Pertama Kali Digunakan dalam Perang Dunia I, Begini Sejarah Penemuan Gas Air Mata

Reporter

Tempo.co

Editor

Nurhadi

Selasa, 4 Oktober 2022 14:16 WIB

Aparat keamanan menembakkan gas air mata untuk menghalau suporter yang masuk ke lapangan usai pertandingan BRI Liga 1 antara Arema melawan Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Sabtu malam, 1 Oktober 2022. Polda Jatim mencatat jumlah korban jiwa dalam kerusuhan tersebut sementara sebanyak 127 orang. REUTERS TV melalui REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - Tembakan gas air mata secara membabi buta yang dilakukan polisi dalam tragedi Kanjuruhan diduga menjadi penyebab kematian ratusan orang. Dugaan ini bisa dibenarkan lantaran sejarah penemuan gas air mata awalnya dikembangkan untuk senjata kimia militer mematikan.

Mengutip Science History, sejarah penemuan gas air mata dimulai ketika ilmuwan Jerman pertama kali menciptakan bahan kimia chloroacetophenone pada akhir abad ke-19. Terlepas dari namanya, bahan kimia ini berupa bubuk mikro yang ketika tersebar di udara menyebabkan peningkatan air mata yang tidak terkendali, gangguan pernapasan, dan rasa sakit yang meningkat.

Pada awal abad ke-20, ahli kimia Perancis melakukan eksperimen terhadap gas air mata. Tujuannya, menemukan metode baru untuk diaplikasikan sebagai senjata pengendali kerusuhan massa. Temuannya ini sekaligus menghilangkan proyektil gas beracun, yang sebelumnya teridentifikasi di senjata kimia berbahaya lainnya oleh Konvensi Den Haag 1899.

Melansir Britannica, gas air mata pertama kali digunakan dalam Perang Dunia I. Pada momen itu, senjata kimia ini ampuh mengurai gelombang musuh, menyengat mata lawan, hingga membuat tentara kehabisan tenaga. Namun karena dianggap kurang mematikan pada jangka waktu singkat, gas air mata mulai tidak dilirik sebagai senjata militer.

Berdasarkan hasil keputusan Chemical Weapons Convention (CWC), gas air mata diklasifikasikan sebagai Riot Control Agent (RCA). Kemudian pada 1997, Pasal I Ayat 5 CWC secara tegas melarang senjata kimia ini digunakan dalam peperangan internasional. Tetapi, penggunaannya dimodifikasi sedemikian rupa oleh polisi Amerika Serikat sebagai senjata pengendali huru-hara.

Advertising
Advertising

Menurut seorang profesor Universitas Bournemouth di Inggris, Anna Feigenbaum, penggunaan gas air mata terbilang sangat efektif untuk membubarkan kerumunan massa. Ini dianggap sebagai senjata kurang mematikan, yang berarti tidak menimbulkan akibat fatal. “Karena biasanya tidak meninggalkan darah, tidak ada jejak,” kata dia seperti dikutip dari Vox.

Meski demikian, realitas di lapangan menunjukkan gas air mata untuk menghalau demonstran sering kali terbukti berakibat kematian. Organisasi hak asasi manusia Amnesty International telah mendaftarkan gas air mata sebagai bagian dari perdagangan internasional alat-alat penyiksaan. Sejumlah negara juga telah mengutuk penyalahgunaan gas air mata, salah satunya asosiasi medis Turki.

HARIS SETYAWAN

Baca juga: Tragedi Kanjuruhan, IPW: Penggunaan Gas Air Mata Salahi Aturan FIFA

Berita terkait

Amnesty International: Reformasi Putar Balik, Kebebasan Sipil Kian Terancam

8 jam lalu

Amnesty International: Reformasi Putar Balik, Kebebasan Sipil Kian Terancam

Amnesty International Indonesia menilai Reformasi sedang putar balik, menjauh dari cita-cita dan agenda kebebasan sipil yang diperjuangkan pada 1998.

Baca Selengkapnya

Unjuk Rasa Pro-Palestina di Amsterdam Berakhir Ricuh

12 hari lalu

Unjuk Rasa Pro-Palestina di Amsterdam Berakhir Ricuh

Kepolisian antihuru-hara di Amsterdam Belanda bentrok dengan unjuk rasa pro-Palestina oleh mahasiswa Universitas Amsterdam pada Rabu, 8 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Amnesty International Ungkap Polri Impor Alat Sadap, Ini Kata Pakar Kepolisian Soal SOP Penyadapan

13 hari lalu

Amnesty International Ungkap Polri Impor Alat Sadap, Ini Kata Pakar Kepolisian Soal SOP Penyadapan

Amnesty International Security Lab mengungkap adanya pengadaan alat penyadapan melalui Singapura sepanjang 2019 hingga 2021.

Baca Selengkapnya

Amnesty International Indonesia Desak Polisi Bebaskan Pelajar Nabire yang Ditangkap Usai Perayaan Kelulusan

13 hari lalu

Amnesty International Indonesia Desak Polisi Bebaskan Pelajar Nabire yang Ditangkap Usai Perayaan Kelulusan

Amnesty International Indonesia juga mendesak pemerintah, untuk memastikan hak-hak dasar seluruh individu di Tanah Papua.

Baca Selengkapnya

Mabes Polri Diduga Impor Belasan Alat Sadap, Pengamat Sebut Pengadaannya Harus Transparan

14 hari lalu

Mabes Polri Diduga Impor Belasan Alat Sadap, Pengamat Sebut Pengadaannya Harus Transparan

Pengamat kepolian mengatakan alat sadap tidak termasuk teknologi alutsista sehingga pengadaanya harus transparan dan terbuka ke publik.

Baca Selengkapnya

Polisi New York Tangkap Demonstran Pro-Palestina di Dekat Acara Met Gala

14 hari lalu

Polisi New York Tangkap Demonstran Pro-Palestina di Dekat Acara Met Gala

Pengunjuk rasa pro-Palestina mengadakan protes di sekitar acara mode bergengsi Met Gala di Museum Seni Metropolitan, New York.

Baca Selengkapnya

Netanyahu Dipaksa Mundur oleh Demonstran Israel dalam Upacara Peringatan Holocaust

15 hari lalu

Netanyahu Dipaksa Mundur oleh Demonstran Israel dalam Upacara Peringatan Holocaust

Seorang pria mendesak Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu untuk mundur dalam upacara Hari Peringatan Holocaust

Baca Selengkapnya

Amnesty International Ungkap Polri Impor Belasan Alat Sadap, CEO Polus Tech Swiss Buka Suara

15 hari lalu

Amnesty International Ungkap Polri Impor Belasan Alat Sadap, CEO Polus Tech Swiss Buka Suara

Dokumen Amnesty International Security Lab mencatat kantor Staf Logistik Polri memsan 19 alat sadap. CEO Polus Tech Swiss bicara soal produk mereka.

Baca Selengkapnya

Cara Kerja Teknologi Pengintai Asal Israel yang Masuk Indonesia: Palsukan Situs Berita

17 hari lalu

Cara Kerja Teknologi Pengintai Asal Israel yang Masuk Indonesia: Palsukan Situs Berita

Sejumlah perusahaan asal Israel diduga menjual teknologi pengintaian atau spyware ke Indonesia. Terungkap dalam investigasi gabungan Tempo dkk

Baca Selengkapnya

Investigasi Tempo Ungkap Perusahaan Israel Diduga Pasok Spyware ke Indonesia sejak 2017

17 hari lalu

Investigasi Tempo Ungkap Perusahaan Israel Diduga Pasok Spyware ke Indonesia sejak 2017

Empat perusahaan Israel diduga memasok spyware dan surveillance ke Indonesia sepanjang 2017-2023. Polri jadi salah satu sasaran target pengguna.

Baca Selengkapnya