3 Jurus Ferdy Sambo Untuk Menghapus Jejaknya dalam Pembunuhan Brigadir Yosua

Reporter

Tempo.co

Editor

Febriyan

Kamis, 18 Agustus 2022 10:25 WIB

Inspektorat Khusus Mabes Polri yang beranggotakan sejumlah jenderal bintang tiga memutuskan Ferdy Sambo melanggar kode etik. Ia dianggap terlibat merusak kamera pengawas di sekitar rumahnya

TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan Polri Irjen Ferdy Sambo telah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus pembunuhan ajudannya, Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir Yosua. Ferdy ditetapkan belakangan setelah penyidik sebelumnya menetapkan tiga orang lainnya.

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengumumkan Ferdy sebagai tersangka pada Rabu, 9 Agustus 2022. Listyo Sigit menyatakan bahwa Ferdy berperan sebagai pemberi perintah kepada Bharada Richard Eliezer Pudihang Lumiu alias Bharada E untuk menembak Yosua.

"Tim khusus menemukan bahwa peristiwa yang terjadi adalah peristiwa penembakan terhadap Saudara J yang menyebabkan Saudara J meninggal dunia yang dilakukan oleh Saudara RE atas perintah Saudara FS," kata Kapolri saat pengumuman Ferdy sebagai tersangka.

Listyo Sigit saat itu menyatakan tim khusus yang dikepalai oleh Wakapolri Komjen Gatot Eddy Pramono masih mendalami soal apakah FS menembak langsung Yosua saat kejadian di rumah dinasnya pada 8 Juli lalu.

Dalam keterangannya kepada penyidik, Bharada E, memang mengaku mendapatkan perintah dari Ferdy untuk menembak Yosua. Dia juga mengaku melepaskan tiga tembakan ke arah tubuh rekannya itu.

Advertising
Advertising

Soal dua tembakan di kepala Brigadir Yosua, Bharada E, menyatakan bukan sebagai pelakunya. Dia menyatakan Ferdy yang mengakhiri eksekusiitu dengan menembak dua kali di bagian kepala Yosua.

Akan tetapi polisi disebut tak menemukan jejak Ferdy dalam pistol Glock 17 yang digunakan untuk membunuh Yosua. Pasalnya, Ferdy saat itu mengenakan sarung tangan hitam.

Saat diperiksa oleh tim khusus di Markas Korps Brimob (Mako Brimob) 8 Agustus lalu, Ferdy pun mengakui perbuatannya. Tetapi polisi tak bisa menemukan sarung tangan hitam tersebut.

“Dia buang di jalan,” tutur Wakil Kepala Polri Komisaris Jenderal Gatot Eddy Pramono kepada Majalah Tempo.

Berikutnya, merancang skenario tembak menembak

<!--more-->

Tak hanya itu, Ferdy Sambo juga disebut sebagai perancang skenario adanya peristiwa tembak menembak antara Brigadir Yosua dan Bharada E.

"Irjen FS menyuruh dan membuat skenario peristiwa seolah-olah ada tembak-menembak," kata Kepala Badan Reserse Kriminal Komisaris Jenderal Agus Andrianto yang mendampingi Kapolri dalam koferensi pers 9 Agustus lalu.

Ferdy disebut menembakkan sendiri pistol HS-9 milik Yosua ke dinding rumah dinasnya. Dia pun mengoleskan sisa jelaga di sarung tangannya ke tangah Yosua untuk membuat kesan skenario itu nyata.

Ferdy juga mengorkestrasi keterangan para saksi dalam kasus ini. Untuk memuluskan skenario ciptaannya, Ferdy menjanjikan uang Rp 1 miliar untuk Bharada E dan Rp 500 juta masing-masing kepada Brigadir Ricky Rizal dan Kuat Maruf. Ketiganya kini juga sudah menjadi tersangka.

Bahkan, dia disebut sempat bergerilya ke banyak pihak untuk meyakinkan bahwa peristiwa tembak menembak itu disebabkan pelecehan yang dilakukan Yosua terhadap istrinya. Dua diantaranya adalah dengan berbicara kepada Komisi Kepolisian Nasional dan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban.

Komisioner Kompolnas, Poengky Indarti, mengaku mendapatkan undangan dari Ferdy untuk datang ke kantornya pada Senin, 11 Juli 2022, tiga hari setelah kematian Yosua.

"FS (Sambo) yang meminta waktu saya untuk berdiskusi," kata dia kepada Tempo, Jumat, 12 Agustus 2022.

Awalnya, Poengky berharap akan mendapat data-data pelanggaran anggota Polri yang diproses etik dan disiplin semester satu tahun ini. Namun, di luar dugannya, ternyata yang disebut Sambo sebagai diskusi adalah keinginannya bercerita soal kematian Yosua.

"Cerita sambil menangis bahwa istrinya dilecehkan sopirnya, tetapi dibela ajudannya dan terjadi tembak menembak, mengakibatkan sopir istrinya meninggal dunia," ucapnya.

Poengky awalnya sempat terharu dengan cerita Sambo. Apalagi di hadapannya adalah seorang jenderal bintang dua yang bercerita sambil menangis. Di satu sisi, Poengky mengaku sangat prihatin ada korban meninggal, dan ada juga seorang istri yang menjadi korban pelecehan.

"Tapi di sisi lain saya ragu dengan ceritanya. Saya sempat berpikir apakah FS pemain watak? Selama ini saya tidak pernah dekat dengan FS. Aneh saja kok saya tiba-tiba dicurhati sambil nangis-nangis."

Belakangan LPSK juga mengungkap adanya upaya Ferdy agar mereka segera menetapkan istrinya sebagai korban pelecehan seksual. Upaya itu dilakukan saat mereka bertemu Ferdy di kantor Divisi Propam Polri pada 13 Juli 2022.

Wakil Ketua LPSK Edwin Partogi Pasaribu mengungkapkan, saat itu LPSK mendatangi Ferdy Sambo di kantornya untuk membicarakan permintaan perlindungan terhadap istrinya dan Bharada E. Itu adalah pertemuan pertama LPSK dengan pihak Ferdy Sambo.

Dalam pertemuan itu, dua staf LPSK sempat disodori amplop oleh seseorang berseragam hitam dengan garis abu-abu.

“Belum dilihat (isinya). Kasih begitu aja udah buat staf LPSK gemetaran. Langsung staf kami tolak saja,” kata Edwin.

LPSK pun telah melaporkan upaya pemberian suap ini kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Mereka juga akhirnya menolak memberikan perlindungan terhadap Putri Candrawathi.

Berikutnya, mengganti telepon seluler


<!--more-->

Untuk semakin mengaburkan jejaknya, Ferdy Sambo disebut mengganti seluruh telepon seluler miliknya beserta ajudan dan asisten rumah tangganya, termasuk milik Yosua. Pergantian itu, menurut polisi, dilakukan pada Kamis, 14 Juli lalu.

Hingga kini, penyidik pun tak menemukan telepon seluler yang diduga bisa mengungkap fakta lain kematian Brigadir Yosua.

Kuasa hukum Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi, Arman Hanis, enggan berkomentar soal dugaan rekayasa pembunuhan Yosua tersebut. Dia menyatakan hanya akan fokus pada menangani proses hukum kliennya.

“Tim kuasa hukum masih berfokus menindaklanjuti proses hukum klien kami dan belum memiliki penjelasan tambahan terkait dengan perkembangan kasus ini,” kata Arman.

EKA YUDHA|IMAM HAMDI|MAJALAH TEMPO

Berita terkait

Soal Kematian Brigadir RAT, Kompolnas Ungkap Sejumlah Kejanggalan

2 jam lalu

Soal Kematian Brigadir RAT, Kompolnas Ungkap Sejumlah Kejanggalan

Kompolnas menilai masih ada sejumlah kejanggalan dalam kasus kematian Brigadir RAT.

Baca Selengkapnya

Penyidikan Kematian Brigadir RA Disetop, Ini Kata Kapolri

1 hari lalu

Penyidikan Kematian Brigadir RA Disetop, Ini Kata Kapolri

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo merespons perihal penghentian penyidikan kasus kematian Brigadir Ridhal Ali Tomi atau Brigadir RA

Baca Selengkapnya

Brigadir RA Tewas dalam Mobil Alphard, Kompolnas Buka Fakta Soal Kasus Bunuh Diri di Kepolisian

3 hari lalu

Brigadir RA Tewas dalam Mobil Alphard, Kompolnas Buka Fakta Soal Kasus Bunuh Diri di Kepolisian

Berkaca dari kasus Brigadir RA, Kompolnas ungkap soal kasus bunuh diri di kepolisian. Polri diminta menyediakan tempat konseling di level Polres.

Baca Selengkapnya

Kompolnas Turun Tangan Selidiki Motif Bunuh Diri Brigadir RA dalam Mobil Alphard

3 hari lalu

Kompolnas Turun Tangan Selidiki Motif Bunuh Diri Brigadir RA dalam Mobil Alphard

Polisi telah menutup kasus tewasnya Brigadir RA dalam mobil Alphard di sebuah rumah di Mampang. Disebut bunuh diri.

Baca Selengkapnya

Kematian Tragis Polisi: Brigadir RA Tewas Diduga Bunuh Diri dan Pembunuhan Brigadir Yosua oleh Ferdy Sambos Cs

3 hari lalu

Kematian Tragis Polisi: Brigadir RA Tewas Diduga Bunuh Diri dan Pembunuhan Brigadir Yosua oleh Ferdy Sambos Cs

Kematian Brigadir Ridhal Ali Tomi alias Brigadir RA, mengingatkan kasus pembunuhan Brigadir Yosua Hutabarat alias Brigadir J pada 2022.

Baca Selengkapnya

Top Metro : Pengadilan Bebaskan Rocky Gerung Berbicara di Forum Apa pun, Kejanggalan Kematian Brigadir RA

4 hari lalu

Top Metro : Pengadilan Bebaskan Rocky Gerung Berbicara di Forum Apa pun, Kejanggalan Kematian Brigadir RA

PN Jaksel menolak gugatan perdata terhadap Rocky Gerung yang dituduh menghina Presiden Jokowi

Baca Selengkapnya

Kapolri Diminta Usut Kematian Brigadir RA, Teman Merasa Ada yang Janggal, Teringat Kasus Ferdy Sambo

4 hari lalu

Kapolri Diminta Usut Kematian Brigadir RA, Teman Merasa Ada yang Janggal, Teringat Kasus Ferdy Sambo

Kematian Brigadir Ridhal Ali Tomi atau Brigadir RA menjadi perhatian. Sahabatnya teringat kasus kematian Brigadir J yang dibunuh Ferdy Sambo

Baca Selengkapnya

Lima Polisi Pesta Narkoba, Kompolnas: Tak Layak Dipercaya Jadi Anggota Polri

4 hari lalu

Lima Polisi Pesta Narkoba, Kompolnas: Tak Layak Dipercaya Jadi Anggota Polri

Kompolnas minta Polda Metro Jaya melakukan pemeriksaan secara transparan dan profesional terhadap lima polisi diduga pesta narkoba

Baca Selengkapnya

Kompolnas Minta Atasan Lima Polisi Terduga Pesta Narkoba Harus Diperiksa

5 hari lalu

Kompolnas Minta Atasan Lima Polisi Terduga Pesta Narkoba Harus Diperiksa

Lima polisi digerebek saat pesta narkoba di sebuah rumah di Depok. Kompolnas minta atasan lima polisi itu juga harus diperiksa.

Baca Selengkapnya

Pengamat Nilai Polisi Berantas Judi Online Tak Sentuh Bandar Level Atas

6 hari lalu

Pengamat Nilai Polisi Berantas Judi Online Tak Sentuh Bandar Level Atas

Pengamat kepolisian mengatakan problem pemberantasan judi online beberapa waktu lalu marak penangkapan tapi tak sentuh akar masalah.

Baca Selengkapnya