BPIP Gelar Sarasehan Penyiapan Bahan Ajar Pancasila
Senin, 28 November 2022 11:10 WIB
INFO NASIONAL - Badan Pembinaan Ideologi Pancasila melalui Direktorat Pengkajian Implementasi Pembinaan Ideologi Pancasila menyelenggarakan Sarasehan Guru Pendidikan Pancasila dengan tema “Strategi Penanaman Nilai Pancasila dalam Kurikulum Merdeka” di Ruang Grand Sabang Hotel Mercure Sabang Jakarta Pusat, Ahad, 25 November 2022.
Sarasehan ini merupakan pembahasan pada rangkaian pembuatan video Pembinaan Ideologi Pancasila (PIP) yang sesuai dengan standar materi PIP. Sebelumnya telah dibuat video audio visual BPIP bahan ajar Paud Hingga SMU dan perlu mendapat reviu Asosiasi Guru PPKN Indonesia.
Sedangkan proses pembuatan buku referensi pendidikan Ideologi pancasila sedang dalam tahap pembahasan bersama BPIP dan kemendikbud. BPIP juga sedang membuat materi video/non teks sebagai Materi penunjang untuk materi pendidikan pancasila.
Untuk diketahui, dalam Kurikulum Merdeka banyak perubahan terkait metode dan tata cara penyampaian materi serta pembelajaran bagi peserta didik. Seluruh pengajar dan institusi pendidikan perlu memiliki kesatuan pikiran dalam pengaplikasian kurikulum ini, terutama terkait pendidikan Pancasila. Satu kesepahaman ini diharapkan dapat mempercepat pembumian Pancasila.
Ketua Asosiasi Guru PPkn Indonesia, Unro M.Pd menyatakan perlunya penyelarasan buku teks utama pembinaan Pancasila dengan bahan penunjang, terkait dengan pendidikan Pancasila dalam Kurikulum Merdeka. Para guru dari semua satuan pendidikan harus terlibat dalam penyusunan materi ajar yang sedang dikerjakan BPIP.
Sedangkan Staff Khusus Dewan Pengarah BPIP Antonius Benny Susetyo menyatakan perlunya memiliki rasa dalam penyusunan buku bahan ajar Pancasila, agar tak sekadar indoktrinasi, melainkan mencapai tujuan untuk membumikan Pancasila dan mengaplikasikan nilai-nilai Pancasila dalam keseharian peserta didik.
Presiden juga telah memerintahkan agar materi bahan ajar untuk orientasi pendidikan Pancasila terdiri dari 70 persen prtaktik dan 30 persen teori, sehingga kesadaran akan berideologi para peserta didik tidak sekadar kesadaran dan kebijakan pribadi namun juga kesadaran dan kebijakan publik.
Dengan pelaksanaan materi pembinaan ideologi ini, diharapkan Pancasila menjadi ideologi yang hidup dan bekerja. Dengan demikian, bukan sekadar menjadikan peserta didik menjadi pribadi yang baik, namun mampu bertindak nyata dengan membangun sikap hidup yang berkesinambungan dalam usaha pembumian pancasila.
Benny menambahkan, peserta didik yang telah menerima Pendidikan Pancasila harus dapat melaksanakan olah rasa yang mampu membaca tanda tanda zaman. Dengan pendidikan Pancasila yang dititik beratkan pada kebanggaan para peserta didik terhadap bangsa ini, para peserta didik harus dapat melihat Pancasila sebagai hal yang sakral dan suci.
Tujuan pendidikan pancasila adalah para peserta didik dapat melakukan refleksi kepancasilaan dalam dirinya. Sedangkan tugas guru adalah mengasah potensi siswa terkait kepancasilaan.
Benny pun berharap bahan ajar Pancasila menjadi sumber utama pengajaran Pancasila agar tidak terjadi multitafsir. “Hendaknya guru guru PPKN dapat dengan tepat menjalankan amanat pancasila dalam melakukan pembumian dan pelaksanaan pendidikan Pancasila sesuai dengan cita cita bangsa,” kata Benny.
Narasumber berikutnya, Staff Khusus Menteri Pemberdayaan Perempuan dan perlindungan Anak, Samuel Wattimena menyatakan bahwa era multimedia memiliki dua sisi mata uang. Di satu sisi, berbagai pemikiran luar telah mengubah pandangan kita terhadap kearifan lokal khususnya dalam sandang, pangan, dan papan. Namun di sisi lain, masyarakat Indonesia sesungguhnya dapat membagikan nilai-nilai luhur dalam kearifan lokal.
Samual mengatakan dirinya mendapat arahan dari Ketua Dewan Pengarah BPIP, agar video visual bahan ajar Pancasila dapat merasuk jauh ke dalam rasa serta kehidupan berbangsa dan bernegara pada peserta didik dan masyarakat Indonesia.
Adapun arahan berikutnya disebutkan bahwa metode pembinaan Ideologi Pancasila harus disampaikan secara sederhana melalui contoh dalam kehidupan keseharian. Sosialisasi pembinaan Ideologi Pancasila juga hendaknya dapat dilaksanakan dengan kreatif sesuai perkembangan dunia melalui pemanfaatan teknologi informasi sehingga penyebaran edukasi bisa lebih mudah, murah dan efektif.
Sementara itu, Budayawan Ngatawi Alzastrow menyatakan bahwa guru memiliki peran strategis dalam menanamkan nilai Pancasila sebagai ideologi negara, identitas bangsa dan juga philosophical grondslag.
Perlu disadari juga bahwa, target pengajaran para guru adalah gen Z yang memiliki karakter passion dibanding materi, pengembangan diri, memiliki daya saing yang tinggi, tech savvy. Tertarik bekerja di tempat prestisius, tidak tahan duduk di tempat dan cenderung suka pekerjaan yang fleksibel. Untuk menghadapi Gen Z ini perlu pendekatan yang afektif dibanding pendekatan kognitif. Karena itu, guru perlu didukung oleh teknologi.
“Metode pengajaran sekarang hendaknya lebih menitikberatkan pada eksplorasi setiap individu dalam upaya mengembangkan potensi pancaindera secara efektif dan menyeluruh, sehingga anak tak merasa terbebani namun menikmati dan menyenangi pelajaran yang mereka hadapi,” tuturnya.
Dengan metode tersebut, ia yakin maka akan muncul akan Pancasila yang berempati. Bukan Pancasila yang di doktrin, melainkan Pancasila yang dilatih dalam kebiasaan dan kesederhanaan. “Kita akan menemukan Pancasila yang benar benar dinikmati dan dihidupi oleh seluruh peserta bahan ajar bukan hanya sekedar dihapalkan,” ujar Ngatawi.
Sarasehan ini dihadiri lebih dari 100 orang guru PPKN pada semua tingkat pendidikan dari 34 provinsi secara daring maupun Luring. (*)