Wakil Ketua DPR periode 2014-2019 Fahri Hamzah menjawab pertanyaan wartawan usai mengikuti Upacara Penganugerahan Tanda Kehormatan di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis, 13 Agustus 2020. Mahaputera Nararya merupakan tanda kehormatan berupa Bintang sipil yang diberikan kepada Mantan ketua/wakil ketua lembaga negara, mantan menteri dan setingkat yang telah menyelesaikan tugasnya. ANTARA/Hafidz Mubarak A
TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Umum Partai Gelora Fahri Hamzah mengatakan momentum pemilihan umum adalah ajang mencari pemimpin, bukan selebriti. Menurut dia saat ini banyak calon yang bertarung atribut, bukan ide dan gagasan.
Dia berujar pemilu bukan mencari atau memilih orang populer dan kaya. Fahri meminta Komisi Pemilihan Umum dan Badan Pengawas Pemilu mengantisipasi kecurangan, seperti serangan fajar yang kemungkinan terjadi.
"Pemilu jangan lagi jadi ajang penipuan kepada bangsa Indonesia. Kita mau nyari pemimpin, bukan selebriti," katanya saat dihubungi, Senin, 13 Juni 2022.
Pada prinsipnya, kata Fahri, KPU harus meregulasi pertarungan ide dan gagasan untuk peserta pemilu. Sebab, hal itu untuk mengutamakan pemilih agar benar-benar memilih calon yang tersedia. "Kita lagi mencari orang yang bisa menyampaikan pikiran dan rencananya untuk menyelesaikan persoalan bangsa," tuturnya.
Bagi Fahri konsep pengutamaan ide dan gagasan lebih penting dari sekedar menunjukan eksistensi atau atribut kampanye para calon. Supaya agenda pemilu yang akan terlaksana tidak lagi menjadi seperti angin lalu.
"Sekali lagi, konsep kontestasi ide dan gagasan ini dan konsep pemilihan pemimpin demokratis ini, harus clear dalam pikiran para penyelenggara pemilu," ujarnya.
Sebelumnya Fahri Hamzah mengkritik atas masa waktu kampanye 75 hari yang disepakati antara DPR, KPU, dan Pemerintah. Dia berpendapat mestinya kampanye dilakukan setahun, agar para pemilih bisa melihat adu gagasan dari para peserta pemilu.