SMRC Sebut Penerimaan Publik Terhadap Puan Maharani Semakin Rendah
Reporter
Riri Rahayu
Editor
Febriyan
Jumat, 16 September 2022 03:38 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Survei Saiful Munjani Research and Conulting (SMRC) menyebut tingkat penerimaan publik terhadap Puan Maharani cenderung rendah dan semakin lemah. Mereka pun menilai PDIP menghadapi tugas yang sangat sulit untuk memenangkan Puan jika memang mengusungnya pada Pilpres 2024.
Pendiri SMRC, Saiful Mujani, menyatakan tingkat penerimaan masyarakat terhadap putri dari Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri itu terus menurun. Dalam survei yang mereka lakukan pada Februari sampai Maret 2021, terdapat 60 persen warga yang tahu dan menyukai Puan. Angkat itu menurun drastis pada survei terakhir yang mereka lakukan pada Agustus 2022. Masyarakat yang tahu dan menyukai Puan disebut hanya sebesar 44 persen.
Saiful juga menyatakan bahwa tingkat penerimaan publik terhadap Puan berjarak jauh dari tiga calon kuat, yaitu: Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Menteri Pertahanan sekaligus Ketua Umum Gerindra, Prabowo Subianto.
"Jarak penerimaan publik pada Puan terlalu jauh dibanding dengan tiga nama lain (Ganjar, Prabowo, dan Anies)," kata Saiful dalam keterangan tertulisnya, Kamis, 15 September 2022.
Survei terakhir SMRC dilakukan dengan wawancara tatap muka terhadap 1.220 responden pada 5 hingga 13 Agustus 2022. Populasi responden ini adalah seluruh masyarakat yang memiliki hak pilih. Responden dipilih dengan metode stratified multistage random sampling.
Dari 1.220 responden yang terpilih, terdapat 1.053 responden yang berhasil diwawancarai (Response rate 86 persen). SMRC mengklaim Margin of error survei sebesar kurang lebih 3,1 persen pada tingkat kepercayaan 95%.
Elektabilitas Puan hanya bergerak naik 0,5 persen
Saiful pun mengatakan bahwa harapan PDIP kembali memiliki presiden menjadi terbuka jika mencalonkan Ganjar. Sebab, menurut dia, berdasarkan format survei semi terbuka pada Maret 2021 sampai Agustus 2022, pergerakan elektabilitas Puan tidak signifikan. Dia menyatakan bahwa tingkat keterpilihan Puan Maharani hanya naik dari 0,5 persen menjadi 1 persen.
Sedangkan Ganjar Pranowo bergerak dari 8,8 persen menjadi 25,5 persen. Kemudian Prabowo Subianto dari 20 persen menjadi 16,7 persen dan Anies Baswedan dari 11,2 persen menjadi 14,4 persen.
“Kalau kondisinya seperti sekarang, berat bagi PDIP untuk mencalonkan Puan. Kalau Puan misalnya bersaing dengan Prabowo dan Anies, data survei menunjukkan Puan tertinggal jauh dan tidak kompetitif,” kata Saiful.
Saiful juga mengatakan persaingan antara Puan melawan Prabowo Subianto atau Anies Baswedan juga tidak seimbang karena jaraknya terlalu jauh.
“Kalau Puan harus maju dan PDIP memiliki target untuk menang, tantangannya akan sangat berat,” ungkapnya.
Selanjutnya, Simulasi Puan vs Anies vs Prabowo
<!--more-->
Berdasarkan data sejumlah survei yang digelar pada Desember 2021 sampai Agustus 2022, SMRC menyatakan elektabilitas Puan juga cenderung menurun. Hal itu terlihat dari simulasi tiga nama yang mereka lakukan. Puan bertarung dengan Prabowo Subianto dan Anies Baswedan dalam simulasi tersebut.
Hasilnya, elektabilitas Puan Maharani turun dari 10,1 persen menjadi 7,8 persen. Anies juga disebut mengalami penurunan dari 28,1 persen menjadi 27,5 persen. Sementara Prabowo Subianto naik tipis dari 40 persen menjadi 40,2 persen.
Sebaliknya, Ganjar Pranowo disebut mendapatkan tren positif dalam simulasi melawan Prabowo dan Anies. Elektabilitas Ganjar disebut mengalami kenaikan dari 25,5 persen pada bulan Mei 2021 menjadi 32 persen pada bulan Agustus 2022. Sementara itu, Prabowo melemah dari 34,1 persen menjadi 30,8 persen dan Anies relatif stabil dari 23,5 persen menjadi 21,9 persen pada periode yang sama.
“Kalau Puan dipaksakan untuk maju dengan kondisi seperti ini, harapan PDI Perjuangan untuk memiliki presiden lagi menjadi susah,” kata dia.
RIRI RAHAYU | ANTARA