Sindikat Pembobol PeduliLindungi Diduga Bekerja Sama dengan Operator

Reporter

Fajar Pebrianto

Editor

Febriyan

Senin, 25 April 2022 16:15 WIB

Aplikasi PeduliLindungi dan alat cek suhu badan di pintu keluar Alun-Alun Kota Bogor di Jalan Dewi Sartika Kota Bogor, Jawa Barat, Senin 14 Maret 2022. ANTARA/Linna Susanti

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala lembaga riset keamanan siber, Communication and Information System Security Research Center (CISSReC), Pratama Persadha, menduga sindikat pembobol aplikassi PeduliLindungi bekerjasama dengan pihak-pihak yang diberi akses oleh Kementerian Kesehatan untuk melakukan update data di aplikasi tersebut. Sindikat yang diungkap oleh Kepolisian Daerah Jambi itu pun bisa memanfaatkan celah pada user alias operator ini.

"Hal seperti ini memang banyak ditemui, melakukan input data tidak sesuai prosedur," kata dia saat dihubungi, Senin, 25 April 2022.

Sebelumnya, polisi mengumumkan pengungkapan sindikat pembobol aplikasi PeduliLindungi.

"Sejauh ini sudah ada tujuh pelaku," kata Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Jambi Komisaris Besar Christian Tory dikutip dari Antara, 24 April 2022.

Christian mengatakan sindikat tersebut beroperasi di Jambi, Jawa Timur, Jawa Barat, Batam, Sumatera Utara, dan Jakarta. Pelaku disebut menawarkan pembuatan data sertifikat vaksin fiktif dengan bayaran Rp 600 ribu hingga Rp 1,5 juta.

Advertising
Advertising

Para sindikat ini menawarkan pembuatan sertifikat vaksin, di mana yang hasilnya terdata langsung ke aplikasi PeduliLindungi tanpa melakukan proses penyuntikan.

Kasus ini, kata Pratama, mirip dengan kejadian pemalsuan sertifikat vaksin yang terjadi beberapa waktu yang lalu. Di mana, seseorang bisa mendapatkan sertifikat vaksin palsu hantya dengan mengedit via aplikasi dan software saja.

Pratama menyebut ada tiga ancaman keamanan siber. Pertama dari pihak luar seperti malware hingga virus. Kedua yaitu sistem yang eror. Lalu, ketiga faktor human eror, baik yang disengaja maupun tidak disengaja.

Dalam hal vaksinasi, kata Pratama, tentu ada vaksinator yang bertugas memperbarui data ke sistem. Bisa dari pihak rumah sakit, klinik swasta, puskesmas, relawan, bahkan BUMN, TNI, dan Polri yang membantu percepatan vaksinasi.

Untuk itu dengan terbukanya kasus ini, Pratama menilai Kementerian Kesehatan harus bisa memperbaiki mekanisme input data ini. Memang dalam dunia keamananan siber, kata dia, doktrinnya adalah tidak ada sistem yang sepenuhnya aman 100 persen.

Oleh sebab itu, pemerintah harus melakukan pengawasan dan pengamanan 24 jam. Minimal, pemerintah melakukan penetration test berkala agar diketahui masa saja lubang keamanan baru di sistem PeduliLindungi.

Selain Pratama, pakar keamanan siber dari Vaksincom, Alfons Tanujaya, juga menyebut titik lemah pada kasus pembobolan aplikasi PeduliLindungi berada di operator yang menjalankannya.

"Jadi sindikat ini membuat sertifikat aspal dengan mengalami sistem PeduliLindungi," kata dia.

Menurut Alfons, ada dua cara logis yang bisa dilakukan pelaku. Pertama yaitu menggunakan joki untuk menggantikan orang yang membeli sertifikat. Cara seperti ini, kata dia, hanya bisa diatasi dengan kontrol yang baik di setiap pelaksanaan vaksinasi.

Wajah peserta vaksin dicocokkan dengan foto di KTP. Kalau ada kecurigaan, maka bisa dilakukan verifikasi lebih jauh dan ditindak tegas kalau melanggar.

Cara kedua yaitu pelaku bekerja sama dengan orang dalam untuk mengeluarkan sertifikat. Untuk menanganinya, kata Alfons, memang harus dicari siapa yang bekerja sama mengakali database dan ditindak sesuai ketentuan hukum.

Tempo mengkonfirmasi kepada Siti Nadia Tarmizi, juru bicara pemerintah untuk vaksinasi Covid-19 terkait pengungkapan sindikat pembobol aplikasi PeduliLindungi ini. Siti yang juga menjabat sebagai Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan belum memberikan jawaban lengkap, karena ingin menelusurinya terlebih dahulu.

"Sebentar dicek ya," kata dia.

Berita terkait

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

9 jam lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Kemenkes: Waspada Email Phishing Mengatasnamakan SATUSEHAT

22 jam lalu

Kemenkes: Waspada Email Phishing Mengatasnamakan SATUSEHAT

Tautan phishing itu berisi permintaan verifikasi data kesehatan pada SATUSEHAT.

Baca Selengkapnya

Untuk Pertama Kali, AstraZeneca Akui Vaksin Covidnya Punya Efek Samping Langka

1 hari lalu

Untuk Pertama Kali, AstraZeneca Akui Vaksin Covidnya Punya Efek Samping Langka

Perusahaan farmasi AstraZeneca digugat dalam gugatan class action atas klaim bahwa vaksin Covid-19 produksinya menyebabkan kematian dan cedera serius

Baca Selengkapnya

Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

3 hari lalu

Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

Direktorat Jenderal Bea dan Cuka (Bea Cukai) mendapat kritik dari masyarakat perihal sejumlah kasus viral.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

5 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Bantu Warga Terdampak Gunung Ruang, Kementerian Kesehatan Salurkan 13 Ribu Masker

9 hari lalu

Bantu Warga Terdampak Gunung Ruang, Kementerian Kesehatan Salurkan 13 Ribu Masker

Kementerian Kesehatan membantu warga terdampak Gunung Ruang di Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara dengan penyediaan masker.

Baca Selengkapnya

Alasan Pusat Krisis Kemenkes Mengirim Tim ke Lokasi Banjir Musi Rawas Utara

9 hari lalu

Alasan Pusat Krisis Kemenkes Mengirim Tim ke Lokasi Banjir Musi Rawas Utara

Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes mengirimkan tim khusus ke area banjir Musi Rawas Utara. Salah satu tugasnya untuk antisipasi penyakit pasca banjir.

Baca Selengkapnya

Hipertensi Jadi Penyakit Paling Banyak di Pos Kesehatan Mudik

19 hari lalu

Hipertensi Jadi Penyakit Paling Banyak di Pos Kesehatan Mudik

Kementerian Kesehatan mencatat hipertensi menjadi penyakit yang paling banyak ditemui di Pos Kesehatan Mudik Idulfitri 1445 H/2024 M.

Baca Selengkapnya

3 Kunci Penanganan Penyakit Ginjal Kronis Menurut Wamenkes

36 hari lalu

3 Kunci Penanganan Penyakit Ginjal Kronis Menurut Wamenkes

Wamenkes mengatakan perlunya fokus dalam tiga langkah penanganan penyakit ginjal kronis. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Edy Wuryanto Ingatkan Pemerintah Antisipasi Demam Berdarah

37 hari lalu

Edy Wuryanto Ingatkan Pemerintah Antisipasi Demam Berdarah

Banyak rumah sakit penuh sehingga pasien tidak tertampung. Masyarakat miskin kesulitan akses pelayanan kesehatan.

Baca Selengkapnya