Teuku Nyak Arif Gubernur Aceh Pertama, Bersemayam di Tepi Sungai Lamnyong

Reporter

Tempo.co

Rabu, 4 Mei 2022 09:45 WIB

Teuku Nyak Arif. wikipedia.org

TEMPO.CO, Jakarta - Tepat hari ini, 4 Mei 1946 silam, Pahlawan Nasional Indonesia asal Aceh Teuku Nyak Arif meninggal. ia adalah pejuang kemerdekaan Indonesia sekaligus Gubernur Aceh pertama periode 1945 hingga 1946. Teuku Nyak Arif bahkan menjual harta benda pribadinya, termasuk segala perhiasan emas istrinya, demi kelancaran perjuangan untuk mempertahankan Tanah Air.

Teuku Nyak Arif lahir di Ulèë Lheue, Kutaraja, kini Banda Aceh, pada 17 Juli 1899. Ayahnya merupakan seorang Ulèë Balang bernama Teuku Nyak Banta. Dia adalah Panglima Sagi 26 Mukim wilayah Aceh Besar. Sementara ibunya bernama Cut Nyak Rayeuk. Teuku Nyak Arif merupakan anak ke 3 dari 5 bersaudara. Saudara-saudarinya yaitu Cut Nyak Asmah, Cut Nyak Mariah, Cut Nyak Samsiah, dan Teuku Mohd. Yusuf, seperti dikutip dari acehprov.go.id.

Teuku Nyak Arif kecil bersekolah di Volksschool atau Sekolah Rakyat, di Kutaraja dan melanjutkan pendidikan di Sekolah Raja Kweekschool di Bukit Tinggi. Setelah itu merantau ke Jawa untuk mengenyam pendidikan di sekolah khusus untuk anak-anak Raja dan Bangsawan dari seluruh Indonesia di Sekolah Pamongpraja OSVIA di Serang, Banten.

Pada 1919, atau di usianya yang ke 20, Teuku Nyak Arif diangkat menjadi ketua National Indische Partij cabang Kutaraja. Selang setahun, dia menggantikan Ayahnya sebagai Panglima Sagi 26 Mukim. Lalu, pada 1927, dia diangkat menjadi anggota Dewan Rakyat Volksraad hingga 1931. Teuku Nyak Arif turut menentang penjajahan Belanda di Aceh. Sejak 1932, ia memimpin gerakan bawah tanah untuk melawan pemerintah kolonial.

Selain itu, Teuku Nyak Arif juga aktif dalam kegiatan peningkatan pendidikan di Aceh. Pada 11 Juli 1937, bersama Teuku Muhammad Hasan, ia mendirikan Perguruan Taman Siswa di Kutaraja. Dalam kepengurusan lembaga yang diprakarsai oleh Ki Hajar Dewantara itu, Teuku Nyak Arif menjadi sekretaris dengan ketuanya Teuku Muhammad Hasan. Teuku Nyak Arif juga menjadi pelopor berdirinya organisasi Atjehsche Studiefonds (Dana Pelajar Aceh), bersama T.M Hasan. Organisasi ini bertujuan membantu anak-anak Aceh yang cerdas tapi tak mampu sekolah.

Advertising
Advertising

Awal 1942, di akhir kekuasaan pemerintah Hindia Belanda di Aceh, Teuku Nyak Arif menuntut untuk diserahkan pemerintahan kepadanya. Tapi tak dituruti oleh Residen Aceh J. Pauw. Karena itu, Teuku Nyak Arif pun memberontak kepada pemerintah Hindia Belanda. Kolonel Gosenson memerintahkan KNIL atau Marsose untuk menyerang Teuku Nyak Arif. Walau dua kali berturut-turut kediaman Teuku Nyak Arif di Lamnyong diserang dengan kekerasan. Tetapi pasukan KNIL dapat dipukul mundur oleh pasukan Teuku Nyak Arif. Peristiwa itu sekaligus menandai dimulainya mundurnya Belanda dari Aceh Besar.

Kemudian Jepang mendarat di Aceh pada 12 Maret 1942 di Ujong Batee, Teluk Balohan Pulau Weh dan Kuala Bugak Peureulak Aceh Timur. Kedatangan Jepang disambut oleh rakyat Aceh dengan semangat persaudaraan. Jepang membuat propaganda bahwa kedatangan mereka untuk membebaskan saudaranya-saudaranya dari cengkeraman Belanda. Awalnya rakyat Aceh menganggap Jepang adalah juru selamat.

Namun tak lama kemudian Jepang mulai menunjukkan belangnya. Jepang menekan organisasi dan partai politik mulai dilakukan. Akibatnya organisasi keagamaan dan politik mengalami kemunduran. Bahkan Taman Siswa dibubarkan oleh Gunseibu. Hal ini mengurangi simpati rakyat terhadap Jepang. Kebencian rakyat makin bertambah setelah Jepang memeras tenaga rakyat untuk kepentingan proyek mereka, seperti membuat jalan raya Takengon-Blangkeujeren, kubu pertahanan Gunung Setan.

Pesan Teuku Nyak Arif Sebelum Meninggal

Pada 17 November 1943, melihat kemerosotan yang dialami Jepang dalam Perang Asia Timur Raya, pemerintah pendudukan mendirikan Atjeh Shu Sangi Kai atau Dewan penasihat Daerah Aceh. Ini adalah Badan semacam legislatif yang dipimpin Teuku Nyak Arif. Tujuannya untuk menarik simpati para elite dan berbagai macam kelompok di Aceh. Badan ini beranggotakan 30 orang, yang terdiri dari berbagai kelompok elite di Aceh. Selang setahun kemudian, keanggotaan Atjeh Shu Sangi Kai diperluas oleh Shu Tjokan (Residen Aceh) S. Iinoo.

Pada Juli 1945, para pembesar Jepang menghubungi tokoh-tokoh pemuda di Kutaraja. Dalam pertemuan itu, pihak Jepang kembali menegaskan bahwa Jepang pasti akan memberikan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia. Oleh karena itu mereka diminta untuk mengkoordinir pemuda-pemuda sehingga lahir suatu angkatan pemuda yang kuat di Aceh. Pada 14 Agustus 1945, bertepatan dengan menyerahnya Jepang kepada sekutu, Pemuda Aceh mengadakan rapat di Atjeh Bioscoop Kutaradja. Rapat dihadiri juga oleh unsur masyarakat.

Syu Tjokan tidak hadir sehingga mengejutkan para pemuda. Tidak hadirnya Syu Tjokan menjadi pertanda bahwa pemuda Aceh tidak mengetahui Jepang telah menyerah dalam Perang Asia Timur Raya. Satu-satunya pihak Jepang adalah Matsyubushi yang mengucapkan pidato singkat tanpa bersemangat. Rapat pemuda yang diadakan tepat pada hari menyerahnya Jepang kepada sekutu itu telah memberikan arti penting bagi pemuda di Kutaradja dan Aceh Besar. Mereka telah mendengar langsung pengarahan yang diberikan oleh para pemimpin. Setelah Indonesia merdeka, pemuda Aceh mengorganisir dalam satu barisan yang diberi nama Ikatan Pemuda Indonesia.

Setelah Jepang mengaku kalah dan Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Berita proklamasi kemudian diterima oleh pemuda bernama Gazali dan Rajali. Informasi itu lantas disampaikan pada Teuku Nyak Arif. Sesudah menerima berita tersebut, Teuku Nyak Arif lekas memanggil tokoh-tokoh penting. Pada 24 Agustus 1945, dii hadapan para tokoh, Teuku Nyak Arif menyatakan sumpah setia kepada Negara Republik Indonesia.

Pada 29 Agustus 1945, Teuku Nyak Arif diangkat menjadi Ketua Komite Nasional Indonesia (K.N.I) daerah Aceh. Untuk memikul biaya perjuangan yang semakin berat, Teuku Nyak Arif menjual harta benda pribadinya. Termasuk segala perhiasan emas milik istrinya, demi kelancaran perjuangan untuk mempertahankan Tanah Air Indonesia. Kemudian pada 3 Oktober 1945, Pemerintah Indonesia dengan surat ketetapan No. 1/X dari Gubernur Sumatra Teuku Muhammad Hasan mengangkat Teuku Nyak Arif sebagai Residen Aceh.

Teuku Nyak Arif meninggal pada 4 Mei 1946 di Takengon. Ia sempat berpesan kepada keluarganya agar tak menaruh dendam, karena kepentingan rakyat harus diletakkan di atas segala-galanya. Jenazahnya dibawa ke Kutaraja dan dikebumikan di tanah pemakaman keluarga di tepi Sungai Lamnyong di Lamreung, Aceh Besar, dua kilometer dari Lamnyong, Banda Aceh. Sebagai penghormatan, jalan letak makamnya diberi nama Jalan Makam Teuku Nyak Arif.

HENDRIK KHOIRUL MUHID

Baca: 17 Juli Kelahiran Teuku Nyak Arif, Gubernur Aceh Pertama yang Disegani Belanda

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Kejati Aceh Periksa Ketua BRA Suhendri sebagai Saksi Korupsi Anggaran Budi Daya Ikan Kakap Rp 15 Miliar

23 jam lalu

Kejati Aceh Periksa Ketua BRA Suhendri sebagai Saksi Korupsi Anggaran Budi Daya Ikan Kakap Rp 15 Miliar

Kejati Aceh memeriksa Ketua Badan Reintegrasi Aceh (BRA) Suhendri perihal dugaan korupsi penyimpangan dan pengadaan budi daya ikan kakap.

Baca Selengkapnya

Akhir 2024, PT Hutama Karya Optimistis Selesaikan Tol Sumut dan Aceh

1 hari lalu

Akhir 2024, PT Hutama Karya Optimistis Selesaikan Tol Sumut dan Aceh

PT Hutama Karya (Persero) optimistis dapat menyelesaikan proyek Jalan Tol Trans Sumatera atau JTTS tahap 1.

Baca Selengkapnya

Pastikan Pekerja Terlindungi BPJS Ketenagakerjaan, Pj Gubernur Aceh Terbitkan Qanun

2 hari lalu

Pastikan Pekerja Terlindungi BPJS Ketenagakerjaan, Pj Gubernur Aceh Terbitkan Qanun

Pj Gubernur Aceh, Bustami Hamzah, mendukung penyelenggaraan jaminan sosial ketenagakerjaan bagi seluruh pekerja di wilayah Pemerintah Aceh, dengan menerbitkan Qanun Aceh Nomor 1 Tahun 2024 tentang Ketenagakerjaan.

Baca Selengkapnya

Berkas Kasus Penyelundupan Pengungsi Rohingya oleh 4 Warga Aceh Sudah P21

2 hari lalu

Berkas Kasus Penyelundupan Pengungsi Rohingya oleh 4 Warga Aceh Sudah P21

Kejaksaan Negeri Aceh Barat menyatakan berkas kasus penyelundupan puluhan orang etnis Rohingya ke Aceh sudah P21.

Baca Selengkapnya

Banjir di Nagan Raya Aceh Mulai Surut, BNPB Ingatkan Risiko Hujan Susulan

4 hari lalu

Banjir di Nagan Raya Aceh Mulai Surut, BNPB Ingatkan Risiko Hujan Susulan

Banjir akibat luapan sungai di Nagan Raya, Aceh, berangsur surut, Namun, masih ada potensi hujan intensitas sedang hingga lebat.

Baca Selengkapnya

15 Pahlawan Nasional Asal Sumbar: Imam Bonjol, Mohammad Hatta, Rohana Kudus, hingga AK Gani

5 hari lalu

15 Pahlawan Nasional Asal Sumbar: Imam Bonjol, Mohammad Hatta, Rohana Kudus, hingga AK Gani

15 tokoh Sumbar dinobatkan sebagai pahlawan nasional, antara lain Proklamator Mohamad Hatta, Imam Bonjol, Rohana Kudus, Rasuna Said, hingga AK Gani.

Baca Selengkapnya

Prabowo Bertekad Tak Akan Tinggalkan Masyarakat Aceh dan Sumbar, Kenapa?

8 hari lalu

Prabowo Bertekad Tak Akan Tinggalkan Masyarakat Aceh dan Sumbar, Kenapa?

Prabowo bertekad untuk menyejahterakan seluruh rakyat Indonesia, termasuk masyarakat di Aceh dan Sumbar.

Baca Selengkapnya

Kongres Peradaban Aceh Bahas Budaya di Era Kecerdasan Buatan

12 hari lalu

Kongres Peradaban Aceh Bahas Budaya di Era Kecerdasan Buatan

Kongres Peradaban Aceh 2024 membahas nasib seni dan budaya di era kecerdasan buatan. Apa yang harus seniman lakukan?

Baca Selengkapnya

Menang Telak di Aceh saat Pilpres 2024, Anies: Terima Kasih Orang-orang Pemberani

15 hari lalu

Menang Telak di Aceh saat Pilpres 2024, Anies: Terima Kasih Orang-orang Pemberani

Anies Baswedan mengucapkan terima kasih kepada masyarakat Aceh karena telah memberi dukungan di Pilpres 2024.

Baca Selengkapnya

Wakil Ketua DPRA Sebut Prabowo Bakal Kembalikan Dana Otsus Aceh 2 Persen

15 hari lalu

Wakil Ketua DPRA Sebut Prabowo Bakal Kembalikan Dana Otsus Aceh 2 Persen

Wakil Ketua DPRA Safarudin mengatakan meski suara Prabowo di Pilpres 2024 kalah di Aceh, namun dia berkomitmen kembalikan dana otsus 2 persen.

Baca Selengkapnya