4 Cawapres dan Wapres Warga Nahdlatul Ulama, Hamzah Haz sampai Ma'ruf Amin
Reporter
Ananda Bintang Purwaramdhona
Editor
S. Dian Andryanto
Senin, 9 Oktober 2023 12:59 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Calon Wakil Presiden (cawapres) berlatar kalangan Nahdlatul Ulama atau NU tengah diperebutkan bakal calon presiden (capres) dari Prabowo Subianto sampai Ganjar Pranowo. Berdasarkan tulisan Majalah Tempo edisi Minggu, 8 Oktober 2023, NU dianggap dapat menentukan kemenangan seorang kandidat karena jumlah kaum nahdliyin mencapai lebih dari 95 juta orang.
Berbeda dari Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo yang belum menentukan cawapresnya meskipun mengereucut pada kalangan NU, Anies Baswedan sudah terlebih dahulu memilih Muhaimin Iskandar untuk jadi cawapresnya. Muhaimin Iskandar atau Cak Imin merupakan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa yang basis pendukungnya NU.
Sementara itu, Ganjar Pranowo serta Prabowo diisukan akan berpasangan dengan Khofifah Indar Paraawansa yang merupakan Gubernur Jawa Timur dan memimpin organisasi perempuan NU, Fatayat atau Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD yang dianggap representasi Gusdurian atau kelompok pendukung mantan presiden Abdurahman Wahid atau Gus Dur yang juga dari NU.
Lantas, apakah dalam sejarah demokrasi di Indonesia terdapat beberapa mantan Calon Wakil Presiden dan Wakil Presiden yang berasal dari kalangan NU? Berikut daftarnya.
Hamzah Haz
Hamzah Haz merupakan Wakil Ketua DPW Nahdlatul Ulama (NU) Kalimantan Barat. Dilansir dari Kebdayaan.kemdikbud, Hamzah Haz menjabat Wakil Presiden Republik Indonesia ke-9 dari 2001 sampai 2004. Dia jadi Wakil Presiden pada masa kepemimpinan Presiden Megawati Soekarnoputri.
Ia bersama Megawati berhasil menang dari Susilo Bambang Yudhoyono, Akbar Tandjung, dan Siswono Yudohusodo.
Dilansir dari PPP.or.id, Hamzah lahir pada 15 Februari 1940. Sebelum jadi wakil presiden, dirinya sempat berada di kabinet Presiden BJ Habibie sebagai Menteri Negara Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
Solahudin Wahid
Pada Pemilu 2004, Solahudin Wahid yang merupakan adik dari Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan anak dari putra pendiri Nahdlatul Ulama, K.H. Hasyim Asy’ari berpasangan dengan Wiranto. Dikutip dari Datatempo.co, mereka berdua diusung dari Partai Golkar.
Dalam buku Emerging Democracy in Indonesia (2005), pasangan tersebut mendapatkan 22,15 persen suara dan tidak bisa maju ke putaran kedua. Pemilihan itu dimenangkan oleh Susilo Bambang Yudhyono (SBY) dan Jusuf Kalla.
Jusuf Kalla
Dilansir dari Nu.or.id, Jusuf Kalla merupakan mustasyar engurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Sulawesi Selatan. Ayahnya H. Kalla merupakan salah seorang perintis NU di Sulawesi Selatan.
Jusuf Kalla atau JK adalah mantan Wakil Presiden SBY pada 2004-2009 dan Joko Widodo pada 2014-2019. Dilansir dari Kepustakaan-presiden, pria yang lahir pada 15 Mei 1942 ini pernah jadi Ketua HMI Cabang Makassar pada 1965-1966.
Sebelum terjun ke politik, dirinya merupakan Ketua Ikatan Keluarga Alumni (IKA) Universitas Hasanudin. Ia kemudian menjadi ketua Umum Partai Golkar sejak 2004 sampai 2009 di samping menjabat sebagai wakil presiden pada masa Presiden SBY.
Ma’ruf Amin
Ma’ruf Amin adalah wakil presiden di era Kepresidenan Jokowi yang masih menjabat sampai saat ini sejak 2019.
Awalnya, dia merupakan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) periode 2015-2020 dan Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) 2015-2020. Rais Aam juga bisa diartikan sebagai jabatan tinggi di kepengurusan PBNU.
Pria yang lahir 75 tahun lalu itu disegani pengikut NU atau nadhliyin. Ma’ruf menempuh pendidikan di Pesantren Tebu Ireng, Jawa Timur dan melanjutkan pendidikan di Universitas Ibnu Chaldun dan sempat berkarir sebagai dosen di Sekolah Tinggi Ilmu Agama Shalahuddin Al Ayyubi Jakarta.
Sebelum menjadi cawapres, Ma’ruf Amin juga pernah menjabat Ketua Dewan Perwakilan Rakyat dan majelis Permusyawaratan Rakyat dari dan ketua Dewan Syuro PKB, partai yang punya basis besar di NU.
Pilihan Editor: Bakal Capres Berebut Suara Warga Nahdlatul Ulama, Ini Perbedaan NU Struktural dan NU Kultural