Dosen UII Diduga Hilang di Turki, Ini Kata KJRI Istanbul
Sabtu, 18 Februari 2023 18:03 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Ankara, Turki, menyatakan telah menerima informasi soal hilangnya Dosen UII (Universitas Islam Indonesia) Yogyakarta, Ahmad Munasir Rafie Pratama, di Turki. Munasir dipastikan tidak menjadi korban gempa Turki.
Konsul Jenderal RI Istanbul, Imam Asyari, menyatakan KBRI Ankara menerima kabar tersebut langsung dari pihak keluarga Munasir. Melalui pesan singkat melalui aplikasi WhatsApp, istri Munasir, menyatakan suaminya terakhir kali berkomunikasi saat masih berada di Oslo, Norwegia pada 12 Februari 2023.
“KJRI sudah menghubungi imigrasi dan otoritas bandara untuk meminta sejumlah informasi yang bisa menjadi petunjuk kemungkinan keberadaan yang bersangkutan. Selain itu KJRI juga Sudah menanyakan kepada simpul-simpul masyarakat Indonesia di Istanbul”, ujar Imam melalui pernyataan tertulis yang diterima Tempo, Sabtu, 18 Februari 2023.
Dipastikan bukan korban gempa Turki
Imam tak menjelaskan hasil penelusuran tersebut. Duta Besar RI untuk Turki, Muhammad Iqbal, menyatakan bahwa masih banyak kemungkinan soal keberadaan Ahmad Munasir Rafie Pratama.
"Bahkan belum bisa dipastikan apakah yang bersangkutan masih berada di Oslo atau sudah di Istanbul," kata Iqbal.
Meskipun demikian, Iqbal menepis kemungkinan Dosen UII itu menjadi korban gempa Turki yang telah menelan puluhan ribu jiwa. Pasalnya, Munasir dijadwalkan tiba di sana pada 12 Februari 2023.
"Sementara gempa terjadi tanggal 6 Februari," kata dia.
Selanjutnya, kronologi hilangnya Ahmad Munasir Rafie Pratama
<!--more-->
Sebelumnya pihak UII menyebutkan bahwa Ahmad Munasir Rafie Pratama hilang dalam perjalanan dari Oslo, Norwegia menuju Jakarta, Indonesia.
Rektor UII Fathul Wahid menyatakan bahwa Munasir berada di Oslo bersama dirinya dan dua orang dosen lainnya untuk mengikuti sebuah acara di University of South Eastern Norway di Norwegia. Acara tersebut, kata dia, berlangsung selama sepekan mulai tanggal 5 Februari 2023.
Wahid menyatakan rombongan kembali ke Indonesia pada 12 Februari 2023 melalui bandara Oslo secara terpisah. Munasir terbang dengan rute Oslo-Istanbul-Riyadh-Istanbul-Jakarta.
Wahid menerangkan alasan kenapa Munasir harus melakukan perjalanan ke Riyadh, Arab Saudi, sebelum dia kembali ke Indonesia. Menurut dia, hal itu karena sebelum berangkat ke Norwegia, Munasir menghadiri konferensi di Riyadh, Arab Saudi.
Menurut Wahid, sebagian tiket penerbangan Munasir ke Norwegia dibayar oleh panitia konferensi tersebut dengan syarat Munasir harus transit melalui Riyadh sebelum kembali ke Indonesia.
“Sebelum ke Oslo, AMRP memberikan pidato kunci pada konferensi internasional yang berada di kota Riyadh, Arab Saudi,” ujar Wahid.
Indikasi hilangnya Munasir di Turki
Dugaan Munasir hilang di Turki terjadi muncul karena istrinya terakhir kali berkomunikasi dengannya pada saat akan menaikin pesawat. Wahid menyatakan, Munasir mengirimkan pesan sebelum menaiki pesawat. Dalam pesan tersebut terdapat suara Munasir tengah menunggu menaiki pesawat yang akan dia tumpangi.
Dalam pesan itu, Munasir juga menyampaikan bahwa dia akan tiba di Jakarta pada 16 Februari 2023 pukul 18.00 WIB. Setelah itu, menurut Wahid, pihak keluarga kehilangan kontak dengan Munasir.
Pihak keluarga sempat menunggu kedatangan Munasir di Bandara Soekarno-Hatta seperti jadwal yang telah dia berikan. Akan tetapi, Munasir tak tampak. Pihak Angkasa Pura bahkan menyatakan tak ada nama Munasir dalam manifest pesawat yang dimaksud.
Indikasi bahwa Munasir hilang saat di Turki muncul karena terdapat jejak aktivitas daring di negara tersebut. Jejak itu terlihat pada 13 Februari 2023 sekitar pukul 03.00 WIB dan 08.00 WIB.
"Setelahnya tidak ada jejak daring yang dapat dilacak,” kata Wahid.
Ahmad Munasir Rafie Pratama merupakan dosen Jurusan Informatika, Fakultas Teknik Informatika UII. Menurut laman resmi kampus tersebut, sebelum menjadi dosen UII Munasir menimba ilmu hingga menggenggam gelar Sarjana Teknik dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Dia melanjutkan pendidikan strata kedua di Monash University, Australia dan telah mendapatkan gelar Ph.D dari Stony Brook University, New York, Amerika Serikat.