Anak-anak Pengungsi Maybrat Papua Barat Daya Terancam Stunting, Satu Hari Makan Sekali

Kamis, 3 Agustus 2023 19:42 WIB

Sejumlah warga Maybrat, Papua Barat Daya, melakukan demo di depan Gedung DPRD Maybrat memprotes pendirian pos militer di kampung mereka, Senin, 17 April 2023. Sumber: istimewa

TEMPO.CO, Jakarta - Sejak terusir dari kampung mereka dua tahun lalu, pengungsi di Kabupaten Maybrat, Provinsi Papua Barat Daya, hidup memprihatinkan. Keadaan semakin buruk bagi mereka yang rentan: lansia, perempuan, penyandang disabilitas, dan anak-anak.

Lami Faan, salah seorang pengungsi, menceritakan bagaimana kondisi pengungsian di sana. Perempuan ini mengatakan telah mencatat ada sekitar 20 anak yang meninggal, sebagian besar karena kurang gizi. “Yang meninggal karena kondisi tadi, ekonomi yang terbatas, makan seadanya. Kadang satu hari makan satu kali. Itu mempengaruhi gizi anak-anak itu sendiri,” kata Lami dalam konferensi pers daring kondisi terbaru pengungsi Maybrat, Kamis, 3 Agustus 2023.

Menurut Lami, anak-anak di tempat pengungsian banyak yang kekurangan gizi hingga mengidap stunting. Adapun perempuan depresi karena hidup dalam tekanan dengan akses kesehatan yang tidak terjangkau.

Pastor Heri Lobya, staf Sekretariat Keadilan, Perdamaian, dan Keutuhan Ciptaan (SKPKC) Ordo Santo Augustinus (OSA), mengatakan para pengungsi Maybrat membutuhkan pertolongan, perhatian, dan bantuan dari berbagai pihak yang peduli. Sebab, mereka tinggal menyebar di berbagai wilayah seperti di hutan, kampung tetangga seperti di wilayah Aifat Utara sekitar, Kota dan Kabupaten Sorong, Kabupaten Sorong Selatan dan Bintuni.

Pada 2 September 2021, Organisasi Papua Merdeka (OPM) menyerang pos TNI di Kisor. Empat anggota TNI gugur dalam serangan inj. Konflik ini memaksa ribuan warga mengungsi dari beberapa wilayah distrik di Maybrat. Adapun beberapa wilayah yang warganya masih mengungsi adalah Distrik Aifat Selatan, Distrik Aifat Timur Tengah, Distrik Aifat Timur, Distrik Aifat Timur Jauh, dan Distrik Aifat Timur Selatan.

Advertising
Advertising

“Hingga kini masih ada ribuan pengungsi yang masih berada di pengungsian lebih dari dua tahun,” kata Heri.

Heri mengatakan mereka hidup dalam penderitaan dan kesulitan aspek kehidupan seperti pendidikan, kesehatan, tempat tinggal, dan ekonomi. Heri menuturkan para pengungsi sulit memperoleh akses pendidikan karena mengalami kendala untuk membayar uang sekolah anak-anak mereka.

Dari segi kesehatan, pengungsi seringkali mengalami kesakitan seperti badan panas, maag, diare, darah tinggi, daging tumbuh, tangan keseleo, sakit mata, kolesterol, paru-paru basah, batuk, hosa, stroke berat, stroke ringan, lambung, lutut sakit, asam urat, gangguan jiwa, dan ada yang hamil.

“Semua kesakitan yang dialami oleh para pengungsi ini tentunya membutuhkan penangganan medis,” kata Heri. Namun Heri mengatakan beberapa waktu terakhir ini mereka sulit untuk mendapatkan akses obat-obatan dan pelayanan medis. Sebabnya, tidak ada uang untuk berobat atau kosongnya stok obat untuk mereka. Bahkan, kata Heri, ada ibu hamil yang melahirkan sendiri anaknya di tempat pengungsian tanpa bantuan tenaga medis.

Para pengungsi Maybrat juga mengalami kesulitan tempat tinggal. Pasalnya, mereka harus hidup dengan beberapa kepala keluarga dalam satu rumah. Heri mengatakan, dari pengakuan para pengungsi, biasanya dalam satu keluarga bisa terdapat tujuh sampai sembilan kepala keluarga. Kenyataan hidup ini juga sangat berpengaruh pada aspek ekonomi dan pemenuhan makan minum.

“Ketika dalam satu rumah ada beberapa kepala keluarga maka muncul kesulitan akan pemenuhan makan minum dalam keseharian hidup,” ujarnya.

Di sisi lain, para pengungsi Maybrat yang rindu pulang ke kampung halamannya masih khawatir pulang. Sebab, sampai saat ini belum ada jaminan keamanan dan rumah mereka sudah dirusak.

Heri mengatakan Koalisi Masyarakat Sipil Peduli Pengungsi Maybrat meminta Pemerintah Kabupaten Maybrat dan semua pemangku kepentingan agar lebih memerhatikan para pengungsi. Pasalnya, kata Heri, pemerintah sampai saat ini belum menanggapi permohonan bantuan yang disampaikan pengungsi.

“Karena dari kesaksian pengungsi bahwa ada data-data yang sudah mereka serahkan ke pemerintah terkait bantuan, tetapi sampai hari ini belum ada realisasi atau pembicaraan terkait data-data ini,” katanya. Selain bantuan dasar, Heri juga mendorong Komisi Nasional HAM RI agar mewujudkan jeda kemanusiaan di Tanah Papua.

Berdasarkan data Komnas HAM RI yang dirilis pada Jumat, 28 Juli 2023, tercatat ada 5.296 jiwa yang masih bertahan di tempat pengungsian dan 138 orang meninggal pasca penyerangan Pos Ramil Kisor. “Ini berarti masih ada ribuan pengungsi Maybrat yang belum kembali ke Kampung halaman mereka dari 5 distrik dan 18 kampung di Aifat, Maybrat,” ujar Heri.

Pilihan Editor: Komnas HAM Desak Pemerintah Pulangkan dan Pulihkan Hak Pengungsi Maybrat

Berita terkait

Alasan Teguh Prakosa Singgung Soal Stunting Saat Daftar ke PDIP untuk Pilkada Solo

1 hari lalu

Alasan Teguh Prakosa Singgung Soal Stunting Saat Daftar ke PDIP untuk Pilkada Solo

Teguh Prakosa mengakui mendapat dukungan penuh dari akar rumput PDIP untuk maju dalam Pilkada Solo 2024.

Baca Selengkapnya

Biaya Kuliah Mahal, Komnas HAM Bakal Audit Kampus soal Hak atas Pendidikan

6 hari lalu

Biaya Kuliah Mahal, Komnas HAM Bakal Audit Kampus soal Hak atas Pendidikan

Kenaikan biaya kuliah terjadi di sejumlah perguruan tinggi negeri dan menimbulkan reaksi keras dari mahasiswa.

Baca Selengkapnya

Komnas HAM Soroti Potensi Konflik Berbasis Diskriminasi Etnis di Pilkada 2024

7 hari lalu

Komnas HAM Soroti Potensi Konflik Berbasis Diskriminasi Etnis di Pilkada 2024

Komnas HAM akan menggunakan UU Nomor 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis dalam melakukan pengawasan Pilkada 2024.

Baca Selengkapnya

Adu Tembak Aparat dan TPNPB di Pogapa: Polda Papua Sebut Warga Berlindung di Hutan, Bukan Mengungsi

8 hari lalu

Adu Tembak Aparat dan TPNPB di Pogapa: Polda Papua Sebut Warga Berlindung di Hutan, Bukan Mengungsi

Polda Papua membantah warga di Kampung Pogapa mengungsi akibat kontak senjata antara TNI-Polri dan TPNPB.

Baca Selengkapnya

Polda Papua Bilang Warga Distrik Borme Mengungsi Setelah KKB Teror Jemaat Gereja

8 hari lalu

Polda Papua Bilang Warga Distrik Borme Mengungsi Setelah KKB Teror Jemaat Gereja

Kelompok bersenjata dilaporkan melakukan penyerangan dan dan perampasan barang milik jemaat gereja di Distrik Borme, Papua.

Baca Selengkapnya

Menkes Jelaskan Penyebab Rendahnya Penurunan Angka Prevalensi Stunting

10 hari lalu

Menkes Jelaskan Penyebab Rendahnya Penurunan Angka Prevalensi Stunting

Pemerintah menargetkan angka prevalensi stunting bisa turun hingga 14 persen pada tahun ini.

Baca Selengkapnya

Indonesia Akan Perkenalkan Program Pamsimas di World Water Forum ke-10

10 hari lalu

Indonesia Akan Perkenalkan Program Pamsimas di World Water Forum ke-10

Pamsimas dinyatakan sebagai salah satu bentuk praktik baik pada World Water Forum ke-10 yang digelar di Nusa Dua, Bali pada 18-25 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Alasan Orang Stunting Berpotensi Berpenghasilan 22 Persen Lebih Rendah Menurut Kepala BKKBN

11 hari lalu

Alasan Orang Stunting Berpotensi Berpenghasilan 22 Persen Lebih Rendah Menurut Kepala BKKBN

Kepala BKKBN mengatakan orang stunting berpotensi memiliki pendapatan 22 persen lebih rendah dari yang sehat, berikut alasannya.

Baca Selengkapnya

TNI Pakai Istilah OPM, Polri Nyatakan Tetap akan Sebut KKB

11 hari lalu

TNI Pakai Istilah OPM, Polri Nyatakan Tetap akan Sebut KKB

Polri menyatakan tetap akan memakai penyebutan kelompok kriminal bersenjata (KKB) terhadap kelompok yang mengupayakan kemerdekaan Papua.

Baca Selengkapnya

Menteri Budi Gunadi Cari Model Penyaluran Anggaran Cegah Stunting

11 hari lalu

Menteri Budi Gunadi Cari Model Penyaluran Anggaran Cegah Stunting

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin masih mencari model penyaluran dana pencegahan stunting.

Baca Selengkapnya