Sepanjang 2022-2023 BEM Kema Unpad Lakukan 14 Aksi, Terakhir Tolak Kedatangan Ketua KPK Firli Bahuri
Reporter
Ananda Bintang Purwaramdhona
Editor
S. Dian Andryanto
Selasa, 25 Juli 2023 08:49 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa atau BEM Kema Unpad menjadi salah satu Badan Eksekutif Mahasiswa di Indonesia yang kerap melakukan aksi terhadap berbagai persoalan berskala nasional maupun lokal.
Terbaru, BEM Unpad melakukan penolakan terhadap Ketua KPK Firli Bahuri yang direncanakan hadir mengisi kuliah umum bertajuk Peran Perguruan Tinggi dalam Pencegahan Korupsi di Indonesia pada 21 Juli 2023 lalu.
Penolakan tersebut bisa dibilang berhasil. Pasalnya, Firli Bahuri kemudian batal hadir untuk mengisi kuliah umum. Menurut Ketua BEM Kema Unpad 2023, Haikal Febrian Syah, tidak datangnya Firli Bahuri menjadi simbol kemenangan aksi BEM Kema Unpad.
“Batalnya Firli Bahuri menginjakkan kaki di tanah Padjadjaran mengindikasikan bahwa dirinya pengecut dan takut akan aksi penolakan yang kami rencanakan,” kata Haikal.
Firli yang batal hadir kemudian diwakilkan oleh Direktur Sosialisasi dan Kampanye Antikorupsi KPK Amir Arief. Amir Arief kemudian menjadi sasaran mahasiswa Unpad yang menolak Firli dan mengkritik KPK. DI depan rektorat Unpad selepas mengisi kuliah umum, Amir Arief bertemu dengan mahasiswa dan BEM Unpad. Di sana ia mendengarkan pernyataan aksi dan diberikan policy brief.
“Kami mewakili mahasiswa Unpad menyatakan kecewa karena KPK hari ini seakan-akan tidak sesuai dengan cita-cita reformasi,” ujar Haikal saat berorasi.
Aksi dengan rangkaian tersebut memang kerap dilakukan oleh beberapa mahasiswa, termasuk berbagai aksi yang pernah dilakukan BEM Kema Unpad. Dilansir dari Instagram BEM Kema Unpad, pada periode kepengurusan sebelumnya, yakni sepanjang 2022 - 2023 setidaknya terdapat 14 aksi.
14 Aksi tersebut di antaranya, aksi International Womens Day, aksi Puncak Pengkhianatan Kekuasaan, aksi Tolak RKUHP, aksi Refleksi Kemerdekaan Indonesia, aksi Tolak Kenaikan BBM, aksi Tolak Pengesahan KUHP bermasalah, dan beberapa aksi lain yang berbarengan dengan hari-hari besar, seperti May Day dan seterusnya.
Selain aksi di jalanan, BEM Kema Unpad juga beberapa kali memposting propaganda aksi yang cukup menghebohkan. Hal tersebut pernah dilakukan BEM Kema Unpad ketika merespons dan ikut meramaikan kritik melalui video BEM Universitas Indonesia mengenai Puan Maharani yang digambarkan sebagai tikus.
BEM Kema Unpad kemudian turut meramaikan dengan mengunggah video berisi kritik tentang UU Cipta Kerja. Video yang diberi tajuk ‘UU Cipta Kerja: Dinasti Oligarki Semakin Eksis, Rakyat Semakin Tragis’ memiliki visual yang mirip dengan tema-tema di gim fighting. Di dalamnya, terdapat karakter Rakjat melawan ‘Dewan Pembuat Rungkat’.
Karakter rakjat yang beberapa kali melayangkan serangan, akhirnya kalah karena Dewan Pembuat Rungkat telah bersatu dengan Bos Terkuat, yakni Owi dan Puma.
Meskipun sempat ramai, aksi dan kritik video seperti itu biasanya bersifat sementara dan tidak terlalu mengubah keadaan. Hal ini juga sempat disampaikan oleh Dosen Fisip Unpad Mustabsyirotul Ummah.
Dilansir dari laman persma Unpad Pena Budaya, menurut Mustabsyirotul gerakan mahasiswa cenderung elitis yang kemudian hal ini menjadi problem, karena aksi-aksi yang dijalankan mahasiswa tidak akan berpengaruh jika masyarakat lain atau bahkan mahasiswanya tidak memiliki rasa yang sama pada suatu persoalan. Belum lagi terdapat isu ketokohan dan bias gender yang masih mendominasi pergerakan mahasiswa hingga hari ini.
Meskipun begitu, menurut Mustabsyirotul gerakan mahasiswa termasuk aksi yang kerap dilakukan BEM Kema Unpad tidak akan pernah mati. Setidaknya terdapat empat faktor yang membuat gerakan mahasiswa akan tetap relevan.
Pertama, mahasiswa memiliki kecenderungan gagasan baru. Kedua mahasiswa kerap diberi kebebasan berekspresi oleh Universitas, dibanding buruh atau pejabat negeri. Ketiga, adanya tradisi aktivisme politik yang telah tumbuh dalam nadi mahasiswa. Terakhir, akan selalu terdapat mitos bahwa mahasiswa adalah corong masyarakat.
Selain itu, aksi yang dimaksud bukanlah hanya aksi di jalanan. Setiap zaman memiliki aksi sesuai corak dan semangat pada zamannya. Hal ini misalnya dapat dilihat ketika pandemi, aksi banyak dilakukan melalui daring, sebagaimana BEM Kema Unpad pernah lakukan di atas.
Pilihan Editor: Novel Baswedan Puji BEM Kema Unpad Tolak Kedatangan Ketua KPK Firli Bahuri, Ini Alasannya