Cerita Keluarga Bayi Pasien Gagal Ginjal Akut Koma 30 Hari

Minggu, 23 Oktober 2022 20:56 WIB

Ilustrasi ginjal. Shutterstock

TEMPO.CO, Jakarta - Desi, ibunda dari Tiara (bukan nama sebenarnya), membagikan kisah awal mula putrinya yang baru berusia 20 bulan, didiagnosa mengalami gagal ginjal akut. Akibat penyakit tersebut, sudah satu bulan lamanya Tiara tidak sadarkan diri atau mengalami koma.

"Anak saya masih merem aja enggak buka mata, dari situ dokter bilang belum sadar sampai saat ini," kata Desi kepada Tempo, Minggu, 23 Oktober 2022.

Cerita bermula pada 2 September 2022 ketika Tiara demam dan langsung dibawa ke Rumah Sakit atau RS Aulia di Jagakarta, Jakarta Selatan. Karena demamnya baru satu hari, pihak rumah sakit hanya memberi obat saja untuk Tiara.

Ada tiga obat sirop yang diterima Desi dari dokter di RS Aulia "Yang saya ingat hanya paracetamol saja, dua lagi obat batuk pilek, saya lupa namanya," kata Desi.

Ini bukanlah obat demam pertama yang dikonsumsi Tiara. Pada Agustus 2022, sebelum dirawat ke RS Aulia, Tiara sebenarnya sempat demam dan Desi membeli obat di apotek. Obat yang dibeli adalah obat sirop Unibebi Cough Syrup 60 ml yang kini ditarik peredarannya karena kandungan Etilen Glikol (EG) dan Dietilen Glikol (DEG) melebihi ambang batas aman. Dua senyawa kimia tersebut diduga penyebab gagal ginjal akut.

Advertising
Advertising

Tiara juga sempat dibawa ke klinik dan dapat lagi obat sirop dan puyer. Desi tak lagi mengingat nama obat sirop dari klinik tersebut. Belakangan, berbagai kasus gagal ginjal akut lainnya terus bermunculan di Tanah Air.

Sehingga Badan Pengawas Obat dan Makanan atau BPOM pada 20 Oktober 2022 merilis nama 5 obat sirup yang ditarik peredarannya, salah satunya Unibebi Cough Sirup (obat batuk dan flu), produksi Universal Pharmaceutical Industries dengan nomor izin edar DTL7226303037A1, kemasan Dus, Botol Plastik @ 60 ml.

Kemarin jumlah bertambah. Kementerian Kesehatan menyebut daftar obat sirop yang dilarang untuk diresepkan dan diperdagangkan menjadi 102 merek dagang. Larangan tersebut diumumkan usai Kementerian mendatangi 156 rumah pasien gagal ginjal akut di 22 provinsi.

Kementerian mendapati 102 obat sirop di lemari keluarga pasien. "Tim mendatangi rumah-rumahnya, lalu kami ambil bungkus obatnya," kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam konferensi pers, 21 Oktober 2022.

Desi telah lebih awal mengetahui informasi soal 5 obat sirop yang ditarik BPOM. "Saya baca, ternyata anak saya pernah minum ini di bulan Agustus itu," kata dia.

Berbagai obat yang diminum tak kunjung menurunkan demam Tiara. Sehingga pada 5 September, Desi kembali membawa putrinya ke RS Aulia. Setelah dilakukan cek darah, hasilnya leukosit Tiara tinggi dan harus dirawat inap.

Sulit buang air kecil

Sejak saat itu, Tiara sudah tidak bisa lagi untuk buang air kecil. Hanya keluar sekitar 3 cc air kencing untuk kebutuhan pengecekan di laboratorium. "Hasilnya fungsi ginjal menurun, diserta badannya bengkak karena enggak pipis," kata Desi.

Saat awal pengobatan, dokter ginjal anak hanya memberi tahu Desi kalau putrinya terinfeksi bakteri saja. Tapi pada 5 September itulah, Tiara akhirnya didiagnosis menderita gagal ginjal akut.

Masalahnya, peralatan di RS Aulia terbatas untuk penanganan lebih lanjut. Sehingga setelah tiga hari menginap di RS Aulia, Tiara dirujuk ke Rumah Sakit Fatmawati di Cilandak, Jakarta Selatan, sekitar 7,5 kilometer dari RS Aulia.

Tiara sempat dirawat di RS Fatmawati selama dua hari. Tapi ternyata peralatan di sana juga tidak tersedia untuk menangani pasien seperti Tiara dengan berat badan di bawah 30 kilogram.

Selanjutnya: perut Tiara dipasangi selang untuk cuci ginjal...

<!--more-->

Sehingga pada 9 September, Tiara dirujuk lagi ke Rumah Sakit Anak dan Bunda atau RSAB Harapan Kita di daerah Palmerah, Jakarta Barat, 14 kilometer jauhnya dari RS Fatmawati. Pada 12 September, Tiara harus menjalani operasi pasang selang di perut untuk mencuci ginjalnya dengan metode cuci darah CAPD (Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis).

Setelah operasi badan Tiara mulai menyusut normal kembali, meskipun air kencingnya masih sangat sedikit yang keluar. Sehingga pada 13 September, Tiara bisa kembali ke kamar rawat inap.

Tapi pada 14 September, Tiara mengalami sesak napas dan harus masuk ruangan ICU lagi. Saat itu, dokter memberi tahu kalau kondisi Tiara sangat berat. Lalu pada 23 September, Tiara pun mengalami koma sampai hari ini atau persis sebulan lamanya.

Menurut penuturan dokter, kata Desi, Tiara mengalami komplikasi ke otak. Komplikasi ini adalah efek dari gagal ginjal yang diderita Tiara.

Dua kali upaya CT Scan pun dilakukan. Pertama diketahui ada penyumbatan di otak, lalu kedua diketahui ada penumpukan cairan di otak. "Itu yang bikin masih belum sadar sampai saat ini," ujar Desi.

Untuk membiayai semua pengobatan putrinya, Desi mengandalkan BPJS Kesehatan yang kenyataannya tidak menanggung 100 persen. Desi menyebut masih ada obat-obatan dan peralatan yang harus ditanggung pribadi di luar BPJS. "Sebagian ada yang enggak di-cover," kata dia.

Ia mencontohkan ketika pertama kali merujuk Tiara ke RSAB Harapan Kita. Di sana, Tiara harus di-swab dengan biaya dari kantong Desi sendiri yang dinilainya tidaklah murah. "Dokter menyuruh dengan bahasa ini, pas mau di operasi, screening TCM Covid, itu yang kami bayar sendiri," ujarnya.

Meski sudah gonta-ganti rumah sakit demi kesembuhan Tiara, belum ada satupun tim dari Kementerian Kesehatan yang mendatangi Desi. Entah itu sekedar untuk mendata ataupun keperluan lainnya.

Kini, Desi dan sang suami, Andi, masih berjuang untuk kesembuhan sang buah hati. Hari ini, 23 Oktober, Desi menjenguk putrinya yang masih koma dan terbaring di RSAB Harapan Kita.

Ia datang ke sana dengan jarak yang tidak dekat, 20 kilometer lebih, dari rumahnya yang berada di Ciganjur, Jagakasa. "Saya jenguk aja, soalnya di ICU, kan enggak boleh ditemani," ujarnya.

Baca: Sebut Termorex Aman, BPOM: Hanya Batch Tertentu, EG dan DEG Lebihi Ambang Batas

Berita terkait

Kemenkes Minta Jemaah Haji Waspada Virus MERS-CoV, Ini Penularan dan Gejalanya

6 jam lalu

Kemenkes Minta Jemaah Haji Waspada Virus MERS-CoV, Ini Penularan dan Gejalanya

Kemenkes minta jemaah haji mewaspadai virus MERS-CoV pada musim haji. Berikut gejalanya dan risiko terinfeksi virus ini.

Baca Selengkapnya

Kemenkes Pastikan Keamanan Pangan dan Pondokan Jemaah Haji

1 hari lalu

Kemenkes Pastikan Keamanan Pangan dan Pondokan Jemaah Haji

Tim Sanitasi dan Keamanan Pangan akan mendapatkan contoh makanan yang akan dikonsumsi oleh jemaah haji untuk diuji

Baca Selengkapnya

Kemenkes: Tarif Iuran Sistem Kelas BPJS Kesehatan Tetap Sama Sampai Juli 2025

2 hari lalu

Kemenkes: Tarif Iuran Sistem Kelas BPJS Kesehatan Tetap Sama Sampai Juli 2025

Sistem kelas 1-3 BPJS Kesehatan diganti jadi Kelas Rawat Inap Standar atau KRIS yang mulai berlaku Juni 2025.

Baca Selengkapnya

BPOM Pastikan Vaksin AstraZeneca Sudah Tidak Beredar di Indonesia

3 hari lalu

BPOM Pastikan Vaksin AstraZeneca Sudah Tidak Beredar di Indonesia

Koordinator Humas Badan Pengawas Makanan dan Obat (BPOM) Eka Rosmalasari angkat bicara soal penarikan vaksin AstraZeneca secara global.

Baca Selengkapnya

Segini Besaran Iuran BPJS Kesehatan Terbaru Setelah Diganti KRIS

4 hari lalu

Segini Besaran Iuran BPJS Kesehatan Terbaru Setelah Diganti KRIS

Terdapat penyesuaian iuran peserta JKN setelah kelas 1, 2, dan 3 BPJS Kesehatan berganti menjadi KRIS. Ini iuran BPJS Kesehatan terbaru.

Baca Selengkapnya

Jokowi dan Menkes Klarifikasi soal Hapus Sistem Kelas BPJS

5 hari lalu

Jokowi dan Menkes Klarifikasi soal Hapus Sistem Kelas BPJS

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengklarifikasi soal kebijakan penghapusan sistem kelas Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).

Baca Selengkapnya

Menkes Jelaskan Penyebab Rendahnya Penurunan Angka Prevalensi Stunting

9 hari lalu

Menkes Jelaskan Penyebab Rendahnya Penurunan Angka Prevalensi Stunting

Pemerintah menargetkan angka prevalensi stunting bisa turun hingga 14 persen pada tahun ini.

Baca Selengkapnya

Anggota DPR Soroti Pembatalan Kelulusan PPPK 532 Bidan Pendidik oleh Kemenkes

9 hari lalu

Anggota DPR Soroti Pembatalan Kelulusan PPPK 532 Bidan Pendidik oleh Kemenkes

Edy mendesak Kemenkes agar segera turun tangan menangani ratusan bidan pendidik yang kelulusannya dibatalkan.

Baca Selengkapnya

Ini Pesan Jokowi ke Prabowo untuk Lanjutkan Program di Bidang Kesehatan

12 hari lalu

Ini Pesan Jokowi ke Prabowo untuk Lanjutkan Program di Bidang Kesehatan

Presiden Jokowi menyoroti urgensi peningkatan jumlah dokter spesialis di Indonesia. Apa pesan untuk pemimpin baru?

Baca Selengkapnya

Jangan Sembarang Pakai Skincare Etiket Biru, BPOM Sebut Alasannya

13 hari lalu

Jangan Sembarang Pakai Skincare Etiket Biru, BPOM Sebut Alasannya

Masyarakat diminta untuk tertib dalam menggunakan skincare sesuai peruntukannya, terutama yang beretiket biru, cek sebabnya.

Baca Selengkapnya