Koalisi Sipil Desak Pemerintah Tempuh Jalur Damai Bebaskan Pilot Susi Air

Reporter

M Rosseno Aji

Selasa, 18 April 2023 19:18 WIB

Cuplikan video Pilot Susi Air Kapten Philips Max Mehrtens bersama Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) yang beredar di media sosial. OPM menegaskan bahwa mereka telah menyandera pilot berkewarganegaraan Selandia Baru tersebut. Twitter.com

TEMPO.CO, Jakarta - Koalisi Masyarakat Sipil untuk Reformasi Sektor Keamanan mendesak Presiden Joko Widodo untuk menempuh jalur dialog dalam upaya pembebasan pilot Susi Air, Philip Mark Marthens. Koalisi ini mendesak pemerintah untuk menghentikan operasi militer dalam upaya pembebasan tersebut maupun dalam penanganan konflik di Papua lainnya.

“Presiden dan DPR RI harus menghentikan operasi tempur dan pendekatan militeristik lainnya untuk menangani situasi keamanan di Papua,” kata perwakilan koalisi dari Papua Itu Kita, Michael Himan lewat keterangan tertulis, pada Selasa, 18 April 2023.

Selain Papua Itu Kita, koalisi juga diisi oleh organisasi lainnya, seperti Imparsial, Persatuan Bantuan Hukum Indonesia (PBHI), YLBHI, KontraS dan Walhi. Himan mengatakan tewasnya seorang prajurit dalam upaya pembebasan Philip menjadi bukti tidak efektifnya pendekatan militeristik untuk menangani situasi keamanan di Papua.

Seorang prajurit tewas

Prajurit yang tewas itu adalah Pratu Miftahul Arifin. Miftahul tewas akibat serangan Kelompok Kriminal Bersenjata di Distrik Mugi-Mam, Nduga, Papua pada 15 April 2023. Saat itu, satuan tugas dari Batalyon Infanteri Raider 321/Galuh Taruna tengah berpatroli untuk membebaskan Philip yang dikabarkan berada di Distri Mugi-Mam.

Himan mengatakan peristiwa baku tembak yang menewaskan prajurit itu harus menjadi pelajaran bagi Presiden dan DPR untuk mengevaluasi pendekatan keamanan militeristik yang selama ini dijalankan di Papua.

“Kejadian ini bukanlah satu-satunya peristiwa. Sebelumnya Kapolri juga merilis data sebanyak 22 Prajurit TNI-Polri telah gugur dari tahun 2022 hingga sekarang,” kata Himan.

Advertising
Advertising

Perwakilan koalisi dari Imparsial Hussein Ahmad mengatakan pendekatan keamanan militeristik yang selama ini dilakukan di Papua telah berdampak langsung terhadap kekerasan dan pelanggaran HAM kepada masyarakat. Beberapa kasus yang tercatat adalah pembunuhan terhadap Pendeta Yeremia Zanambani pada 2020 dan pembunuhan, serta penyiksaan lainnya.

Hussein berpandangan evaluasi pendekatan keamanan yang militeristik harus dimulai segera dengan melakukan menata ulang jumlah pasukan yang ditempatkan di Papua. Dia menduga dari waktu ke waktu jumlah pasukan yang ditempatkan di bumi Cenderawasih itu terus bertambah.

“Selama ini, ada indikasi terjadi peningkatan jumlah kehadiran pasukan TNI yang semakin tidak proporsional seiring dengan terus dijalankannya pemekaran struktur organik dan pengiriman pasukan TNI non-organik dari luar Papua,” kata dia.

Berdasarkan data yang dikumpulkan Imparsial, jumlah prajurit TNI di Papua berjumlah sekitar 16.900 personel. Jumlah tersebut berasal dari prajurit organik, yakni 13.900 orang dan non-organik sebanyak 3.000 orang. “Jika dilihat latar belakang satuannya, sebagian besar yang dikirim ke Papua adalah satuan dengan kualifikasi tempur,” kata dia.

Minta adanya dialog

Hussein berkata sudah saatnya Presiden Jokowi dan DPR merealisasikan agenda dialog dalam penyelesaian masalah Papua, bukannya menggunakan pendekatan militer. Penggunaan pendekatan yang eksesif dan koersif, kata dia, hanya akan memperpanjang daftar pelanggaran HAM.

Menurut dia, pemerintah memiliki modal dan pengalaman dalam menyelesaikan konflik melalui jalur damai. Sejumlah konflik, kata dia, berhasil didamaikan melalui dialog di antaranya, konflik Aceh, Poso dan Ambon. “Pengalaman penyelesaian konflik Aceh, Poso dan Ambon semestinya menjadi pelajaran penting bagi pemerintah untuk penyelesaian konflik Papua,” kata dia.

Pilihan Editor: Papua Siaga Tempur, Selandia Baru 'Melakukan Segalanya' Pastikan Keselamatan Pilot

Berita terkait

BPJS Kesehatan Menjadi KRIS, Bagaimana Ketentuan Bisa Naik Kelas Rawat Inap?

1 jam lalu

BPJS Kesehatan Menjadi KRIS, Bagaimana Ketentuan Bisa Naik Kelas Rawat Inap?

BPJS Kesehatan akan memberlakukan kelas tunggal dan sistem baru dalam bentuk KRIS, bagaimana sistem dan ketentuan naik kelas rawat inap?

Baca Selengkapnya

Satgas Damai Cartenz Tuding KKB Membunuh Boki Ugipa, Ada Luka Tembakan di Jenazah Warga Sipil

4 jam lalu

Satgas Damai Cartenz Tuding KKB Membunuh Boki Ugipa, Ada Luka Tembakan di Jenazah Warga Sipil

Satgas Damai Cartenz menyimpulkan KKB membunuh Boki Ugipa setelah melihat ancaman ke keluarganya.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Ledakan Smelter PT KFI Ancam Keselamatan Warga, Pemerintah Klaim Pembebasan Lahan IKN Tidak Melanggar HAM

4 jam lalu

Terpopuler: Ledakan Smelter PT KFI Ancam Keselamatan Warga, Pemerintah Klaim Pembebasan Lahan IKN Tidak Melanggar HAM

Terpopuler bisnis: Keselamatan warga sekitar terancam karena smelter PT KFI kerap meledak. Pemerintah klaim pembebasan lahan IKN tidak melanggar HAM.

Baca Selengkapnya

Luhut: World Water Forum Bali Akan Hasilkan 120 Proyek Senilai Rp 150 Triliun

13 jam lalu

Luhut: World Water Forum Bali Akan Hasilkan 120 Proyek Senilai Rp 150 Triliun

Luhut mengungkap itu lewat pernyataannya bahwa World Water Forum di Bali harus menghasilkan, apa yang disebutnya, concrete deliverables.

Baca Selengkapnya

Khawatir Ada Titipan, Novel Baswedan Harap Unsur Masyarakat dalam Pansel KPK Diperbanyak

14 jam lalu

Khawatir Ada Titipan, Novel Baswedan Harap Unsur Masyarakat dalam Pansel KPK Diperbanyak

Novel Baswedan, mengomentari proses pemilihan panitia seleksi atau Pansel KPK.

Baca Selengkapnya

Dapat Penugasan dari Golkar, Musa Rajekshah Ambil Formulir Pendaftaran di PDIP untuk Pilgub Sumut

14 jam lalu

Dapat Penugasan dari Golkar, Musa Rajekshah Ambil Formulir Pendaftaran di PDIP untuk Pilgub Sumut

Partai Golkar Sumut optimistis PDIP akan mengusung Musa Rajekshah dalam Pilgub Sumut 2024.

Baca Selengkapnya

Respons KSP Ihwal Jokowi Tunjuk Grace Natalie dan Juri Ardiantoro sebagai Staf Khusus Presiden

16 jam lalu

Respons KSP Ihwal Jokowi Tunjuk Grace Natalie dan Juri Ardiantoro sebagai Staf Khusus Presiden

Tenaga Ahli Utama KSP Ali Mochtar Ngabalin belum mengetahui di bidang apa Grace Natalie dan Juri Ardiantoro akan ditugaskan.

Baca Selengkapnya

Rumah Dinas Menteri di IKN Bisa Ditambah Jika Prabowo Bentuk Kementerian Baru, Pengamat: Pemborosan Anggaran

16 jam lalu

Rumah Dinas Menteri di IKN Bisa Ditambah Jika Prabowo Bentuk Kementerian Baru, Pengamat: Pemborosan Anggaran

Satgas Pelaksana Pembangunan Infrastruktur IKN menyebut rumah dinas menteri di IKN bisa ditambah jika presiden terpilih Prabowo Subianto membentuk kementerian baru. Pengamat menilai hal ini sebagai bentuk pemborosan anggaran.

Baca Selengkapnya

Kritik PDIP Tak Undang Jokowi ke Rakernas, Noel Kutip Puisi Soekarno

18 jam lalu

Kritik PDIP Tak Undang Jokowi ke Rakernas, Noel Kutip Puisi Soekarno

Noel mengutip puisi karya Presiden Pertama RI Soekarno, untuk mengkritik PDIP yang tidak mengundang Jokowi di Rakernas

Baca Selengkapnya

Satgas Damai Cartenz Jelaskan Alasan Tuduh KKB Bunuh Warga Sipil di Intan Jaya

18 jam lalu

Satgas Damai Cartenz Jelaskan Alasan Tuduh KKB Bunuh Warga Sipil di Intan Jaya

Polisi menuding KKB atau TPNPB membunuh warga sipil bernama Boki Ugipa di Intan Jaya

Baca Selengkapnya