Di Hadapan Kepala Desa, Bamsoet Ingatkan Bahaya Pernikahan Sesama Jenis
Reporter
M Julnis Firmansyah
Editor
Juli Hantoro
Minggu, 19 Maret 2023 13:55 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo alias Bamsoet mengingatkan mengenai bahaya seks bebas hingga pernikahan sesama jenis saat menghadiri Peringatan UU Desa ke-9. Acara tersebut dihadiri oleh ratusan kepala desa yang tergabung di Asosiasi Pemerintahan Desa Seluruh Indonesia (Apdesi).
"Negara tetangga kita sudah mengesahkan UU yang mengesahkan perkawinan sejenis, setuju? Tentu tidak. Karena itu tidak sesuai dengan nilai-nilai agama, 6 agama yang kita anut di sini, dan tidak sesuai dengan kebudayaan Indonesia karena saya tidak pernah melihat ayam jago kawin sama ayam jago," kata Bamsoet di Senayan, Jakarta Pusat, Ahad, 19 Maret 2023.
Bamsoet menyebut pihaknya ingin menjaga moral bangsa, menjaga kewibawaan bangsa, dan menjaga kehidupan anak-anak sehingga mengingatkan bahaya tersebut. Bamsoet berharap masyarakat ikut menjaga agar ke depannya tidak ada pengaruh-pengaruh asing.
"Kita harus jaga, jangan sampai pengaruh-pengaruh asing kehidupan modern ini bisa mempengaruhi masa depan kita semua," kata Wakil Ketua Umum Partai Golkar itu.
Sebelumnya, Aktivis Hak Asasi Manusia Bivitri Susanti menilai isu anti-LGBT, termasuk soal pembahasan rancangan peraturan daerah (raperda) ramai digulirkan di beberapa daerah sebagai tren menjelang tahun politik 2024. Hal ini upaya untuk mencari sentimen publik. Namun, kondisi ini berpotensi menambah diskriminasi terhadap LGBT.
Cara itu memiliki pola yang serupa dengan penerapan perda syariah seperti yang pernah diriset oleh Michael Buehler dosen asal SOAS University of London lewat bukunya Politics of Shari'a Law yang terbit tahun 2016. Buehler dalam analisisnya menyebutkan elite politik dalam mobilisasi pemilih atau pendukung dipengaruhi aktivitas keagamaan dengan kondisi persaingan politik yang ketat.
Bivitri menduga peraturan-peraturan yang sentimen dan fanatisme ini sengaja dibikin oleh politikus ke publik lantaran politikus itu tidak mampu membicarakan isu-isu yang lebih subtantif. Sehingga, kata Bivitri, mereka merasa lebih baik membicarakan isu LGBT, ataupun isu lainnya.
"Sengaja dilakukan politikus yang nggak bisa ngomong substansi, dia nggak bisa nggak ngomongin bagaimana pendidikan yang lebih baik. Jadi ngomongin LGBT aja," ucap Bivitri.
Pilihan Editor: Kilas Balik Pelarangan Children of God oleh Kejaksaan Agung 39 Tahun Lalu, Apa Ciri Sekte Ini?
M JULNIS FIRMANSYAH | TIKA AYU