Penemuan 11 Makam Kuno dengan Nisan Tipe Demak-Troloyo di Sukabumi, Siapakah Mereka?

Kamis, 28 Juli 2022 10:50 WIB

Lafaz pada salah satu batu nisan makam kuno di Situs Pemakaman Kuno Dumusgede di Kampung Tangkolo, Desa Purwasedar, Kecamatan Ciracap, Kabupaten Sukabumi. | Istimewa

TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti dari Niskala Institute menemukan situs pemakaman kuno peninggalan masa kolonial di Desa Purwasedar, Ciracap, Sukabumi, Jawa Barat. Diperkirakan, kuburan kuno yang kemudian diberi nama Situs Pemakaman Kuno Dumusgede itu telah ada sejak awal abad ke-19 hingga paruh awal abad ke-20 Masehi.

Niskala Institute adalah pusat studi dan dokumentasi kebudayaan, sejarah, serta peradaban Nusantara berpusat di Bandung. Hasil penelitian tersebut merupakan tindak lanjut dari penemuan 11 makam kuno di Situs Pemakaman Kuno Dumusgede, yang telah diidentifikasi Niskala Institute saat penelitian awal pada Rabu, 6 Juli 2022. Penelitian ini dipimpin oleh Muhamad Alnoza dari Universitas Gadjah Mada, dengan empat peneliti lain yakni Bagus Dimas Bramantio, Garin Dwiyanto Pharmasetiawan, Isa Akbarulhuda, dan Nikolas Dalle Bimo Natawiria dari Universitas Indonesia.

Makam Kuni Dumusgede Peninggalan Mataram di Sukabumi?

Sejarawan Sukabumi Irman Firmansyah menanggapi hasil penelitian di dekat Tempat Pemakaman Umum atau TPU Dumuskadu di Kampung Tangkolo, Desa Purwasedar, Kecamatan Ciracap, Kabupaten Sukabumi tersebut. Menurut Irman, keberadaan nisan model kurawal yang ditemukan di situs tersebut bentuknya mengacu pada nisan tipe Demak-Troloyo. Namun, melihat waktu pembuatan dan ragamnya, Irman menyebut, patut diduga nisan ini merupakan model Hanyakrakusuman atau tipe Mataraman yang hadir sejak abad ke-18 hingga abad ke-20 dengan corak Islam.

Hal ini sesuai dengan temuan Niskala Institute, bahwa tahun-tahun yang tercantum dalam nisan dan jirat diketahui pembuatannya sekitar 1901 hingga 1950. Menurut Irman, meskipun bercorak Islam, lengkung kurawal merupakan perpaduan antara kebudayaan Hindu dan Islam. “Model kurawal atau Sulur Makara sebenarnya mengadaptasi simbol makara yang meliuk di pintu atau tangga candi,” kata Ketua Yayasan Dapuran Kipahare ini pada Senin, 25 Juli 2022, dikutip dari sukabumiupdate.com mitra Teras.id.

Irman mengatakan, ditengok dari pengelompokan huruf prasasti di Situs Pemakaman Kuno Dumusgede yakni Arab, Arab Pegon atau abjad Arab yang dimodifikasi, Cacarakan, dan Latin, hal ini menyiratkan bahwa pemakaman tersebut merupakan persemayaman jasad menak dan keluarganya. Menak adalah suatu istilah yang mengacu kepada kelas sosial atau golongan bangsawan dalam kebudayaan Sunda. Secara umum, menak pada masa tersebut menggunakan gelar Mataraman yang berbunyi Ing Alogo Sayidin Panotogomo yaitu gelar Raja Mataram Islam pertama.

Advertising
Advertising

Pengaruh awal Mataram di Priangan, wilayah Jawa Barat bagian selatan seperti Kabupaten Ciamis, Pangandaran, Tasikmalaya, Garut, Kota Banjar, Sumedang, Cimahi, Bandung, Cianjur, dan Sukabumi, masih banyak digunakan hingga beberapa abad sesudahnya. Terutama oleh para menak, karena gelar tersebut melengkapi jabatan yang diembannya baik sebagai pemimpin masyarakat atau pemimpin agama. “Bisa kita ketahui banyaknya kalimat Islam seperti Laailaahailallah Muhammadarasulullah atau para sahabat Usman, Ali, dan Abu Bakar di pekuburan menyiratkan kentalnya pengaruh agama Islam,” kata Irman.

Irman mengatakan, beberapa tulisan di batu nisan makam kuno tersebut memang kurang jelas untuk ditafsirkan. Misal, ada tulisan “ISYU 1912” yang kurang lazim digunakan karena menggunakan huruf Y. Biasanya, sesuai ejaan Van Ophuijsen di masa tersebut, huruf Y ditulis sebagai J. Beberapa nama dan tahun menyiratkan nama seperti “Nyai Sujiyad” yang meninggal di bulan Safar 1901. Kemudian, ada nama Ali Matado yang menurut Irman dibaca Ali Murtadha. Kemudian nama Rukmina yang meninggal pada 1950 tertulis “Titimangsa Tilar Dunya Bani Bin Abi Rukmina”.

Terdapat tulisan lain yang kemungkinan digunakan sebagai penanda. Misalnya terdapat tulisan Syimalan, artinya kiri dalam Bahasa arab. Menurut analisa Irman, tulisan tersebut sebagai penunjuk arah kiblat. Karena dalam ajaran Islam, kuburan dianjurkan mengarah ke kiblat. Begitu juga peziarah diharapkan mengarah kiblat. Sehingga, di wilayah tatar Sunda dan Indonesia pada umumnya, para peziarah berada sebelah kiri kuburan.

“Yang menarik adalah ada tulisan Demang Tilar Dunya Ahad Waharsh Huwa Aa 1944 15. Demang biasanya identik dengan jabatan tinggi di suatu daerah yaitu sebagai kepala distrik atau disebut juga wedana,” kata Irman.

Tetapi, demang juga kadang ditujukan pada jabatan di bawahnya, seperti asisten wedana yang mengepalai onderdistrik atau setingkat kecamatan saat ini. Dalam laporan koran zaman Hindia Belanda, De Locomotief, Irman mengatakan tertulis jabatan Asisten Wedana Ciracap tanggal 5 September 1905 adalah Kanduruan Wiria Dihardja. Irman menduga tulisan Waharsh Huwa Aa sebenarnya merupakan Wiradiharja. “Ini sangat menarik untuk digali oleh para filolog,” kata dia.

Hal menarik lainnya, kata Irman, pada nisan dengan tanggal 21 Rajab 1909 tertulis “Perkuburan dari tiga layal”. Dia menduga kemungkinan semestinya tulisan itu terbaca “Pekuburan dari tiga layon”. Layon adalah jasad. Sebab, di beberapa kuburan lumrah terdapat jasad yang dijadikan satu lahat. Selain itu, ada pula beberapa nisan tanpa nama prasasti. Biasanya, penanda nisan batu tanpa nama digunakan menak zaman dulu sebelum mengenal nisan bertulis. Mereka meletakkan batu hitam sebagai penanda supaya kuburan tidak ditumpuk jika ada yang hendak dikuburkan.

“Mungkin sesudah dikenal nisan bertulis, mereka akhirnya menuliskan mengenai tiga jasad yang berada di kuburan karena tidak mengenal namanya. Namun harus ada kajian lebih lanjut,” ujar Irman.

HENDRIK KHOIRUL MUHID

Baca: Dosen Ini Temukan Batu Mirip Artefak di Sukabumi

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Berita terkait

3 Fakta Cut Nyak Dhien di Sumedang, Mengajar Agama dan Disebut Ibu Suci

4 hari lalu

3 Fakta Cut Nyak Dhien di Sumedang, Mengajar Agama dan Disebut Ibu Suci

Cut Nyak Dhien sangat dihormati masyarakat Sumedang dan dijuluki ibu perbu atau ibu suci. Ia dimakamkan di tempat terhormat bangsawan Sumedang.

Baca Selengkapnya

Kisah Cut Nyak Dhien Ditetapkan Sebagai Pahlawan Nasional 60 Tahun Lalu, Rakyat Aceh Menunggu 8 Tahun

4 hari lalu

Kisah Cut Nyak Dhien Ditetapkan Sebagai Pahlawan Nasional 60 Tahun Lalu, Rakyat Aceh Menunggu 8 Tahun

Perlu waktu bertahun-tahun hingga akhirnya pemerintah menetapkan Cut Nyak Dhien sebagai pahlawan nasional.

Baca Selengkapnya

AS Kembalikan Barang Antik dan Artefak ke Indonesia, Berikut Pengertian Artefak

5 hari lalu

AS Kembalikan Barang Antik dan Artefak ke Indonesia, Berikut Pengertian Artefak

Artefak dan barang antik yang dicuri oleh beberapa orang dan dibawa ke Amerika Serikat telah dikembalikan ke Indonesia. Apa itu artefak?

Baca Selengkapnya

Gempa M6,5 Malam Ini, Guncangan Terkuat di Sukabumi dan Tasikmalaya

8 hari lalu

Gempa M6,5 Malam Ini, Guncangan Terkuat di Sukabumi dan Tasikmalaya

Berikut data dan penjelasan dari BMKG tentang sebaran dampak gempa itu dan pemicunya.

Baca Selengkapnya

Selain Tahu Sumedang, Inilah 5 Kuliner Sumedang Lain yang Menggugah Selera

13 hari lalu

Selain Tahu Sumedang, Inilah 5 Kuliner Sumedang Lain yang Menggugah Selera

Berbicara tentang kuliner di Sumedang, ternyata tidak hanya memiliki tahu umedang yang khas, tetapi terdapat pula berbagai kelezatan kuliner tradisional lain.

Baca Selengkapnya

Video Viral Korban di Sukabumi, BMKG: Ada 8 Sambaran Petir di Sekitar Lokasi

13 hari lalu

Video Viral Korban di Sukabumi, BMKG: Ada 8 Sambaran Petir di Sekitar Lokasi

Dua dari tiga orang yang sedang berteduh dari hujan di sebuah saung warung di Sukabumi tewas karena sambaran petir pada Ahad 21 April 2024.

Baca Selengkapnya

Ragam 5 Destinasi Wisata Menarik di Kabupaten Sumedang

13 hari lalu

Ragam 5 Destinasi Wisata Menarik di Kabupaten Sumedang

Kabupaten Sumedang menyediakan berbagai kebutuhan wisata, terutama dengan keunggulan panorama alamnya yang indah.

Baca Selengkapnya

Kerajaan Sumedang Larang Cikal Bakal Kabupaten Sumedang, Bagaimana Sejarahnya?

13 hari lalu

Kerajaan Sumedang Larang Cikal Bakal Kabupaten Sumedang, Bagaimana Sejarahnya?

Kerajaan Sumedang Larang adalah cikal bakal bagi Kabupaten Sumedang yang dikenal hari ini. Dan hari ini 22 April ditetapkan sebagai Hari Jadi Sumedang

Baca Selengkapnya

Kurir Ekspedisi di Sukabumi Bikin Laporan Palsu Jadi Korban Begal, Uang Hasil COD untuk Bayar Cicilan Motor

19 hari lalu

Kurir Ekspedisi di Sukabumi Bikin Laporan Palsu Jadi Korban Begal, Uang Hasil COD untuk Bayar Cicilan Motor

Kurir ekspedisi itu membuat laporan palsu ke polisi telah menjadi korban begal. Uang hasil COD dipakai untuk membayar cicilan motor.

Baca Selengkapnya

Selain Jembatan Gantung Situ Gunung, Ini Rekomendasi Destinasi Wisata di Sukabumi

22 hari lalu

Selain Jembatan Gantung Situ Gunung, Ini Rekomendasi Destinasi Wisata di Sukabumi

Situ Gunung Sukabumi ramai di media sosial lantaran telah mencuri perhatian aktor Hollywood Will Smith. Berikut destinasi wisata lain di Sukabumi.

Baca Selengkapnya