Menyusuri Penyebab Renggangnya Hubungan Jenderal Hoegeng dengan Soeharto

Reporter

Tempo.co

Editor

Nurhadi

Sabtu, 2 Juli 2022 18:00 WIB

Hoegeng Iman Santoso

TEMPO.CO, Jakarta - Hoegeng Iman Santoso menjabat sebagai Kapolri pada 1968-1971. Meski tergolong singkat, Hoegeng jadi Kapolri yang banyak disukai masyarakat karena kejujuran dan integritasnya. Sebagai seorang Kapolri, Hoegeng tentu banyak berhubungan dengan para petinggi negeri, tak terkecuali Presiden Soeharto. Namun, hubungan Hoegeng dan Soeharto ternyata tidaklah harmonis.

Dikutip dari Majalah Tempo edisi 16-22 Agustus 2021, menurut anak Hoegeng, Aditya Sutanto, ketidakcocokan itu terjadi sejak Soeharto menduduki posisi Panglima Daerah Militer Diponegoro periode 1956-1959. Hoegang sendiri kala itu masih diamanahi sebagai Direktorat 2 Markas Besar Angkatan Kepolisian. Dalam sebuah kasus dugaan penyelundupan tekstil oleh warga negara India, istri Soeharto, Siti Hartinah, menjadi salah satu yang terseret kasus tersebut.

Hoegeng bercerita kepada Aditya bahwa Soeharto meminta istrinya dibebaskan. Ia bahkan menjanjikan membayar pajak barang-barang yang diseundupkan tersebut. Hoegung meladeni dan berkata akan melepaskannya jika Soeharto sudah memberikan bukti pembayaran serta memastikan uangnya masuk ke kas negara. Soeharto pun diduga tersinggung oleh jawaban Hoegeng.

Hubungan keduanya mengalami pasang-surut walaupun Soeharto melantik Hoegeng sebagai Kapolri pada 15 Mei 1968. Hal itu terlihat dalam kasus pemerkosaan Sumaridjem, penjual telur asal Yogyakarta atau yang lebih dikenal dengan kasus Sum Kuning. Ketika itu, Hoegeng telah membentuk tim khusus untuk mengusut kasus Sum Kuning. Hoegeng pun telah melaporkan kasus tersebut kepada Soeharto.

Namun, Soeharto justru mengoper perkara itu untuk ditangani Tim Pemeriksa Pusat (Teperpu)/Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban, lembaga yang menangani kasus politik. Setelahnya kasus Sum Kuning pun perlahan menguap. Bahkan, Sumaridjem, sebagai korban malah dituntut tiga bulan penjara. Padahal, sebelumnya telah dicurigai bahwa pelaku pemerkosaan diduga berasal dari keluarga militer dan kerabat pejabat. Setelah melewati berbagai pertimbangan, hakim kemudian membebaskan Sumaridjem.

Advertising
Advertising

Klimaks ketidakharmonisan Hoegeng dan Soeharto terjadi ketika polisi menyelidiki kasus penyelundupan mobil mewah yang dilakukan pengusaha Robby Tjahjadi. Hoegeng mendapati Robby keluar dari ruang tamu rumah Soeharto ketika hendak melaporkan kasus tersebut. Ia pun batal menemui Soeharto.

Setelahnya, Soeharto menawari Hoegeng posisi duta besar untuk Belgia. Hoegeng menolak karena merasa tidak bisa menjadi diplomat. Namun ia bersedia diberi posisi apa pun di dalam negeri. Soeharto menyatakan tidak ada jabatan yang bisa diisi oleh Hoegeng. Hoegeng pun memutuskan untuk keluar. Pada 2 Oktober 1971, Hoegeng resmi menanggalkan posisinya sebagai Kapolri.

Pasca purnabakti, Soeharto tak pernah lagi mengundang Hoegeng ke acaranya. Bahkan, saat pernikahan Siti Hedianti, putri Soeharto, dengan Prabowo Subianto, Hoegeng tidak diperkenankan menampikan batang hidungnya. Mengutip dari buku Pak Hoegeng: Polisi Profesional dan Bermartabat, ayah Prabowo, Sumitro Djojohadikusumo, yang juga kawan Hoegeng, meminta dia tidak datang. Menurut Sumitro, Soeharto tidak ingin Hoegeng berada di acara itu.

HATTA MUARABAGJA

Baca juga: Kisah Kapolri Hoegeng Menolak Gratifikasi dari Istri Menteri hingga Cukong Medan

Berita terkait

Waka BIN Apresiasi Generasi Muda Hindu dalam Acara Dharma Santi Nasional

2 hari lalu

Waka BIN Apresiasi Generasi Muda Hindu dalam Acara Dharma Santi Nasional

Wakil Ketua Badan Itelijen Negara (BIN) I Nyoman Cantiasa mengapresiasi acara puncak Dharma Santi Nasional Hari Suci Nyepi Saka 1946.

Baca Selengkapnya

Novel Baswedan Sebut Jika Polda Metro Jaya Tahan Firli Bahuri Bisa jadi Pintu Masuk Kasus Lainnya

3 hari lalu

Novel Baswedan Sebut Jika Polda Metro Jaya Tahan Firli Bahuri Bisa jadi Pintu Masuk Kasus Lainnya

Novel Baswedan menjelaskan, jika Firli Bahuri ditahan, ini akan menjadi pintu masuk bagi siapa pun yang mengetahui kasus pemerasan lainnya.

Baca Selengkapnya

Wacana Sawah Padi Cina 1 Juta Hektare di Kalimantan, Guru Besar IPB: Tidak Masuk Akal

4 hari lalu

Wacana Sawah Padi Cina 1 Juta Hektare di Kalimantan, Guru Besar IPB: Tidak Masuk Akal

Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) mengkritik wacana penggunaan lahan 1 juta hektare di Kalimantan untuk adaptasi sawah padi dari Cina.

Baca Selengkapnya

Lokasi Patung Kuda Arjuna Wijaya Jakarta Kerap Jadi Pusat Unjuk Rasa, Begini Sejarah Pendiriannya

6 hari lalu

Lokasi Patung Kuda Arjuna Wijaya Jakarta Kerap Jadi Pusat Unjuk Rasa, Begini Sejarah Pendiriannya

Patung Kuda Arjuna Wijaya di Jalan Medan Merdeka Jakarta kerap jadi sentral unjuk rasa. Terakhir demo pendukung 01 dan 02 terhadap sengketa pilpres.

Baca Selengkapnya

Menko Polhukam Rapat Koordinasi dengan Panglima TNI hingga Kapolri soal Situasi Papua, Ini yang Dibahas

7 hari lalu

Menko Polhukam Rapat Koordinasi dengan Panglima TNI hingga Kapolri soal Situasi Papua, Ini yang Dibahas

Pertemuan itu dilakukan untuk membahas berbagai situasi terakhir di Papua.

Baca Selengkapnya

49 Tahun TMII Gagasan Tien Soeharto, Pembangunannya Tuai Pro-kontra

7 hari lalu

49 Tahun TMII Gagasan Tien Soeharto, Pembangunannya Tuai Pro-kontra

Tie Soeharto menggagas dibangunnya TMII sebagai proyek mercusuar pemerintahan Soeharto. Proses pembangunannya menuai pro dan kontra.

Baca Selengkapnya

Berawal Ide Tien Soeharto, Begini Sejarah Taman Mini Indonesia Indah atau TMII di Usia 49 Tahun

7 hari lalu

Berawal Ide Tien Soeharto, Begini Sejarah Taman Mini Indonesia Indah atau TMII di Usia 49 Tahun

Taman Mini Indonesia Indah (TMII) dibangun pada 1972 dan diresmikan pada 20 April 1975, berawal dari ide Tien Soeharto.

Baca Selengkapnya

Demokrat Minta Kapolri dan Jaksa Agung Hentikan Kasus Dugaan Politik Uang Kadernya

8 hari lalu

Demokrat Minta Kapolri dan Jaksa Agung Hentikan Kasus Dugaan Politik Uang Kadernya

Salah satu caleg Demokrat dilaporkan atas dugaan politik uang.

Baca Selengkapnya

Aiptu Supriyanto Dapat Hadiah Sekolah Perwira Setelah Temukan dan Kembalikan Uang Pemudik Rp 100 Juta

10 hari lalu

Aiptu Supriyanto Dapat Hadiah Sekolah Perwira Setelah Temukan dan Kembalikan Uang Pemudik Rp 100 Juta

Kapolda Lampung beri penghargaan kepada Aiptu Supriyanto karena kejujurannya kembalikan tas berisi uang Rp 100 juta di rest area Tol Trans Sumatera.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Bentrok TNI vs Polri di Sorong Tak Boleh Dianggap Hanya karena Salah Paham, Ini Alasannya

11 hari lalu

Pengamat Sebut Bentrok TNI vs Polri di Sorong Tak Boleh Dianggap Hanya karena Salah Paham, Ini Alasannya

Polda Papua Barat akan menyelidiki penyebab terjadinya bentrok TNI vs Polri di Sorong.

Baca Selengkapnya