Ketidakpastian Elektabilitas Anies Baswedan dan Prabowo Subianto Diprediksi Akan Terus Terjadi Sampai September
Reporter
M Julnis Firmansyah
Editor
Febriyan
Senin, 27 Maret 2023 10:48 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Hasil survei Indikator Politik Indonesia menunjukkan perubahan posisi tiga besar nama calon presiden 2024, yakni Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, dan Prabowo Subianto. Dalam survei yang digelar Februari 2023 itu, elektabilitas Anies mengalami penurunan ke peringkat ketiga dan disalib Prabowo yang naik ke peringkat kedua, serta Ganjar yang tetap di posisi pertama.
Penurunan elektabilitas dialami Anies meski mendapat momentum dukungan dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Demokrat yang menandatangani Piagam Kerja Sama Koalisi Perubahan. Sementara Prabowo Subianto yang sempat diprediksi bakal tersepak dari tiga besar capres, justru merangsek naik ke posisi kedua.
"Suasana ketidakpastian ini yang akan terus kita dapatkan sampai bulan September 2023 pas pendaftaran (capres ke KPU)," kata Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi dalam paparannya, Ahad, 26 Maret 2023.
Ganjar tetap unggul dalam berbagai simulasi
Dalam berbagai simulasi nama capres, nama Ganjar Pranowo selalu berada di posisi pertama. Misalnya pada simulasi 34 nama calon, nama Ganjar mendapatkan 30,8 persen suara, lalu dalam simulasi 19 nama calon, Ganjar masih posisi teratas dengan 30,8 persen suara, dan dalam simulasi 10 capres, Ganjar juga masih di posisi satu dengan 30,7 persen suara.
Begitu pun dalam skenario 3 calon presiden, lagi-lagi Ganjar unggul dengan 36,8 persen suara. “Pak Prabowo di posisi kedua, disusul Anies Baswedan,” kata Burhanuddin.
Di saat posisi Ganjar tidak tergoyahkan, persaingan sengit elektabilitas terjadi di posisi kedua dan ketiga antara Anies Baswedan dengan Prabowo Subianto. Meski begitu, Burhanuddin memastikan posisi tiga besar capres ini tidak akan tergantikan hingga Pilpres 2024 digelar.
"Top 3 sulit digeser karena mereka punya kedikenalan besar dan punya basis geografis besar," kata Burhanuddin.
Selanjutnya, elektabilitas Prabowo naik akibat endorsement Jokowi
<!--more-->
Burhanuddin menyebut salah satu penyebab elektabilitas Prabowo naik cukup pesat karena endorsement dari Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Bentuk endorsement itu seperti seringnya Jokowi mengajak Prabowo berkeliling dan menyebut tahun 2024 merupakan jatah Prabowo.
"Jadi kalau enggak ada endorse Jokowi tinggal nunggu waktu, habis. Jika kita bandingkan sebelum ada endorsement dan setelah ada endorsement, itu kenaikannya 2 persen, efeknya cukup besar," kata Burhanuddin.
Sementara pada Anies, Burhanuddin mengatakan penurunan elektabilitas konsisten terjadi dalam simulasi survei 19 nama capres, 10 nama capres, dan 3 nama capres. Burhanuddin menyebut pihaknya masih mencari tahu penyebab penurunan elektabilitas eks Gubernur DKI Jakarta tersebut.
Indikator Politik Indonesia melakukan survei pada Februari dan Maret terhadap responden yang berusia 17 tahun ke atas. Survei dilakukan menggunakan multistage random sampling. Pada survei Februari, terdapat 1.200 responden yang diwawancarai. Margin of error survei ini diklaim 2,9 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Sementara, survei bulan Maret dilakukan terhadap 800 responden dengan margin of error 3,5 persen.
Meskipun demikian, dari ketiga nama itu hingga saat ini baru Anies Baswedan yang dipastikan memiliki tiket bertarung pada Pilpres 2024. Pasalnya, gabungan kursi Partai NasDem, Partai Demokrat, dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) telah memenuhi ambang batas pencalonan presiden atau presidential threshold. Sementara Prabowo Subianto masih belum dideklarasikan secara resmi oleh Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (Partai Gerindra dan PKB) yang mengusungnya.
Ganjar Pranowo di sisi lain juga belum mendapatkan restu dari PDIP untuk bertarung di Pilpres 2024. Diinternal partai banteng, Ganjar disebut masih harus bertarung dengan Ketua DPR RI sekaligus putri Ketua Umum Megawati Soekarnoputri, Puan Maharani.