah Politik Nahdlatul Ulama

Dalam penelitian berjudul Partisipasi Politik NU dan Kader Muslimat dalam Lintas Sejarah yang ditulis oleh Munawir Haris, setidaknya terdapat enam periode sejarah yang di dalamnya NU terlibat aktif secara politik.

1. Masa Kolonial Belanda

Perlawanan organisasi Islam terbesar yang didirikan pada 31 Januari 1926 ini terjadi pada tahun 1931. Kala itu NU memprotes kebijakan pengadilan agama tentang warisan. Pada tahun 1936, NU secara tegas memutuskan bahwa Indonesia merupakan dar al-Islam (Negara Islam) yang dilandaskan dari mayoritas penduduknya yang beragama Islam.

2. Masa Penjajahan Jepang

Perlawanan NU terhadap penjajahan Jepang dilakukan ketika Jepang memaksa rakyat Indonesia melakukan saikeirei atau menyembah Tenno Haika sebagai keturunan Dewi Matahari. Salah satu pendiri NU, K.H. Hasyim Asy’ari pernah mendapat hukuman empat bulan penjara atas penolakan perintah saikeirei tersebut.

3. Masa Kemerdekaan

Pasca proklamasi dan Belanda melakukan Agresi Militer 1 dan 2, PBNU mengeluarkan sebuah resolusi yang isinya meminta kepada Republik Indonesia untuk bertindak tegas terhadap Belanda dan berjuang fi sabilillah untuk kemerdekaan Indonesia. Resolusi ini kemudian dikenal dengan nama Resoulsi Jihad yang menyatakan bahwa bertempur dengan Belanda merupakan kewajiban layaknya berjihad.

4. Pasca Kemerdekaan

Setelah Belanda pergi dan mengakui kedaulatan Indonesia pada Konferensi Meja Bundar 1949, aspirasi NU di pentas politik disalurkan melalui Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi). Kendati pernah di bawah Masyumi, sebagaimana ditulis dalam nu.or.id, NU memutuskan keluar pada 1952 dan menyatakan diri sebagai Partai Politik. NU juga terlibat dalam Pemilu 1955 dan mendapatkan posisi ketiga sebanyak 6 juta suara.

5. Masa Orde Baru

Dikutip dari laman nu.or.id, pada masa Orde Baru, NU dipaksa bergaung dalam Partai Persatuan Pembangunan (PPP) pada 1973. Bagi NU, peleburan ini layaknya masa lalu ketika NU berada di bawah naungan Masyumi. Banyaknya kerugian yang diterima NU kemudian membuat NU kembali ke khittah 1926 sebagai organisasi keagaaman bukan partai politik pada Muktamar 1984 di Situbondo.

6. Masa Reformasi

Meskipun kembali ke khittah NU sebagai organisasi keagamaan, Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sebagai salah satu tokoh NU mendirikan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Pengaruh Gus Dur kemudian membuat PKB sering dikaitkan dengan NU ditambah terdapat fakta bahwa kelahiran PKB sebenarnya berasal dari rekomendasi PBNU.

ANANDA BINTANG I DWI ANDIKA

Pilihan Editor: Bakal Capres Berebut Suara Warga Nahdlatul Ulama, Ini Perbedaan NU Struktural dan NU Kultural

Berita terkait

Luhut: World Water Forum Bali Akan Hasilkan 120 Proyek Senilai Rp 150 Triliun

6 jam lalu

Luhut: World Water Forum Bali Akan Hasilkan 120 Proyek Senilai Rp 150 Triliun

Luhut mengungkap itu lewat pernyataannya bahwa World Water Forum di Bali harus menghasilkan, apa yang disebutnya, concrete deliverables.

Baca Selengkapnya

Khawatir Ada Titipan, Novel Baswedan Harap Unsur Masyarakat dalam Pansel KPK Diperbanyak

7 jam lalu

Khawatir Ada Titipan, Novel Baswedan Harap Unsur Masyarakat dalam Pansel KPK Diperbanyak

Novel Baswedan, mengomentari proses pemilihan panitia seleksi atau Pansel KPK.

Baca Selengkapnya

Dapat Penugasan dari Golkar, Musa Rajekshah Ambil Formulir Pendaftaran di PDIP untuk Pilgub Sumut

8 jam lalu

Dapat Penugasan dari Golkar, Musa Rajekshah Ambil Formulir Pendaftaran di PDIP untuk Pilgub Sumut

Partai Golkar Sumut optimistis PDIP akan mengusung Musa Rajekshah dalam Pilgub Sumut 2024.

Baca Selengkapnya

Respons KSP Ihwal Jokowi Tunjuk Grace Natalie dan Juri Ardiantoro sebagai Staf Khusus Presiden

9 jam lalu

Respons KSP Ihwal Jokowi Tunjuk Grace Natalie dan Juri Ardiantoro sebagai Staf Khusus Presiden

Tenaga Ahli Utama KSP Ali Mochtar Ngabalin belum mengetahui di bidang apa Grace Natalie dan Juri Ardiantoro akan ditugaskan.

Baca Selengkapnya

Rumah Dinas Menteri di IKN Bisa Ditambah Jika Prabowo Bentuk Kementerian Baru, Pengamat: Pemborosan Anggaran

9 jam lalu

Rumah Dinas Menteri di IKN Bisa Ditambah Jika Prabowo Bentuk Kementerian Baru, Pengamat: Pemborosan Anggaran

Satgas Pelaksana Pembangunan Infrastruktur IKN menyebut rumah dinas menteri di IKN bisa ditambah jika presiden terpilih Prabowo Subianto membentuk kementerian baru. Pengamat menilai hal ini sebagai bentuk pemborosan anggaran.

Baca Selengkapnya

Kritik PDIP Tak Undang Jokowi ke Rakernas, Noel Kutip Puisi Soekarno

11 jam lalu

Kritik PDIP Tak Undang Jokowi ke Rakernas, Noel Kutip Puisi Soekarno

Noel mengutip puisi karya Presiden Pertama RI Soekarno, untuk mengkritik PDIP yang tidak mengundang Jokowi di Rakernas

Baca Selengkapnya

PPP Persilakan Khofifah Silaturahmi ke DPW, Awiek: Kita Tidak Halangi

13 jam lalu

PPP Persilakan Khofifah Silaturahmi ke DPW, Awiek: Kita Tidak Halangi

Khofifah sebelumnya mengklaim dia akan mendapatkan surat rekomendasi dari PPP untuk maju di Pilkada Jawa Timur.

Baca Selengkapnya

Terkini: Jokowi Sampai Pimpin Rapat Khusus Sebelum Revisi Permendag 36/2023 Terbit, Pabrik Smelter Nikel Meledak Lagi Kali Ini Milik PT KFI

15 jam lalu

Terkini: Jokowi Sampai Pimpin Rapat Khusus Sebelum Revisi Permendag 36/2023 Terbit, Pabrik Smelter Nikel Meledak Lagi Kali Ini Milik PT KFI

Presiden Jokowi sampai memimpin rapat khusus sebelum diterbitkannya revisi ketiga Peraturan Menteri Perdagangan atau Permendag 36/2023.

Baca Selengkapnya

PPP Bantah Akan Beri Surat Rekomendasi untuk Khofifah Maju di Pilkada Jawa Timur Hari Ini

15 jam lalu

PPP Bantah Akan Beri Surat Rekomendasi untuk Khofifah Maju di Pilkada Jawa Timur Hari Ini

Khofifah Indar Parawansa mengklaim dirinya akan mendapatkan surat rekomendasi untuk maju di Pilkada Jawa Timur dari PPP, hari ini.

Baca Selengkapnya

Alasan Bupati Jember Hendy Siswanto Kembali Daftar ke PPP untuk Maju di Pilkada 2024

15 jam lalu

Alasan Bupati Jember Hendy Siswanto Kembali Daftar ke PPP untuk Maju di Pilkada 2024

Hendy Siswanto sebelumnya telah mendaftar ke PDIP untuk maju di Pilkada 2024.

Baca Selengkapnya